cafe:-new move

733 128 3
                                    

"ada yang masih bingung ngga? kalau masih bingung, bingungnya dimana?" jeno bertanya kepada teman temannya yang sedang merapikan bukunya. Ia akhirnya memberikan keputusan untuk membuka jadwal les bagi teman temannya dengan tempat bergantian setiap minggu karena jeno tidak kepikiran untuk membuka murid baru, ia akan sangat kewalahan.

"sejauh ini gue paham, ntar gue telpon kalau misalnya ada yang ga paham. Lo kalau di telpon available jam berapa?" renjun bertanya kepada jeno yang mulai merapikan buku paket miliknya. jeno melirik jam tangannya. "kalau weekdays, gue available jam sembilan sampai jam setengah sepuluh. Kalau weekend jam sebelas sampe dua belas gue baru selesai kerja, jadi paling gue bisa bales besoknya" jeno menjawab. mereka menganggukan kepalanya.

"thanks ya minju rumahnya boleh dipake buat belajar. Mama sama papa nya mana gue mau pamitan?" jeno bertanya kepada minju. Minju menggelengkan kepalanya. "mereka lagi kondangan, jen. Jadi gue sendirian di rumah makanya gue ngajakin kalian ke rumah" jawabnya.

"ya udah kalau gitu, kita pamit ya. Na, jangan macem macem sama anak gadis orang" jeno memperingatkan jaemin saat jaemin ditinggal, biasalah curi curi waktu buat pacaran. Jaemin mendengus. "iya, iya, pak"

"gue kosong. Ada yang butuh tebengan ngga?" jeno bertanya kepada teman temannya.

"nih yeji ngga di jemput" yeji melotot saat namanya di sebut secara langsung oleh lia. Perasaan dia tadi mau pulang dengan lia deh?

jeno menatap yeji. "mau bareng? gue anterin nyampe depan rumah"

"tuh ji, ikut aja lumayan ada tukang ojek gratis" jeno menendang kaki haechan membuat haechan mengaduh. "sembarangan"

ia menoleh ke arah yeji. "gimana? dijemput ngga?" tanya nya sekali lagi.

"udah elah, ikut aja. Jeno nya juga ngga keberatan. Udah keburu maghrib nih jeno masih ada shift, ji" renjun akhirnya mengeluarkan suaranya. Mau tidak mau yeji akhirnya naik ke boncengan motor milik jeno. Untung kali ini ia memakai celana panjang sehingga dia dengan mudah naik di boncengan jeno.

"ya udah gue duluan ya, mau nganter ini dulu" ujar jeno sambil memakai helm nya. "ati ati jen, anak perawan orang tuh" lagi lagi dengan menyebalkan haechan meledek jeno. jeno menggelengkan kepalanya.

"duluan ya" ujarnya  sambil menjalankan motornya keluar dari rumah minju.

Keduanya saling diam saat berada di motor, jeno mengendarai motornya dengan kecepatan sedang sementara yeji melihat lihat sekitar dengan mata cantiknya.

"jen" jeno yang merasa terpanggil menaikkan kaca helm nya. "ya? kenapa?" tanya nya.

yeji menggelengkan kepalanya. "giselle gimana ya?"  yeji bertanya sambil meletakkan dagunya di bahu jeno. Jeno sepertinya sudah terbiasa dengan yeji yang selalu seperti ini ketika mereka berbicara di motor. .

"nanti gue coba bantu sebisa mungkin, cuma dia ngga sadar aja kalau dia udah pergi. Kalau dia udah sadar sebenernya dia ngga ada disini lagi" jeno menjawab. Bibir yeji manyun, jeno hanya tertawa pelan saat melihatnya dari kaca spion. Tentu saja giselle membuat yeji kepikiran karena bagaimana mungkin teman sekelas mereka masih berkeliaran secara bebas padahal dia bisa pergi begitu saja.

"jangan khawatir nanti gue cari caranya. Udah, jangan manyun. Kaya bebek tau ngga" jeno tertawa pelan meledek yeji yang malah bukannya diam semakin manyun. "biarin, gue lagi sedih tau"

jeno tersenyum tipis. "ya sama. Cuma kadang kalau kita ngga ikhlas juga susah buat mereka berproses dan jadi kaya mereka tuh" yeji melihat sekeliling, banyak sekali hantu hantu jalanan yang sudah mulai keluar karena maghrib sebentar lagi akan datang.
kebanyakan berada di pohon yang ada di pinggir pinggir jalan. Dengan rambut gimbal menutupi wajah hingga seluruh tubuhnya serta tubuh yang senantiasa digaruk dengan kuku kuku panjang tak beraturan serta cekikikan tawa mereka yang kadang tidak bisa dibedakan dengan tangisannya, mereka duduk dengan kaki berayun di  pohon.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang