cafe-fight

716 127 14
                                    

TW // Rape

"butuh panadol mas? itu muka kusut amat kaya gajian belum turun" mark yang baru saja membereskan meja pelanggan mengomentari wajah lesu taeyong yang sekarang tengah duduk di salah satu meja dengan laptop di tangannya.

Jeno yang berada di kasir sobtak menoleh ke arah taeyong yang benar, wajahnya sudah sedikit lagi hampir menunjukkan wajah pengangguran tidak dapat gajian tiga bulan.

"oh gajian kalian belum turun ya? minta jaehyun ya" taeyong malah berujar setelah menyadari kalau ini sudah tanggal sepuluh dan dia belum menggaji para karyawan yang bekerja di cafe nya.

"santai. bang jae bilang nanti di transfer ke rekening masing masing. soalnya dia lagi ga pegang uang tunai" mark kembali menyahut. taeyong menganggukan kepalanya. "bagus lah. Tenang gue" taeyong menghela napas lega.

"iya. santai aja. tapi pertanyaan gue kayanya belum dijawab? mas lagi kenapa?" mark kembali mengulang pertanyaan. Taeyong menghela napas kemudian memberikan laptop nya kepada mark untuk mark lihat.

"mas lagi nulis artikel?" mark kemudian duduk disamping taeyong yang nampak sudah pasrah. Taeyong menganggukan kepalanya. "iya. Tapi lo pada tau kan gue selalu goblok beginian. gue cuma bisa nya bikin kue aja" taeyong mengeluh.

jeno berdecih dalam hati. Padahal taeyong baru saja lulus jurusan satu satunya yang sda di universitas negeri yaitu kriminologi, malah ia membanggakan kemampuannya dalam urusan masak memasak.

"jadi kita mau publikasiin kebenarannya via media?" mark mengangkat suara. taeyong menganggukan kepalanya sementara jeno duduk di meja kasir sambil memakan kue kue gosong yang gagal matang. Memang biasanya mereka memakan kue kue gagal ini sebagai makanan karena hantu seperti amanda pun tidak ingin memakan ini.

memang hantu itu terkadang menyebalkan.

taeyong menganggukan kepalanya. "iya. karena kasus nya udah lama dan kepolisian nganggep ini bunuh diri. Mau ngga mau kita pake media buat ngebuka semuanya walau gue ngga yakin masih ada yang mau percaya sama ini" taeyong berujar. Mark menganggukan kepalanya. "ya udah biar gue yang bikin artikel" ujarnya menawarkan diri. "beneran nih?"

"udah mas, dia kan emang sering nulis begituan. Udah pasrahin aja semua ke dia" jeno lama lama berkomentar sambil mengunyah cookies nya. "ya udah kerjain dah, nanti kasih gue buat revisi. tenang aja gue traktir makan malam" mendengar itu, mark sebagai anak rantau yang hidup sendiri bersorak gembira. Lumayan uangnya bisa untuk makan besok ya kan?

"mas, yang gue minta tolong udah ada?" jeno bertanya kepada taeyong yang meletakkan kepalanya di meja. Taeyong melirik jeno kemudian mengedip ngedipkan mata nya yang besar. "apa ya? yang mana? gue lupa"

jeno berdecak. "yang rekaman cctv adek gue. Ada ngga kira kira?" jeno bertanya. taeyong ber oh ria kemudian mengangkat kepalanya dari bantal. "bentar" ujar nya sambil mengambil ponselnya dari saku.

"halo jen, udah ada belum rekaman yang gue mau? kirim buruan" ujar taeyong kepada entah siapa jeno tidak tahu tapi taeyong langsung mematikan panggilannya.

"nih udah di kirim. Gue belum liat apa apa jadi ngga bisa mastiin. Lo liat sendiri deh gimana" mendengar itu, jeno kemudian mendekat ke arah taeyong dan mark yang sedang duduk dan bergabung bersama keduanya.

"noh liat sendiri" jeno menerima ponsel milik taeyong dan duduk diantara keduanya sehingga kedua orang di sampingnya bisa melihat dan mendengar apa yang sedang ia lihat.

Jeno kemudian menutar cctv yang diberikan oleh rekan taeyong. Dimulai dari karina yang duduk di salah satu kursi cafe yang ada di salah satu hotel ternama. Memilih berbincang dengan teman temannya. cukup lama jeno melihat karina  duduk disana sebelum melangkah pergi menuju toilet.

Cafe : The Last mission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang