"pelan pelan pegangnya, nah kaya gitu. Yang tenang, kalau lo tenang eunbi juga ikut tenang" sedikit kerepotan, yeji menggendong eunbi dengan gendongan depan mengingat bulan ini eunbi sudah menginjak bulan keempat. Jeno hanya melirik pacarnya yang sedikit kerepotan menggendong keponakannya sambil melihat kertas di tangannya, benar. Ujian tengah semester sebentar lagi jadi hari ini jeno sesuai dengan kegiatan nya memberikan tutor untuk teman temannya.
Dan karena hari ini yeonjun mengajak istrinya jalan jalan keluar mumpung libur katanya hendak mengulang masa pacaran yang tidak pernah terjadi, maka jeno lah yang menjadi korban untuk dititipi sabrina dan kebetulan lagi, yeji sedang main di rumah jeno dan mau tidak mau dititipi oleh pasangan muda ini
"aman yeji? gue balik nanti jam dua. Susu nya ada di tas, popok, diapers, baju ganti, semuanya udah gue siapin. Kalau lo ngga bisa, kasih kakak aja, kakak biasa ngurusin eunbi" karina menunjuk tas baby berwarna pink yang ada di sofa. Yeji mengangguk paham, mencoba menenangkan diri saat eunbi melihat lihat, mulai mencari keberadaan papanya.
"sama om tante dulu, ya. Papa mau pergi sama mama dulu. Eunbi kan pinter ya nak?" yeonjun mencium pipi putrinya yang bau bedak walau tangan putrinya mencengkeram kerah kaus nya, tidak mengizinkan yeonjun pergi.
"bucin lo banget ini anak lo?" yeji bertanya kepada yeonjun yang sedang membujuk bujuk anaknya untuk melepaskan tangannya dari kerah kaus nya karena kalau dipaksa, jelas dia akan meraung raung.
Yeonjun menganggukan kepalanya. "walau tiap hari sama emaknya tapi tetep aja kalau gue pergi ngga diizinin. kaya gini dulu. Udah ngerti parfum bapaknya sih" sebenarnya agak aneh sih ketika lo nitipin anak lo ke mantan pacar lo yang sekarang statusnya jadi calon kakak ipar lo.
Tapi gimana ya, yeonjun juga udah bucin istri anaknya. Jadi ngga bakal ada kesempatan buat noleh ke mbak mantan yang juga kayanya udah naksir berat ke kakak iparnya.
Lima menit kemudian, dengan segala tipu daya bayi perempuan itu merelakan kepergian bapaknya yang hendak pacaran dengan mamanya.
"udah? mau langsung ke rumahku apa gimana?" yeji sedikit menimang nimang eunbi bertanya kepada jeno yang sedang merapikan tas nya, jeno menganggukan kepalanya. "boleh, temen temen udah kesana kan?" mencuri ciuman di pipi eunbi jeno bertanya. yeji menganggukan kepalanya. "udah jam sembilan harusnya si udah" yeji manyun.
jeno mengangkat alis. "kenapa nih manyun manyun?" ia peka sebenarnya apalagi ketika pacarnya menyodorkan pipinya.
"aku juga dong! masa eunbi doang" protesnya. Jeno terkekeh kemudian memberi ciuman sekilas di pipi yeji yang langsung membuat lengkungan di bibirnya terlihat begitu jelas. Sebuah culture shock ketika pacara dengan yeji adalah yeji tipe wanita yamg super clingy apalagi untuk jeno yang kali pertama berpacaran. Jeno yang tidak pernah dekat dengan wanita agak kaget ketika pacarnya doyan ndusel dan dicium ah plus, manjanya bisa jadi dua hingga tiga kali lipat.
tapi untungnya jeno sudah terbiasa, membiarkan tubuhnya menjadi guling dadakan ketika nonton film bersama, atau tiba tiba kaya sekarang manyun minta cium.
karena membawa eunbi, akhirnya jeno dan yeji mengendarai mobil milik jeno sementara yeonjun yang membawa motornya. Untuk tempat tutor hari ini, ada di rumah yeji dan mama yeji yang sudah menganggap yeonjun anak secara khusus meminta agar eunbi dibawa, kangen cucu katanya.
"pokoknya besok aku mau anak cewe kalau anaknya kaya gini" jeno yang sedang menunggu lampu merah menoleh ke arah yeji yang tengah bercanda dengan eunbi hingga membuat eunbi tertawa menunjukkan giginya.
jeno tertawa pelan. "agak kejauhan ya bu, halunya. tapi ngga papa ku maafkan karena kamu pacarku" ujarnya. yeji mendengus.
"pokoknya aku mau punya anak cewe yang besok besok bisa ku kepang, kupakein rok lucu, beliin plushie banyak" halunya yeji malah makin parah sehingga jeno hanya bisa tertawa sambil menoyor kepala pacarnya pelan. "ujian mu dipikir dulu, cantik. ujianmu. Katanya mau jadi dokter" ujarnya membuat kehaluan yeji hancur tiba tiba.
