cafe;-bertamu

779 136 2
                                    

"ini rumahnya?" sungchan bertanya saat mereka berlima sudah sampai di rumah yang memiliki satu lantai. sebuah rumah yang sebetulnya tidak terlalu bagus. memiliki satu lantai dengan desain bangunan yang cukup lama.

jeno membuka helm full face miliknya. Benar, kali ini dia membawa motor nya dengan membonceng taeyong sementara mark dengan jaehyun dan sungchan menggunakan mobil milik jaehyun karena kelamaan kalau harus ambil motor di cafe.

"kalau berdasarkan alamat terakhir sih disini. cuma ngga tau kalau udah pindah apa belum"  taeyong berujar sambil melilhat ke arah sekitar.

Saat ini kelima orang berbeda usia serta tinggi badan tengah berdiri berjajar. Di ujung, ada jeno dengan jaket kulit dan celana khas anak sma. Taeyong berdiri disampingnya dengan celana bahan dan kemeja yang ia kancing sempurna dengan lengan yang ditekuk hingga siku, mark yang masih memakai almamater osis kebanggannya karena ia baru saja kembali mengingat dia akan menyalonkan diri menjadi ketua untuk periode ini, sungchan dengan seragam biru putihnya serta tangan yang memegang botol minum berada bersandingan dengan jaehyun yang memakai celana jeans dengan kaus polos sementara kemeja nya masih ia sampirkan di bahu.

jaehyun mengangkat bahu kemudian berjalan mendekati gerbang yang sebenarnya tidak bisa disebut gerbang "coba aja" ujarnya mendekat.

"kaya rumah kosong" sungchan berujar ragu melihat rumah tua dihadapannya. "well, he's not wrong" mark memvalidasi ucapan si bungsu. apalagi rumah dengan design era 80 an ini masih kokoh walau beberapa sudut sudah mulai rapuh.

"Permisi" jaehyun berujar dengan lantang, mencoba mencari tahu  apakah ada orang di dalam atau tidak.

"ngga ada orang. udah pindah kali ya? orang ini udah puluhan tahun yang lalu" jeno berujar sambil berjalan jalan melihat sekeliling. Tidak banyak yang ia lihat, bahkan hantu hantu yang biasanya singgah di rumah kosong saja tidak terlihat. entah penglihatan jeno yang sedang buruk atau memang tidak ada.

"bentar gue tanya orang deh, mana daerah sini kosong bgt ngga ada orang. heran gue" sambil mengeluh, mark mencoba melangkah mencari rumah terdekat yang berada di dekat rumah tua ini. Rumah ini memiliki lingkungan yang sepertinya tidak terawat karena ilalang tumbuh tinggi hingga menyentuh langit langit rumah yang hampir jebol. Tak lupa lumut lumut di bagian bawah rumah.

"Di dalem rumah katanya ada kakek kakek sama nenek nenek ya usia tujuh puluh delapaj puluhan tahun lah. Kita disuruh langsung masuk aja soalnya kalau dari sini pendengaran mereka udah ngga terlalu tajam" mark berujar setelah kembali dari warung yang ia temui di ujung jalan. aneh sekali, di seluruh perumahan ini, hanya ada rumah tua ini dengan lahan luas di kanan kiri nya serta jarak dengan terdekat saja lebih dari lima ratus meter.

"beneran?" jaehyun bertanya memastikan. Mark menganggukan kepalanya. "tadi ibu ibu nya bilang gitu. ga percaya tanya dia nih" mark menunjuk sungchan yang memang tadi ikut bertanya ke warung.  sungchan menganggukan kepalanya. "bener kok, disuruh masuk aja"

"ya udah masuk nih, bareng bareng ah. mas depan mas" taeyong mendengus saat jaehyun malah memintanya untuk maju paling depan untuk masuk. tak banyak protes, taeyong membuka pagar yang besinya sudah keropos terkena panas dan hujan serta usia.

"assalamualaikum, permisi, kek, nek" taeyong mengetuk pintu mencobs memanggil apakah ada orang di dalam atau tidak tapi hening. tidak ada jawaban sama sekali hingga membuatnya kembali berujar. "permisi" ujarnya mengetuk pintu.

"mas ngga dikunci" jaehyun berujar saat pintu ternyata sudah terbuka tidak lebar sih sebenarnya, hanya saja sepertinya dijebol paksa karena terlihat di bagian grendel pintu yang rusak. "wah ga bener nih, gue mau masuk ke dalam duluan buat ngecek keadaan" taeyong berujar sambil mendorong pintu dengan siku nya yang tertutup kemeja.

"pintu nya jangan disentuh" taeyong berpesan sebelum melangkah masuk ke dalam rumah. Ia tahu sebenarnya masuk ke dalam rumah tanpa izin itu tidak boleh tapi mau bagaimana lagi, pintu rumah tidak terkunci dan ada indikasi masuk dengan paksa tak lupa fakta sepasang manusia yang sudah berusia senja.

"permisi,  kek,  nek" taeyong berujar sambil mengibas ngibaskan tangannya saat debu berterbangan begitu mereka masuk. "hatchih" karena udara yang begitu kotor hingga membuat dia bersin. Langkah kakinya semakin masuk ke dalam rumah yang jujur saja cukup berantakan.

"hm?" taeyong tiba tiba menghentikan langkahnya. Jeno yang berjalan sambil melihat lihat sekitar menoleh sambil mengerutkan kepalanya. "kenapa mas?" tanya nya bingung.

"jaehyun panggil polisi, ada yang aneh" taeyong yang percaya dengan indera penciumannya berujar kepada jaehyun. Mereka saling pandang. "kenapa mas? ada apa?" taeyong tidak menjawab tapi langkah nya semakin cepat mengikuti sumber penciuman dimana semakin menjauh dari pintu masuk.

Karena ini rumah lama, jarak antara pintu masuk dengan bagian dapur cukup panjang apalagi ketika taeyong membuka pintu belakang dengan cepat.

"mas? mas kenap... astaghfirullah" mereka sontak berujar apalagi saat mereka melihat apa yang ada di taman belakang dimana orang yang sedang mereka cari bersimbah darah yang sepertinya sudah cukup lama tidak diketahui karena baunya yang benar benar menyengat dan sudah terjadi pembusukan.

taeyong menoleh. "telepon polisi, sekarang"


***

jeno memarkirkan motornya di salah satu minimarket sepulang dari mereka yang baru saja entah mendapatkan jackpot atau apa malah bertemu jenazah dua lansia dalam kondisi tidak wajar.

"gue mau mesen vanilla latte. lo?" taeyong berujar kepada jeno. jeno yang sedang duduk duduk menoleh. "samain aja" jawabnya masih lemas karena masih terbayang bayang posisi terakhir mereka.

"jeno?" jeno menghela napas saat lagi lagi dia bertemu dengan yeji dan yeonjun di saat saat seperti ini. Ia kemudian tersenyum. "hi" balasnya menyapa.

"dari mana? rumah lo bukan daerah sini kan?"  yeonjun bertanya kepada jeno. jeno hanya menyengir. "ngikut abang jalan jalan" ujarnya mencoba menutupi tapi sepertinya yeji tahu dia berbohong karena tatapan matanya berubah menjadi sinis.

"aku nunggu di sini bentar ya, ada yang mau aku obrolin sama jeno" yeonjun menoleh dan mengerutkan kepalanya. "ada yang penting?"
yeji menganggukan kepalanya.

"ya udah gue pesen minum dulu bentar. nitip ya jen" jeno hanya menganggukan kepalanya membiarkan yeonjun meninggalkan kekasihnya dan dirinya di depan minimarket.


yeji mendekat dan menatap tajam jeno. "lo ngapain sama si merah?" bisiknya. jeno menoleh. ia tentu paham si merah itu siapa yang tengah dibicarakan oleh yeji.

ia menghela napas. "ada sesuatu yang gue harus urus agar dia tidak mengganggu" yeji membuka mulutnya hendak berujar tapi keburu dipotong oleh jeno. "tenang saja gue ngga main ilmu hitam atau dukun"

jeno nampak tersenyum ramah kepada yeonjun yang membawa sekotak susu kelada yeji sementara di tangannya ada soda.  "loh udah selesai ngobrolnya?" tanya nya saat menyadari yeji dan jeno hanya diam. jeno menganggukan kepalanya kemudian tersenyum tipis. "nanya tentang presentasi aja" ujarnya.

yeonjun menganggukan kepalanya. "oh. ayo babe pulang, soalnya aku ada latihan basket. jen, duluan ya" jeno hanya menganggukan kepalanya kemudian melambaikan tangannya.

"cantik ya jen?"

jeno terlonjak saat tiba tiba taeyong berbisik di sebelahnya. sementara itu taeyong tertawa terbahak tanpa dosa melihat reaksinya. "ngagetin mas" jeno berujar sementara taeyong hanya menyengir.

"cantik ya sayang pacar orang" taeyong bergumam pelan tapi jeno mendengar. ia hanya tersenyum kemudian menyeruput minumannya. "gue tau mas, gue juga sadar diri ngga mau ngerebut dia dari cowonya"

taeyong menepuk bahu jeno. "ayo balik"


————

SAN SAMA SEONGHWA IKUT ROVER CHALLENGE SAMA KAI UAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAUAU

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang