PRANGGG
jaehyun yang sedang membereskan dapur langsung menoleh saat suara gelas pecah terdengar begitu nyaring.
"mas, mas gapapa?" ia bertanya kepada taeyong yang tangannya berubah karena terkena pecahan gelas. Taeyong menganggukan kepalanya, mencoba memejamkan matanya saat ia mengalirkan air ke luka yang ada di tangannya.
"ga papa ga papa. lagi ngelamun aja. sungchan belum balik? mark?" taeyong bertanya sambil menyeka luka di tangannya dengan tisu.
"belum, bentar lagi kayanya. Awas mas biar jae aja yang beresin" ujar jaehyun sambil mengambil sapu agar tidak ada korban lagi dari pecahan gelas yang entah jatuh dengan tidak sengaja, mungkin karena taeyong tengah melamun atau bagaimana sehingga gelas di genggaman tangannya terjatuh.
"halo mark? dimana?" taeyong melipir saat mark meneleponnya. Jantungnya masih berdegup begitu cepat karena memiliki firasat yang begitu aneh.
"mas bisa ke rumah sakit kota? jeno di tabrak mobil. tabrak lari. Gue curiga ini anton soalnya plat nomor nya hampir sama kaya anton. Buruan" mendengar itu jantung taeyong serasa merosot hingga kerongkongan.
"gue tutup cafe dulu nanti kita kesana" mendengar taeyong yang terdengar tergesa gesa, jaehyun mendongak. "kenapa mas?"
"minta tolong ayahmu buat keel cctv dekat sekolah nya mark sama jeno, soalnya jeno kena tabrak lari di sana. Gue curiga ini sengaja. Gue mau tutup cafe dulu" mendengar instruksi ribut dari taeyong, jaehyun mengangguk menyanggupi. Ia kemudian segera menelepon sang papa untuk menjelaskan apa yang terjadi. Beruntung papanya yang memang mendampingi jaehyun dari awal mengerti, ia kemudian memberikan instruksi kepada bawahan nya untuk segera ke tkp.
Dengan mengendarai motor milik taeyong, mereka berdua berboncengan untuk pergi ke rumah sakit, mengecek kondisi jeno apakah baik baik saja atau tidak tak lupa memberi tahu sungchan untuk langsung pulang ke rumah karena cafe ditutup. .
Taeyong mengabaikan sosok sosok yang ia lihat di rumah sakit dengan berbagai wujud. Ia memilih berlari untuk mendekat ke ruang gawat darurat karena ia melihat ada anak berseragam sama dengan mark.
"gimana gimana?" taeyong menerobos masuk ugd dan melihat adik tiri jeno bersimbah darah sambil menangis dengan gemetaran dan sepertinya ada teman perempuan jeno yang menenangkan dirinya. Ini teman perempuan yang sama dengan perempuan yang mengadukan tentang anton.
"lagi di tangani dokter. Orang tuanya lagi kesini jadi wali nya sementara karina. Bang jaehyun dimana?" mark yang sudah menyampirkan almamater yang digunakan untuk bantalan jeno bertanya.
"di luar. Lagi sama kepolisian nanyain temen temen kalian. Kalian nanti gantian kasih kesaksian ya" ujar taeyong. Mark, yeji, karina, ryujin, dan yeonjun menganggukan kepalanya.
"kalau gitu saya di luar dulu ya, karena mungkin disini udah ada orang" ryujin berpamitan. taeyong menganggukan kepalanya. "iya. makasih ya udah anter jeno ke sini" ryujin menganggukan kepalanya kemudian melangkah keluar. Mina tidak ikut karena dia mengurus segalanya bersama hendery di sekolah mengingat masih ada siswa dan guru yang belum pulang.
"JENO MANA JENO?" mereka yang sedang panik menoleh saat suara bapak bapak terdengar. Apalagi karina langsung memeluk mamanya dan menangis kembali. "mama hiks hiks kakak" lirihnya di pelukan sang mama. lirihannya tidak bisa didengar siapapun kecuali sang mama yang juga ikut menangis khawatir dengan keadaan anak tirinya di dalam sana.
"masih di dalam, om" taeyong menjawab.
"kamu?"
"saya arkhan, om. Saya kebetulan pemilik cafe tempat jeno bekerja" taeyong memperkenalkan diri. Bian membalas uluran tangan taeyong dan menjabat tangan pria berumur awal dua puluhan tahun. "kamu ada di tempat kejadian?" tanya nya penasaran karena hanya taeyong yang masih berpakaian bersih.
taeyong menggelengkan kepalanya. "kebetulan engga om, tapi mark yang ada di sana dan mengabari saya. jadi saya langsung ke sini dengan yang lainnya" mendengar kalau bos dari jeno itu sangat menyayangi anaknya, bian tersenyum tipis. Dia lega kalau bos anaknya sebaik ini. "makasih ya udah repot repot datang"
taeyong menganggukan kepalanya. "jeno juga adik saya, om. sudah kewajiban kami disini. tapi sepertinya kami bakal pergi sebentar lagi karena harus mengurus ke kepolisian biar om dan tante fokus sama jeno dulu saja" taeyong menjelaskan.
bian mengangguk, beban di bahunya sedikit terangkat. "terima kasih ya, nak arkhan"
"sama sama om" ujar taeyong.
Tak lama, taeyong bisa melihat jaehyun tergesa gesa datang. "mas, bisa ikut ke kantor polisi sekarang? cctv udah ada kayanya pelaku lagi dalam pengejaran. Mark, bisa ikut juga buat jadi saksi?" jaehyun bertanya kepada mark dan taeyong. Keduanya menganggukan kepalanya kemudian berpamitan kepada orang tua jeno. "om, kami pamit ya. Nanti saya kesini lagi kalau sudah mengurus urusan di kepolisian" ujarnya berpamitan.
bian menganggukan kepalanya. "terima kasih ya udah mau repot repot ngurusin ini. Om yang seharusnya berterima kasih ke kalian"
Ketiganya hendak pergi jika saja suara yeji tidak terdengar. Yeji memanggil taeyong pelan dengan memegang lengannya. "kenapa?" tanya nya kepada yeji yang tiba tiba pucat. Wanita ini perasaan sedang tidak kesurupan apapun atau diikuti oleh siapapun tapi kenapa pucat sekali.
yeji dengan pelan menunjuk ke arah lorong. "mas, itu jeno berdiri disana sama siapa?"
***
"gimana om?" taeyong langsung duduk dan masuk di ruangan papa jaehyun sementara mark didampingi jaehyun sedang berbicara dengan polisi lain memberikan kesaksian.
"ini rekaman cctv sama identitas pemilik mobil dan kayanya sesuai dugaan kita, semuanya mengerucut ke arah anton" taeyong menggigit bibir nya saat melihat foto mobil yang menabrak jeno. Sedan itu bagian kaca belakang nya hancur karena di lempar batu seukuran genggaman tangan oleh yeonjun sebagai tanda atau lebih tepatnya sebagai saluran emosi sih. Dan itu ternyata berhasil mempermudah polisi melakukan pelacakan mobil.
Taeyong bisa melihat supir dari mobil twrsebut keluar dan mendapat bayaran dari anton, pria yang menjadi guru dari jeno itu mengeluarkan sejumlah uang dari saku celana mengajar nya. Membayar orang untuk menghabisi nyawa murid nya sendiri.
"kamu masih ngga mau bergabung dengan kami taeyong? Kamu butuh akses untuk semuanya. Kamu ngga bisa terus menerus mengandalkan saya mengingat saya tidak selalu bisa membantu kamu. Kamu bisa memiliki akses untuk membuka semuanya sendiri. Tapi kamu tahu, kamu ngga bakal bekerja sebagai polisi biasa. Pikirkan semuanya, taeyong. saya yakin kamu tahu maksud saya" ayah jaehyun itu menepuk bahu taeyong yang hanya bisa menghela napas karena omongan ayah jaehyun yang benar adanya.
"jangan terlalu dipikirkan, sekarang lebuh baik kita fokus mengejar anton dan sepertinya jaehyun dan mark sudah menyelesaikan kesaksian yang dibuatnya" lagi lagi ayah jaehyun menepuk bahu taeyong yang sedang menggigit bibir nya.
Keduanya nampak berjalan keluar dari ruangan beriringan sesekali bawahan ayah jaehyun menyapa. "saya jamin, adik kalian mendapat keadilan" sebelum mereka bertiga pergi, ayah jaehyun berjanji. Taeyong hanya tersenyum tipis. "terima kasih. Akan saya pikirkan penawaran om" ujar taeyong kemudian berpamitan.
jaehyun menatap taeyong bingung saat ketiga nya sudah keluar dari kantor polisi. "mas ngomong apa sama papa?" taeyong memainkan kunci motor. "bukan apa apa. kalian mending pulang kasihan kecapean. Biar gue jaga di rumah sakit. Jangan lupa doa ya, buat jeno" taeyong berbicara.
"oh ya mas, tadi gue denger kalau yeji ngeliat jeno di lorong. Itu beneran jeno apa yang mirip sama jeno?" taeyong menghela napas saat mark bertanya. "bener jeno kok itu" jawabnya sambil menatap lurus ke depan.
"hah? kok bisa? bukan nya jeno ngga bisa keluar dari tubuhnya ya?" mark bertanya penasaran, pun jaehyun yang juga ingin tahu karena setahunya jeno tidak bisa keluar sari tubuhnya.
taeyong mengangkat kedua bahunya. "ada dua kemungkinan. Dia lagi astral projection atau dia lagi koma atau bahkan meninggal"
-----
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...