cafe:-drama sabun

715 129 3
                                    

"mas hasil otopsi belum keluar atau gimana? kok ngga ada kabar?" jeno bertanya kepada Arkhan yang sedang mengelap gelas disampingnya. Ini sudah hari kedua cafe bertugas setelah hampir dua minggu tutup. Jeno tidak mendapatkan info info detail selain info yang diberitakan oleh media.

Taeyong menggeleng pelan. "nama nama jasad nya udah dikantongi dan beberapa jenazah udah dibawa pulang dan dimakamin. Termasuk jenazah temen lo. Tapi emang penyelidikannya tertutup jadi publik ngga ada yang tau. Polisi lagi bentuk tim gabungan buat ngejar pelaku" ujarnya masih merapikan gelas gelas yang ada di hadapan mereka yang masih basah setelah dicuci oleh mark.

"terus lo ngapain disini?" jeno bertanya bingung. Taeyong mengangkat bahu nya. "gue bukan polisi resmi yang bakal full kaya lainnya jen, for your information. Gue bukan lulusan akpol yang belajar strategi penangkapan musuh. Gue cuma kriminilog modal nepotisme bapak jaehyun yang lagi bahas motif pelaku ngelakuin ini semua. Sisanya gue bakal kasih ke polisi resmi sementara gue nyari info dari sini sambil buka cafe. kalau gue ngga buka cafe ini ntar duit dari mana buat ngegaji kalian" jawabnya enteng. Jeno membuka mulutnya sejenak kemudian menganggukan kepalanya. "oh gitu"

"iya begitu" ujar nya sambil menata gelas gelas di rak.

"tapi mas tetep kerja kan nyari motif pelaku?" taeyong menganggukan kepalanya. "iya lah. Gue digaji buat itu.  Kenapa emangnya?"

"kalau mas disini siapa yang nyari motif pelaku nya?"  taeyong tersenyum tipis kemudian berdiri bersampingan dengan jeno. karena tinggi mereka tidak terlalu berbeda jauh, taeyong bisa berbisik di telinga jeno.

"gue bakal tau motif seseorang kalau gue berada di kerumunan orang, jen. Gue bisa liat sifat sifat orang yang muncul kalau mereka muncul. Contohnya dia" dengan matanya, taeyong menunjuk seseorang dengan ujung matanya yang sedang menelepon. seorang pria di awal tiga puluhan, dengan kemeja berwarna biru yang tiga kancing nya dibuka dengan seorang gadis muda seusia jeno berpakaian mini.

"dia orangnya emosian, gue tau kalau dia bakal main kasar. Lo liat aja leher 'pacar' nya" menekan kata pacar dengan tanda kutip, taeyong berujar. ia kemudiaj tersenyum kecil. "ya lo tau lah, the baby girl with sugar daddy thing. Dan dia pernah kena kasus kekerasan dalam rumah tangga kalau lo mau tau"

jeno menoleh langsung ke arah taeyong horor. Kenapa taeyong tahu?

"gue bukan cenayang ya disklaimer, hantu gue juga ogah kalau gue suruh kepo tentang dia. Tapi gue belajar orang termasuk karakteristik nya. terlebih penjahat. gue ngga mau berbangga diri, but kalau lo dateng ke univ depok dan tanya ke salah satu dosen yang ada di sana, pasti tau nama gue. Dan ada alasan di balik itu" taeyong meremas bahu jeno.

"jadi, gue harus ketemu banyak orang. Karena bukan ngga mungkin dia ada di sekitar kita tanpa kita tahu. Dan gue bakal nyari motif nya, dari observasi langsung dengan orang-orang yang sekarang gue liat. Percaya ngga percaya, itu salah satu trik gue. Jadi, lo udah tau kan kenapa gue keluar dari pantry?" taeyong, dengan senyum menawannya berujar. Ia kemudian beranjak melayani pembeli yang memanggilnya meninggalkan jeno yang bohong tidak kagum.

pantas saja ayah dari jaehyun yang notabene salah satu polisi yang memiliki jabatan tinggi terus mengejar ngejar agar taeyong bisa masuk ke kepolisian apalagi menjadi intel. Tidak ada yang menyangka, pria di awal dua puluh tahunan yang sekarang pake kemeja putih polos dengan celemek bebek serta senyuman menawan nya mencatat pesanan tambahan yang dibutuhkan.

Ngga bakal ada yang menyangka kalau dia adalah seorang anggota tim intelegen yang sedari kuliah sudah diincar untuk bergabung ke kepolisian.

"siang, kak" jeno langsung tersadar dari lamunannya saat melihat seorang perempuan yang lebih tua dari dirinya berdiri di depan kasir setelah melihat lihat kue yang dipajang di etalase.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang