cafe ;-holiday

659 113 4
                                    

"biru, makan dulu" bian menegur jeno yang baru saja turun dari kamar nya dengan mengenakan kaus tanpa lengan dengan celana training panjang hendak berangkat bekerja.

belum sempat jeno menolak ajakan dari papanya. papanya kembali menyela. "makan dulu" jeno mendengus. Tapi akhirnya bergabung. makan bersama keluarga barunya setelah sekian lama. Tentu saja seulas senyum diam diam terulas begitu jeno sudah duduk rapi di samping karina yang sudah memakan nasi goreng nya dengan lahap.

"biru makan dulu"  jeno hanya diam saja tidak menolak dan tidak memberikan respon apapun ketika ibu tirinya memberikan seporsi nasi goreng dengan telur mata sapi sama seperti karina. Tidak membedakan apa yang diberikan kepada anak tiri dan anak kandungnya.

"Nanti kerja jam berapa?" jeno yabg sedang mengunyah sarapannya  mendongak. "pagi. habis ini berangkat" jawabnya apa adanya. Ia berujar karena hari ini hari libur sehingga dia tidak harus buka cafe pagi pagi apalagi mereka baru menyelesaikan kasus anita. Itu hanya alibi biar dia cepat selesai sarapan yang canggung ini.

"Ya udah kerja yang bener. Papa udah titip kamu ke Arkhan. bos kamu orangnya baik banget jadi papa percaya sama dia" jeno hanya mengangguk acuh kembali mengunyah nasi goreng nya. 


PRANG

Jeno menoleh ke arah suara alat makan yang terjatuh tiba tiba dari arah sebelahnya. Ia mengerutkan kepalanya saat karina tiba tiba berlari menuju kamar mandi setelah membanting alat makannya sembari memegangi mulut dan perutnya.


"karina karina" bian menyenggol istrinya untuk menyusul karina yang nampak sedang tidak baik baik saja. Jeno yang sedang mengunyah nasi gorengnya dengan pelam bahkan bisa mendengar kalau sepertinya karina ada masalah. Ia bisa mendengar seperti karina muntah muntah. Sakit kah?


"dek, kenapa? kamu ada salah makan?" papanya bertanya khawatir saat putrinya keluar dirangkul sang istri. Wajahnya nampak pucat dan lemas. "masuk angin kayanya dia. Soalnya aku lihat kalau belakangan dia sering begadang. Duduk. Biar mama bikinin susu hangat" karina menurut. Duduk lemas di samping jeno yang diam seolah tidak peduli tapi matanya melirik sesekali ke arah karina hingga bian tersenyum kecil menyadari betapa tsundere nya sang jagoan.


"mau periksa aja sebelum papa berangkat?" karina menggelengkan kepalanya. "masuk angin biasa kok, pa" karina berujar.  Bian menatap karina lama tapi kemudian menganggukan kepalanya mencoba percaya kepada anak bungsu nya karena belakangan ia tidak bisa melihat anaknya di meja makan karena sibuk.


"oh iya papa sama mama mau pergi ke luar kota ngurusin pekerjaan. Kalian berdua baik baik di rumah. Uang jajan papa transfer ke rekening masing masing. Jeno, jagain adeknya. Karin, jangan pulang malem malem apalagi kalau sama cowo. Nurut sama abangnya ya kalau dibilangin. Stock makanan udah diisi, kalau bisa dimasak jangan jajan di luar terus" jeno hanya menganggukan kepalanya acuh.


"biru berangkat" ujarnya sambil meletakkan piring di wastafel kemudian berjalan keluar, melenggang dengan wajah datarnya. Bian hanya menggelengkan kepalanya.  membiarkan anak sulungnya bekerja di pagi hari yang seharusnya libur.


Dengan memakai motor miliknya yang sudah diperbaiki tentu saja karena kemarin itu ringsek parah terbanting ke aspal, jeno berangkat bekerja. Sebenarnya tidak banyak orang yang akan datang ke cafe pagi pagi begini apalagi hari ini hari libur, tapi tentu saja kegiatan membuat kue harus dimulai dari jam jam segini.


Dan jeno bisa melihat ada motor matic yang terparkir di cafe yang masih tutup itu, pertanda si pembuat kue sudah datang. Siapa lagi kalau bukan pemilik cafenya sendiri yang sangat ahli dalam urusan dapur sehingga dia tidak usah repot repot merekrut orang untuk mengurus bagian dapur. Karena pemilik cafenya sendiri yang
mengurus urusan dapur dan memasrahkan urusan keuangan ke orang yang lebih ahli dalam bidangnya.

"pagi mas, masih sibuk?" jeno bisa melihat arkhan sedang membuat adonan cheese cake. Ia bisa melihat oven berisi cookies sedang bekerja, tepung dimana mana, choco cips yang berjajar, dan sekarang si pemilik sedang mengaduk adonan dengan mixer.

"ya lu liat sendiri dah gimana sibuknya gue pagi pagi" taeyong berujar sambil tetap membuat adonan.

"lo bisa bantuin gue pegangin ini, gue mau bikin menu baru soalnya. Nih gantian" jeno menganggukan kepalanya, memilih mencuci tangannya kemudian mengambil sarung tangan dan menggantikan taeyong mengocok adonan sementara taeyong mulai membuat adonan baru.

"roti atau cake?" jeno bertanya. Taeyong menoleh. "roti. Lumayan buat sarapan sama kopi" ujar taeyong. mark menganggukan kepalanya.

"pagi, sorry gue ada rapat pagi pagi begini" mark masuk ke dalam pantry setelah kembali dari rapat di pagi hari ini.

"that's fine. Rapat apa pagi pagi gini?" taeyong yang sedang menakar gandum di tangannya berkomentar. Mark yang sudah siap di depan wastafel untuk mencuci piring menoleh. "Event tahunan, ldks lanjutan, terus bahas tipis tipis study tour" mark menjawab sebelum mulai mencuci loyang loyang yang hendak digunakan.

"oh mas gimana? kasus anita sudah kita tutup?" mark bertanya kepada taeyong sambil memberikan loyang yang sudah dicuci. Taeyong mengangkat bahu.
"dia lagi ketakutan. Anita belakangan dateng ke kantor polisi. Lo bisa ngerasain ngga jen?" jeno yang baru saja mematikan mixer menoleh. "rasain apa?"

"aura anita?" taeyong berujar. Masih fokus dengan sesuatu di tangannya.


"iya. Dia makin nyeremin ngga sih? aura nya makin gelap. Yeji aja nyampe ngga berani buat ke toilet karena takut tiba tiba 'lepas' lagi. Dia ada dendam ya? bukan cuma minta namanya dibersihin jadi dia ngejar anton nyampe polisi?" jeno bersandar di meja pantry melihat taeyong yang masih fokus dengan adonan di tangannya.

taeyong mengangkat bahu. "mungkin. Tapi bisa jadi dia ditunggangi sih. Pokoknya jangan sampe publish semua nya sebelum dia nyelesain dendamnya. Kalau dia terus terusan begitu, mau ngga mau gue 'ikat' dia. Meresahkan soalnya" taeyong berujar kemudian melemparkan bluberry ke arah jeno membiarkan jeno mencuci buah yang akan menjadi isian roti yang ia buat.

jeno mencucinya kemudian mengirisnya tipis tipis.

"jen hand phone lo bunyi noh" jeno yang sedang mengiris blueberry dan strawberry menoleh kepada mark yang datang membawa cookies yang sudah matang sebelum menatanya.

jeno bahkan tak menyadari kalau misalnya ponselnya berdering karena ia letakkan di ujung dekat pintu.  "oh iya, thanks" ujarnya sambil mengangkat teleponnya. Ia melihat id pemanggil yang sudah lima kali meneleponnya. 

"kenapa?" jeno bertanya datar. Ia masih mengiris strawberry sementara ponsel nya ia letakkan di antara bahu dan telinga.

"hiks" jeno mengerutkan keningnya saat ditelpon malah mendengar tangisan karina yang menyambutnya seolah ada sesuatu yang besar telah terjadi.


"kenapa nangis? ada sesuatu?" tanya nya memilih meletakkan pisaunya dan fokus dengan telepon adik tirinya. Taeyong dan mark yang sedang menata cookies melirik jeno.

"kakak pulang. mama sama papa meninggal ketabrak kereta. Hiks hiks. Pulang kak. Karina ngga tau harus gimana" mendengar kalimat yang diucapkan, asupan oksigen jeno seolah terhenti. Ia mematung mendengar berita tiba tiba yang ia dapatkan.

"Kakak kesana" dan ini kali pertama jeno menyebut dirinya kakak setelah sekian lama.


—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang