"kayanya kumpul buat hari ini gue cukupin ya, buat kedua calon ketua osis gue harap siapin mental buat debat umum dihadapan warga sekolah" mereka—anggota osis kelas sebelas yang sebentar lagi akan naik menjadi pengurus inti, termasuk mark yang sedang duduk sambil menahan rasa ngantuk karena demi tuhan yang maha esa, ini sudah hampir jam enam dan mark belum pulang.
"siapin mental" ujar ketua osis menepuk bahu mark sekilas. Mark hanya tersenyum tipis. Ia tahu kalau sebenarnya dia calon yang sedang diunggul unggulkan oleh dua angkatan sebelumnya. Mengingat dedikasi mark yang patut diacungi jempol.
Mark kemudian mengambil tas nya kemudian berjalan keluar dengan tas yang tersampir di bahu kanan.
"WILL" mendengar namanya disebut, mark menoleh ke sumber suara. Bisa dia lihat seorang wanita dengan keribetannya berlari. mark tersenyum. "easy mina. aku ngga kemana mana" mina hanya menyengir.
"kenapa? mau pulang bareng? sorry aku naik ojek online soalnya motornya dibawa mas arkhan. Jeno juga tadi bawa sepedanya" mark berujar sembari menuruni tangga bersandingan dengan mina yang sedang mencari sesuatu di dalam tas nya.
"bentar bentar" mina berujar menghentikan langkahnya membuat mark ikut berhenti ketika mereka sudah sampai di gerbang. "minggir dulu, minggif" dengan tangannya yang melingkupi bahu mina, mark menarik mina mendekat agar tidak menghalangi jalan dimana motor sudah mulai keluar dari parkiran dan sesekali mark menyapa teman temannya yang keluar sembari dengan sabar menanti apa yang akan mina berikan.
"nih mark, nih" mina kemudian memberikan sebuah selebaran yang sebenarnya sudah kusut karena tertekuk tekuk di dalam sana. mark menerima dengan dahi berkerut. "apa ini?" ujarnya sebelum membuka selebaran di tangannya.
"lomba band, mark. Hadiah nya lumayan buat nyicil kuliah!" mina berujar sambil menyengir lebar. mark membaca apa yang ada di tangannya.
menarik.
"thanks mina. sekarang kamu pulang sama siapa? dijemput atau mau aku pesenin ojek online?" mina menggelengkan kepalanya. ia kemudian menunjuk teman mereka yang sudah menunggu di atas motor. "nebeng"
mark tersenyum tipis. "hati hati ya. kabarin kalau udah sampe rumah. maaf aku ga bisa anter"
mina menyengir. "santai. semangat kerjanya will! besok aku bikinin sarapan deh! semangat ya!" mark hanya bisa tersenyum saat mina berjalan menjauh dari dirinya.
ia memudarkan senyumnya saat melihat selebaran di tangannya. Lomba band. jujur saja mark senang sekali bermain musik apalagi kalau menang dia mendapat dua puluh juta. ink uang yang banyak yang bisa ia pakai untuk kuliah besok.
tapi yang jadi permasalahan
mark tidak punya teman yang bisa dijadikan teman band dan ini menyebalkan.
***
"nih minum dulu, cape lu pada?" jaehyun memberikan masing masing segelas kopi kepada jeno, mark, dan sungchan yang sedang membereskan cafe.
"thanks bang. mas arkhan kemana?" sungchan yang sedang mengelap meja yang kebetulan sudah selesai dan mereka sedang tidak ada pelanggan jadi memilih duduk duduk di kursi sembari menunggu pelanggan.
"nganter delivery order. Mana udah mau malem begini mau ujan" jaehyun berujar saat melihat langit sudah semakin gelap tapi arkhan tidak kunjung kembali padahal dia sudah mengantarkan pesanan dari sore hari.
"mampir dulu kali. kehujanan" jeno mencoba berpikir positif.
"ngomong ngomong bang, kita gimana nasibnya?" sungchan bertanya perihal kemarin. Tentu saja kejadian mereka menemukan sepasang lansia yang sudah meninggal dalam keadaan tidak wajar membuat nama mereka terseret ke kepolisian sebagai saksi tentu saja dan mereka sempat di wawancarai oleh beberapa polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...