"aku gamau jadi dokter!" protesnya sementara jeno hanya menganggukan kepalanya. "tapi nilai biologi sama kimia dinaikin semua ya buat ngejar snmptn kedokteran universitas depok. jangan tanya aku tahu dari mana, aku bestie sama papamu sekarang tau" jeno masih terus-terusan meledek pacarnya yang tidak ingin masuk rumpun kesehatan tapi harus nyebur karena papanya menginginkan yeji kesana. Yeji manyun lagi. "ah ngga seru mainnya ngobrol sama papa"
jeno tertawa lepas membuat eunbi menoleh ke arahnya. Matanya yang bulat penasaran kenapa pamannya tertawa dan perlahan ia tertawa melihat jeno tertawa.
yeji yang melihat itu kaget. "lah? receh amat nih bayi" jeno makin tertawa pun dengan eunbi yang malah tertawa kencang melihat pamannya ikut tertawa.
"dah cocok kalian nikah, gih buruan daftar kua" haechan mengomentari yeji dan jeno yang datang bersamaan. Yeji yang menggendong eunbi sementara jeno membawa tas nya. jeno kemudian menendang bokong haechan. "sembarangan, dikira nikah gampang apa" komentarnya yang tahu kalau nikah muda itu tidak gampang karena ia pernah beberapa kali dititip eunbi saat mama papanya ribut.
"eh cucu oma udah dateng" mama yeji secara antusias mendekat ke arah yeji dan langsung mengambil bayi di gendongan anaknya. eunbi kebingungan, dia tidak pernah melihat oma ini sepertinya. Bibirnya kemudian melengkung kebawah, ingin menangis. Tapi pengalaman tidak bisa bohong, mama yeji langsung sigap menenangkan dan membawanya ke dalam rumah begitu saja. "yuk, ketemu om hyunjin yuk Udah kalian lanjut aja belajarnya biar tante gendong anak cantik ini"
Jeno lagi lagi hanya menggelengkan kepalanya. "ya udah langsung mulai bab empat ya"
Jeno berhenti menjelaskan materi begitu mendengar suara eunbi menangis kencang. "keponakan lo kenapa tuh?" jaemin bertanya. Jeno menggelengkan kepalanya kemudian mengambil hand sanitizer kemudian bangkit mendatangi hyunjin yang sedari tadi menggendong eunbi sambil memberi susu.
"kenapa dia?" tanya nya pada hyunjin sambil mengambil gendongan eunbi. "ngga tau, dari tadi ngerengek cuma minta susu udah gue kasih anteng terus kenceng banget nangis nga" jeno menganggukan kepalanya. "kecapean kali, udah waktunya tidur siang ya sayang ya?" jeno mengusakan hidungnya yang mancung di pipi eunbi. Begitu mencium bau familiar, tangisan eunbi kembali hilang. Dia mengusal manja ke dada jeno.
"udah tidur ya bentar lagi mama sama papa---loh nangis lagi? ini om, sayang" jeno dengan telaten mengecek apakah popok eunbi sudah penuh, tapi masih belum.
"kenapa anak papa nangis?" mendengar suara familiar, eunbi kemudian mengangkat kepalanya mencari dimana suara papanya berada dan bemar saja, yeonjun datang dengan karina. Karina langsung menemui orang tua yeji sementara yeonjun yang mendengar tangisan anaknya langsung mendekat.
Yeonjun langsung mengambil alih gendongan eunbi dan menimang putrinya yang ajaibnya langsung diam apalagi begitu papa nya memberikan susu langsung terlelap di gendongan papanya.
hyunjin yang ada disana membuka mulutnya. "bisa gitu?" yeonjun hanya tertawa menanggapi.
"ya bisa. Makanya lo punya anak perempuan biar lo tau rasanya gimana jatuh cinta dan jadi cinta pertama buat anak lo"
***
Begitu yang lain pulang, jeno masih tetap berada di rumah yeji karena ada yang mau ia bicarakan dengan pacarnya pun dengan hyunjin mengenai gangguan gangguan yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam rumah mereka. mungkin karena papa mereka sedang berada di luar kota jadi tidak ada proteksi, tapi entahlah. Belakangan rasanya aneh.
"dimana biasanya kamu liat nya?" jeno bertanya. Yeji menunjuk kamarnya. "di kamar. Kamu cek sendiri deh"
Jeno kemudian mengajak hyunjin untuk menemani mereka karena bagaimanapun tidak enak untuk masuk di kamar pacarnya ketika ada orang tuanya. Bisa dikira macam macam dia nanti.
jeno melihat lihat kamar pacarnya yang didominasi warna soft pink. berkeliling mencari keberadaan 'dia' yang datang ke rumah yeji padahal biasanya yeji dan hyunjin bisa mengusir nya dengan mudah.
Langkahnya mendekat ke arah sudut ruangan. "mau apa sampe ganggu ganggu cewe gue?" tanya nya kepada udara kosong dan benar saja sebuah kepala muncul menembus tembok. Tidak ada bola mata serta seluruh wajahnya pucat membiru seperti terlalu banyak terendam air.
Dengan hanya kepala yang keluar dari tembok, dia menatap jeno sehingga keduanya saling menatap. "kamu bisa bantu aku?" tanya nya sambil memiringkan kepalanya.
jeno menelan ludah. "gue ngga bisa sendiri. Kalau lo penasaran, datang ke cafe. Disana, mungkin ada yang bisa bantu lo"
-----
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
Fiksi PenggemarSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...