"ngga bisa dihubungin?" jeno bertanya kepada yeonjun yang sedang mencoba menghubungi kedua orang tuanya. Yeonjun menggelengkan kepalanya. Mungkin mereka benar-benar menelantarkan yeonjun karena beberapa hari yang lalu dia dah orang tuanya bertengkar besar.
"ya udah, ada gue. Lo jangan takut" jeno menepuk bahu yeonjun.
Keduanya masih menunggu operasi karina, jam sudah menunjuk pukul dua belas malam. Hampir pukul satu, tapi keduanya masih bertahan untuk bangun dan membuka matanya. Khawatir terjadi apa apa dengan wanita yang berharga di mata mereka.
Yeji sudah pulang dengan hyunjin tadi karena mungkin dia kelelahan. Begitu banyak hal yang terjadi kepadanya beberapa hari belakangan sehingga menyisakan dua orang pria yang tengah menunggu dengan perasaan yang tidak karuan.
Lampu di ruang operasi berubah menjadi hijau. Keduanya spontan bangun dari tempat duduknya. "kondisi nyonya karina masih kritis sehingga dengan terpaksa untuk sementara waktu kita letakkan di icu. untuk bayinya kami juga letakkan di ruang intensif mengingat beratnyan hanya 1,5 kg. Selamat ya, bapak yeonjun putri nya cantik sekali" yeonjun sedikit menghela napas lega, putrinya lahir. anak perempuan yang ia ingin sekali kehadirannya telah lahir di dunia.
"karena berat badannya hanya 1,5 kilo gram, terpaksa untuk adik bayinya tetap disini sampai kami tidak mengetahui ada kerusakan di organ tubuh bayi mengingat bayi nya baru menginjak usia 30 minggu, sehingga kami harus pantau terus perkembangannya" yeonjun menganggukan kepalanya mengerti. "terima kasih, dok"
dokter perempuan itu tersenyum dan berjalan menjauh. yeonjun menoleh ke arah jeno. "gue ke karina dulu nanti baru ke anak gue" yeonjun menghapus air matanya, menegakkan dirinya untuk melangkah menuju ruang tempat karina masih berjuang untuk nyawanya sementara jeno, ia menghela napas sejenak sebelum melangkah menuju ruang dimana keponakannya berada.
Pada awalnya, jeno hanya bisa melihat dari kaca. Melihat bagaimana tubuh kecil yang bahkan tidak lebih besar dari lengannya tengah berjuang hidup dengan bantuan selang selang yang menunjang hidupnya.
"adek mau masuk lihat keponakannya?" jeno menoleh saat seorang perawat menegur nya. Perawat yang membantu karina melahirkan sepertinya. "boleh?" tanya nya ragu.
perawat berusia tiga puluhan tahun itu tersenyum dan menganggukan kepalanya ramah. "boleh dong, tapi pakai pakaian yang steril ya. soalnya banyak dedek bayi disini" jeno menganggukan kepalanya, memilih melangkah mengekori perawat itu ke dalam ruangan, memakai pakaian steril serta masker, jeno melangkah mendekat.
Kakinya berlutut, menyamakan tinggi nya dengan tinggi inkubator. Ia bisa melihat tubuh kecil, merah, yang sedang berjuang di dalam sana.
"beratnya masih di bawah rata rata karena dia masih tujuh bulan dari kandungan. Jadi dia masih harus ada disini sampai berat nya normal dan kesehatannya membaik. Cantik sekali ya?" jeno yang pertama kali melihat keponakannya menganggukan kepalanya. Ia bisa melihat sekilas wajah perpaduan yeonjun dan karina disana, hidung mancung serta mata yang besar walau bayi perempuan ini menjadi bayi terkecil diantara bayi yang ada di sini.
Jeno tersenyum bahkan tidak sadar menangis. "bayi cantik, yang kuat ya disana. Maaf om nemuin kamu dengan wajah om yang jelek sekarang, tapi besok om janji bakal nemuin kamu dengan wajah yang ganteng" ujarnya sambil memasukkan telunjukknya untuk mengelus pelan jemari yang bahkan jauh sekali perbandingannya dengan miliknya.
"om tahu kamu lagi sakit sekarang, om tahu kamu sedang berjuang di dalam sini. bilang mama mu ya, biar mama mu cepat bangun biar kalian berdua terus sehat dan tinggal di rumah lagi. Om janji bakal ngajak kamu jalan jalan besok kalau udah besar. Doain om sama papamu banyak rezeki ya, anak cantik biar kita bisa beliin kamu banyak baju baju lucu" jeno menguasap air matanya yang turun dengan lengannya. Bayi di kotak kaca yang berada di hadapannya bergerak sedikir. "maaf maaf, adek tidur lagi ya. Istirahat yang banyak, cepat sembuh ya. Papamu sebentar lagi kesini. Om besok juga kesini lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...