cafe;-snmptn

686 145 6
                                    

"om biyuuuuu ituttttttt" jeno yang baru saja turun dari kamarnya langsung menoleh saat namanya dipanggil oleh keponakannya dan benar saja, dari arah dapur, ia melihat keponakannya yang berlari dengan terhuyung huyung mendekat kearahnya. Di tangannya tampak sebuah pepaya yang ia pegang.

Melihat keponakannya berlari ke arahnya, jeno kemudian berlutut dan menyamakan tingginya dengan sabrina kemudian menggendongnya. "om jeno kan mau sekolah. Eunbi di rumah aja ya sama mamah" jeno membujuk sambil membawa keponakannya yang masih memakai pakaian tidur khas bayi berwarna kuning yang menunjukkan perut buncit khas bayinya.

Bayi enam belas bulan itu menggelengkan kepalanya. "ndak mau mama. itut om biyu" ujarnya ngotot sambil memeluk leher om nya yang selalu menemani nya bermain di rumah.

"apa ngga nangis besok kalau kamu nikah, kak?" karina mengomentari eunbi yang sekarang tengah dipangku oleh jeno. Sementara jeno mengelap tangan eunbi agar tidak menempel ke seragamnya. Jeno hanya tertawa, eunbi sering cemburu jika dia pacaran dengan yeji dan berakhir mereka bertiga jika berkencan membawa bayi mirip karina ini kemana mana.

"ya nggak dong, walau om nanti udah punya keluarga. Eunbi bakal jadi ponakan pertama om yang paling om sayang. Iya nggak?" eunbi hanya menyengir, membiarkan rambutnya yang sebahu tengah disisir oleh jeno.

"udah siang kak, ini bekalnya. Eunbi, sini ikut mama. Om nya mau sekolah" eunbi menggelengkan kepalanya. "ndak mau mama. mau itut" ujarnya dengan bibir bawah yang dimajukan.

"kan om nya mau sekolah, eunbi di rumah belajar sama mama. Nanti ibu guru datang ke rumah, oh iya, eunbi, papa pulang loh barusan" eunbi yang dari tadi memegangi kerah seragam jeno menoleh saat nama papa nya disebut. Yeonjun baru kembali setelah ada study tour selama tiga hari jadi eunbi hanya bisa menatap papanya lewat telepon.

"papa?" eunbi memiringkan kepalanya, mengintip dari bahu jeno mencari keberadaan papanya, yeonjun yang baru selesai mandi merentangkan tangannya saat melihat anak semata wayangnya, eunbi si anak papa langsung meminta turun dari gendongan sang paman dan berlari dengan terhuyung huyung.

bruk

karena tidak seimbang, akhirnya eunbi oleng dan hampir terjatuh. Untung, yeonjun sigap memegangi tubuh anaknnya yang sedang senang senangnya berjalan. "hati hati, sayang" hampir eunbi menangis jika yeonjun tidak menariknya ke dalam gendongan dan menimangnya.

"balik kapan lu?" jeno bertanya kepada yeonjun sambil memasukkan bekal nya ke dalam tas, yeonjun yang sedang duduk memangku eunbi mendongak. "jam tiga kayanya tapi gue tidur di kamar tamu, mereka udah ketiduran nanti kebangun kalau gue ke kamar" jelas yeonjun. Jeno menganggukan kepalanya. "ya udah, istirahat lo. Gue berangkat duluan ya, jun, rin. om berangkat sekolah dulu ya, eunbi di rumah sama papa" eunbi yang sedang asik memainkan hidung mancung papanya mengangguk, pokoknya sudah ada papa eunbi akan melupakan segalanya.

dasar anak papa.

dengan membawa bekal buatan karina yang ia bawa di tas, jeno berangkat ke sekolah mengendarai motor matic miliknya dan rupanya, ia kepagian karena tidak ada yang datang selain dirinya yang sekarang duduk anteng di lantai satu, kelas nya sebagai kelas di penghujung sekolah menengah atas.

"kenapa mukamu? kok pake masker?" jeno yang menyadari ada yang berbeda dengan kekasihnya bertanya saat yeji berangkat pagi sekali dengan rambutnya yang sekarang dibiarkan tergerai tapi wajahnya menggunakan masker.

yeji mendengus. "muka ku break out gara gara coba pake make up yang tren itu loh, tapi ternyata muka ku merah merah plus jerawatan" protes nya kesal, mengingat wajah nya yang terlampau sensitif sehingga sekarang memerah bahkan muncul jerawat hingga mau tidak mau membuat yeji tidak percaya diri.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang