"jaehyun kata gue lo pergi dulu deh" taeyong mengomentari jaehyun yang sudah mulai memijat mijat tengkuk nya. Ia sudah menyadari kalau misalnya 'tamu' yang datang ini bukan tamu seperti biasanya.
jaehyun, sadar diri, kemudian duduk melipir di salah satu kursi paling ujung, memilih menjauh daripada energinya bergesekan. bisa berakibat buruk pada tubuhnya nanti.
"jadi? ini siapa jeno?" taeyong dengan ramah bertanya sambil memberikan segelas cappucino di hadapan sosok berseragam yang duduk di samping jeno.
jeno menelan ludahnya. Bohong dia tidak takut sekarang setelah menyadari kalau giselle tidak bisa dilihat oleh mata biasa. terbukti jaehyun dan mark yang kebingungan karena tidak memahami siapa yang duduk bersama mereka. "dia giselle. Teman sekelas gue" jawabnya terbata bata. Taeyong menatapnya sekilas kemudian menganggukan kepalanya.
"oh teman sekelas jeno, diminum dulu diminum" kini jeno bisa melihat bagaimana 'mereka' minum. Mungkin bagi mereka, mereka sudah mengambil gelas dan meminummya sementara bagi yang masih hidup nampak mereka mengambil 'sesuatu' dari gelas dan gelasnya bahkan tidak bergerak sama sekali padahal giselle tengah meminumnya.
"dia Arkhan, dia tau jawaban dari apa yang mau lo tanyain. Tanya apa yang lo mau tanya" taeyong hanya tersenyum kecil saat teman jeno ingin sekali bertanya tentang sesuatu.
"anu itu. gue ngga tahu kenapa gue bisa disini. Gue selalu kepengen berangkat sekolah tiap hari. Seragam gue kayanya ngga pernah ganti. Setiap gue balik ke rumah, tiba tiba gue muncul di halte sambil nunggu bus buat berangkat sekolah. gue kenapa ya?" giselle bertanya penasaran. Arkhan memejamkan matanya sejenak.
"lo inget sesuatu ngga? apa yang pernah terjadi sama lo?" arkhan mengajukan pertanyaan. giselle terdiam, mencoba mengingat ingat apa yang pernah ia alami selama beberapa saat kemudian menggelengkan kepalanya. "gue ngga inget, mas" jawabnya.
jeno menoleh horor ke arah arkhan yang hanya bisa tersenyum tipis. "terus ada lagi yang aneh?" tanya taeyong masih sambil merapal beberapa doa di dalam hatinya. giselle nampak tidak terganggu.
giselle mendongak. "gue rasa orang orang kenapa ngga bisa liat gue selain jeno ya? gue panggil panggil ngga mau noleh padahal gue udah teriak manggil nya. Kenapa ya mas?" giselle bertanya penasaran. Taeyong menggelengkan kepalanya.
"gue bakal cari tahu kenapa lo bisa gini ya? sekarang lo mending balik. Jangan jauh jauh dari tempat terakhir lo ya. Jangan mau kalau ada yang ngajak lo pergi" taeyong berpesan. Mau tidak mau giselle menganggukan kepalanya. Taeyong tidak bisa menjawab semua pertanyaan giselle tapi setidaknya giselle lega karena taeyong mau mencari alasan kenapa giselle mengalami semua itu.
"mas, kok bisa? dia bukan hantu kan?" jeno langsung bertanya kepada taeyong. Mencoba memastikan kalau yang ia lihat bukan hal yang menyeramkan, taeyong hanya tersenyum kemudian memegang kepala jeno sekilas dan mengarahkan pandangan jeno ke arah pintu dimana giselle sudah berdiri di pinggir jalan. "lo liat aja bentuk aslinya gimana"
jeno membuka matanya perlahan. "ASTAGHFIRULLAH" ujarnya mengucap begitu melihat hal yang ada di hadapannya, sangat berbeda dengan apa yang dia lihat tadi.
Giselle yang sekarang ia lihat berbeda dengan yang tadi ia bawa. Giselle sekarang berdiri dengan seragamnya, yang membedakkan adalah darah yang mengalir dari kepala hingga seragamnya berwarna kemerahan, kepala sebelah kanannya remuk entah mengapa dan bisa jeno lihat beberapa bagian otaknya terlihat.
"Mas?" jeno menatap taeyong dengan gemetar. taeyong mengangkat bahu. "gimana lagi" jawabnya.
"tapi kenapa dia ngga bisa ingat apa yang terjadi, padahal kejadiannya kurang lebih sebulanan kan? gue masih liat waktu dia selesai ujian soalnya" jeno memberondong pertanyaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
أدب الهواةSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...