cafe;-saturday night

662 105 4
                                    

"selamat malam" dengan ramah seperti biasanya, jeno berujar menyapa tamu tamu yang datang di cafe sabtu malam ini.

Raut wajahnya langsung berubah saat melihat siapa yang datang. "loh kalian?" ujarnya yang dibalas cengiran saat melihat jaemin dan minju yang datang bersamaan untuk pacaran lah ngapain lagi.

jaemin menyengir bodoh. "hai" ujar nya melambaikan tangannya. "mau pesen americano 8 shots dongs. available ngga?" jeno menatap datar temannya yang mengucapkan permintaan tanpa beban itu.

"otak lo jangan digadein. Pake yang bener" lagi lagi jaemin hanya menyengir. Minju menggelengkan kepalanya. "americano satu, ice tea satu, cake nya yang itu sama itu ya jen" akhirnya minju buka suara karena ia sudah bisa melihat pelanggan lain mulai datang dan kalau jaemin yang berbicsra tidak akan selesai selesai.

"totalnya 63.000 ya, sini duitnya" jaemin mendengus mengeluarkan satu kartu nya yang tersembunyi di balik case miliknya. Kebiasaan dirinya yang enggan membawa dompet dan hanya membawa kartu untuk membayar sesuatu, makanya pacarnya suka pusing kalau mau bayar parkir dan lain lain karena jaemin enggan sekali membawa uang tunai.

"nih, duduk disana dulu ya ntar gue anter" jeno memberikan satu nomor meja kepada jaemin, jaemin membawanya sementara jeno kembali melayani pembeli yang ternyata sudah sibuk mengantre.

"selamat malam" jeno kembali menyapa tamu tamu yang datang dengan ramah. Lagi lagi dia terkejut ketika melihat siapa yang datang tapi karena mungkin sudah terbiasa, dia tetap tersenyum.

"duh akhirnya gue masuk sini ya" jeno tersenyum hingga matanya yang sipit menghilang saat yeonjun menyapa tentu saja dengan sang pacar di gandengannya yang tersenyum sembari memegangi lengan yeonjun.

"akhirnya ya kalian datang juga. oh iya kalian mau pesan apa?" bertingkah profesional, jeno berujar.

yeonjun menyebutkan rentetan pesanan yang akan ia makan dan dengan sigap jeno mencatat apa saja pesanan yang yeonjun buat. "totalnya 78.000 ya karena cheese cake nya lagi promo" ujar jeno. Yeonjun mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompet nya kemudian membayar. "silakan duduk" ujar jeno mempersilakan keduanya untuk duduk di salah satu kursi.

sungchan yang baru saja keluar dari dapur membawa stok kue menoleh ke arah jeno. "promo? promo apa hari ini?" tanya nya tidak peka. Jeno menghela napas. "udah jangan bawel. Mending lo anterin ini ke sana deh" walau tidak mengerti, sungchan yang masih saja bekerja padahal sedang ujian kelulusan hanya menurut.

oh tentu saja cheesecake itu tidak promo. Sama sekali tidak. Tapi diam diam jeno memberikannya karena tau pacar yeonjun itu suka sekali cheese cake, ya sekali kali.

"lo ngobrol apa sama dia?" sungchan yang baru saja kembali mengantar pesanan menoleh saat jeno bertanya. "oh itu, dia mau pake gitar sama mau nyanyi boleh ngga" jawab sungchan. Jeno menganggukan kepalanya kemudian duduk di kursinya sembari menunggu tamu yang datang lagi.

Ia menatap datar jaemin yang sedang mengecek gitar dan microfon yang ada di stage cafe. Dia memang tahu kalau anak band ini mempunyai vokal yang bagus padahal bukan vokalis.

"selamat malam teman teman semua, sebelumnya perkenalkan saya jaemin" jaemin berujar sambil tersenyum manis sambil memangku gitar. Semua orang jadi menatap nya.

"kebetulan saya mau menghibur kalian karena saya kalah suit sama pacar saya, jadi saya disuruh buat nyanyi disini dan here we go" petikan gitar mulai terdengar, lagu dari ed sheeran terdengar dipadu dengan suara berat milik jaemin, jeno yang tadinya skeptis dengan jaemin kini malah ikut memperhatikan temannya.

"lagu terakhir ini saya persembahkan buat kalian yang lagi jatuh cinta tapi orang yang kalian cinta ngga sendiri lagi. ini lagu buat kalian"

Jeno langsung mengumpat saat jaemin menyanyikan lagu dari penyanyi indonesia, afgan dengan judul ku dengannya kau dengan dia. Bermaksud menyindir dirinya.

"bangsat" umpatnya tidak tanggung tanggung sementara jaemin hanya menyengir melihat raut wajah jeno di balik kasir yang sudah berubah masam.

"mas mas" jeno menoleh kemudian mendapati sungchan mendekat dengan wajah yang nampak tengah terburu buru.

"kenapa?"

sungchan mendekat, sedikit membungkukan badannya kemudian berbisik. "anton ketangkep. Habis ini mas disuruh ke kantor kepolisian sama mas arkhan"


***

Jeno memarkirkan motornya di salah satu basement gedung berlantai lima belas yang entah darimana asal muasalnya sehingga dia disuruh datang kemari. Katanya anton sudah ada disini.

ia mengangkat bahu bersikap tidak peduli apalagi saat beberapa orang yang sepertinya menyapa dirinya. Tentu saja aneh ketika ada seorang remaja memakai motor matic yang tiba tiba datang ke salah satu kawasan gedung gedung bertingkay ternama.

"dimana mas?" tanya jeno yang kebingungan karena bukannya datang ke kantor polisi malah datang ke gedung ini. seharusnya urusan mereka ada dengan polisi bukan?

"naik ke lantai lima belas. Anton lagi ketakutan. halu dilihatin anita" jeno menganggukan kepalanya, menurut, memilih untuk menekan tombol lift yang berada di sampingnya untuk naik ke lantai yang dituju.

Dan benar saja, jeno bisa melihat satu lantai itu nampak tengah dikepung oleh pihak pihak kepolisian. ia bisa melihat mas arkhan nampak berdiri bersandar di pintu sambil melihat ke dalam ruangan dengan datar.

"gimana mas? biru bisa bantu apa?" tanya jeno sambil mendekat ke arah taeyong. taeyong menghela napas. "deketin dia. Dia ngira kamu udah mati"

Taeyong menunjuk guru fisika jeno yang nampak meraung raung menunjuk udara kosong sambil mengucap ampun kepada anita padahal jeno tidak melihat adanya anita disana melainkan sesosok kuntilanak entah dari mana yang terbang sembari tertawa cekikikan.

jeno hanya berkedip pelan saat guru nya berteriak ke arah dirinya sambil mengucap ampun. mungkin karena faktor dia baru saja muncul ke permukaan saat anton sudah menghilang ditambah wajah nya yang pucat dan dingin kena angin malam serta raut yang datar.

jeno mendekat, melangkah kepada sosok yang menjadi dalang utama penyebab dirinya terbaring di rumah sakit beberapa waktu lalu yang sekarang meneriaki dirinya untuk menjauh.

ia tersenyum tipis. "saya masih ingat rasanya ketika tubuh saya kelempar jatuh ke aspal, pak. Saya juga merasakan rasanya cekikan dan pukulan yang anita rasakan saat itu. jadi sekarang gimana rasanya dihantui kematian orang yang sudah bapak bunuh?"

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang