"mas arkhan kemana?" jeno yang sedang merapikan meja kasir karena dia baru pulang sekolah dan kulai bekerja tapi meja kasir cukup berantakan, mungkin karena tadi banyak pelanggan yang datang sehingga jaehyun belum sempat membereskan meja kasir.
Mark yang juga baru pulang dan baru saja berganti pakaian menoleh sembari mengelap meja yang masih berantakan. "lagi keluar kayanya, lagi ada kerjaan di luar. Mungkin kasus yang kemarin. Jadi tinggal kita berdua sekarang sambil nunggu mas arkhan. Sungchan lagi les" mark menjawab sambil membereskan gelas gelas dan piring yang masih ada di meja.
Jeno menganggukan kepalanya, ia kemudian berjalan mengambil lap untuk membantu mark mengingat tugasnya sudah selesai. Dengan lap yang biasa dia gunakan untuk mengelap meja, jeno membantu mark agar pekerjaan mereka cepat selesai.
"ini cake nya udah abis?" jeno menganggukan pertanyaan yang diajukan oleh mark saat melihat cake yang biasanya tertata rapi di etalase sekarang sudah ludes tidak ada sisa. "habis kayanya. Biar diberesin aja nanti kalau mas Arkhan mau masak. Tapi kayanya engga deh, sekarang kan malam selasa udah ngga banyak yang datang" jeno berujar.
Mark menganggukan kepalanya. "oh, ya udah kalau gitu gue beresin aja sekalian" mark berujar sambil membersihkan etalase. Benar, ini sudah malam dan biasanya ketika malam selasa dan sekarang tengah hujan deras, sudah jarang ada tamu yang datang. Hanya ada beberapa orang yang mau datang di tengah guyuran hujan deras seperti ini.
"nih nih, makan malem buat kalian" jaehyun yang berlari dari motornya dengan baju basah kuyup terkena hujan datang bersama sungchan sambil membawa kantung kresek yang sepertinya makan malam untuk mereka.
"loh abang ngapain kesini lagi? bukannya shift nya udah selesai?" mark bertanya sambil melempar handuk ke arah jaehyun yang sedang mengacak acak rambutnya yang basah, pun dengan sungchan yang menggigil, mengamankan buku-bukunya yang basah.
"tadi jemput dia, terus karena lewat sini jadinya gue sekalian pesen makan buat makan malam eh tau tau kehujanan, mana deres banget kalau ditembus nyampe rumah bisa bisa meriang gue. Mana hujan angin begini" jaehyun berujar sambil mengelap badannya dengan handuk kering yang mark berikan.
"basah banget ngga?" jeno membantu sungchan yang sedang memilah milah yang mana bukunya yang basah terkena air hujan untuk dikeringkan dan rupanya buku paket tentang mata pelajaran biologi nya basah.
"ini taruh diatas kulkas, aja. oh sekalian baliknya bawa piring ya. Gue mau bikin kopi dulu buat kalian" ujar jeno berjalan ke counter untuk membuat secangkir kopi hangat untuk mereka yang baru saja datang.
"thanks jen. Mas arkhan mana?" jaehyun bertanya sambil melihat ke sekeliling mencari keberadaan pemilik cafe yang tidak kunjung muncul batang hidungnya.
"lagi ada kerjaan, biasalah dia kan sebenernya orang sibuk nah tuh orangnya balik" mereka menoleh saat arkhan turun dari motornya menggunakan mantel kelelawar berwarna pink gonjreng dengan motif polkadot yang diyakini bukan miliknya. karena setahu jeno, arkhan punya nya mantel potongan itupun warna biru tua.
"nih martabak nih" ujarnya sambil menyodorkan kresek berisi dua kotak martabak, sungchan yang berada dekat dengan taeyong mengambil nya, taeyong kemudian melepas mantelnya sambil bergidik kedinginan dan meletakannya di tempat yanh sudah ia sediakan khusus bagi mereka yang membawa mantel maupun payung.
"dingin banget buset, musim ke berapa sih hujan angin gede begini" taeyong berkomentar sambil melangkah ke tempat duduk dimana yang lainnya sedang bersiap untuk makan malam.
jeno memberikan teh manis hangat kepada pria yang sedang melepaskan hoodie nya sehingga sekarang ia mengenakan kaus yang menunjukkan bisep nya. "thanks, jen" ujarnya kepada jeno yang menganggukan kepalanya. jeno kemudian duduk dan bergabung dengan yang lainnya, membuka bungkusan berisi nasi goreng yang dibelikan oleh jaehyun.
"sibuk banget emang lo mas?" jaehyun mengangkat pembicaraan, taeyong yang sedang mengunyah mendongak. "ya lumayan, dua kasus mah ya ada" sahutnya sambil melanjutkan kegiatan makannya. "aman kan? ngga berkaitan sama teroris?" taeyong mengangkat bahu. "mungkin aja. Gue juga ngga tau" ujarnya apa adanya.
"mark, jadinya lo snmptn ambil apa?" taeyong bertanya kepada mark yang tahun ini sedang mencoba peruntungannya untuk masuk ke universitas negeri melalui jalur rapor.
"niatnya ambil ilmu komunikasi, masuk ngga ya padahal gue anak saintek?" mark bertanya, meminta saran.
"universitas mana? depok?" jaehyun bertanya, mark menganggukan kepalanya. "iya. Ambil univ depok, pilihan ke dua ambil univ gajah di jogja. Tapi menurut abang-abang, aman ga ya nilai gue kalau misalnya gue linjur begini?" mark meminta saran.
Jaehyun mengangkat bahu. "ya who knows? kalau snmptn mah ghaib. bahkan lo aja ngga tau lo rezekinya dimana. dua dua nya ambil ilkom? apa mau masuk akuntansi aja kaya gue?"
"dan ngeliat lo stress mikirin duit ghaib?" jeno meledek jaehyun yang mendengus. "bener. Gue udah stress" mereka tertawa pelan mendengar sambatan jaehyun.
"iya, gue ambil ilkom dulu deh, nanti utbk nya nyari referensi jurusan yang lain" ujar mark. taeyong menganggukan kepalanya. "iya, gitu aja. Kita kan gatau lo beruntung dimana" sahutnya.
"apa nih? kok tiba tiba dingin banget. Mana amis banget lagi" jaehyun yang biasanya tidak peka lanvsung protes saat suasana cafe yang tadi dingin sekarang semakin menggigil, aroma amis tercium hingga membuat mereka saling pandang.
"ada tamu, yang datang" taeyong menatap ke arah pintu masuk, dimana seorang gadis dengan rambut panjangnya yang menutupi bagian wajah depan miliknya.
Dia berjalan menembus hujan untuk datang ke cafe sehingga pakaiannya basah kuyup namun bau amis nya semakin menyengat.
"selamat datang, ada yang bisa kami bantu?" seperti biasa, dengan ramah taeyong menyapa. Jaehyun yang sudah tidak kuat dengan bau amis langsung berlari ke kamar mandi membiarkan empat orang menyambut kedatangan gadis dengan seragam biru putih.
"bisa aku minta tolong?" sungchan langsung memundurkan badannya, bersembunyi di balik badan mark yang lebih pendek dari dirinya saat wanita itu mendongak, memperlihatkan wajah dan mata yang tidak ada bola nya.
Taeyong memejamkan matanya sejenak kemudian menatap hantu di depannya tajam. "tidak. aku tidak bisa membantumu dan berhenti mengganggu orang orang"
jeno menoleh ke arah taeyong yang tumben sekali tidak mau membantu 'mereka'. Ia bahkan menolak dengan tegas padahal hantu itu belum duduk.
taeyong mendekat. "sudah berapa orang yang kamu takuti, huh?" ujarnya sambil membaca doa dalam hati, membuat hantu itu menjerit dan menunjukkan wajah aslinya yang bahkan lebih parah dari yang jeno lihat sebelumnya. Seluruh tubuhnya sekarang membengkak, bau amis benar benar tercium jelas bahkan di hidung mark.
"pergi dari sini atau mau ku ikat?" hantu dihadapan mereka menggelengkan kepalanya kepanasan saat arkhan semakin keras berdoa dan akhirnya memberi 'ikatan' agar dia tidak kemana mana.
"mas, emang kenapa? kok dia ngga bisa dibantu?" jeno bertanya begitu taeyong menyeruput tehnya sepeninggal hantu tersebut.
taeyong menoleh. "dia bunuh diri, jeno. Kita ngga bisa bantu mereka yang memilih mengakhiri hidupnya sendiri dan meminta kita untuk membalaskan dendamnya"
—————
jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Cafe : The Last mission
FanfictionSabiru Jeno Mahaprana terbangun setelah tiga tahun dari tidur panjangnya yang begitu lelap dengan fakta bahwa sang ibu, ternyata sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya saat ia tertidur. Tak hanya itu, Jeno juga terbangun dengan sebuah kemampuan...