"Sok an pingsan segala caper banget,"
"Diem deh lo!,"
Kepala Azila terasa sakit dia bangun dari tidurnya disambut keributan dengan suara asing. Siapa yang pagi-pagi begini sudah bertengkar? Membuat tidurnya tidak nyenyak.
Azila mencoba membuka matanya perlahan meski terasa berat dan pening.
"Zel lo udah sadar? Zel? Ada yang sakit?,"
Zel? Zel siapa? Pikir Azila sedikit tidak peduli. Dia melenguh pelan merasakan sakit disekujur tubuhnya.
Begitu matanya terbuka sempurna, Azila melotot terkejut saat mendapati dua cewek yang berada di sebelahnya. Lantas membuat Azila seketika terduduk.
"Lo siapa?!," sergah Azila sembari memundurkan tubuhnya refleks.
Dua cewek berseragam sekolah itu kompak menatap Azila dengan tatapan yang berbeda. Satunya heran, sedangkan satu cewek lainnya terdengar menggerutu malas, jelas sekali kalau dia tidak suka.
Azila menghindar dengan gerakan kasar saat salah satunya ingin menyentuh lengannya.
"Ini gue Naya, lo kenapa?," cewek yang mengaku bernama Naya itu terlihat menatap Azila khawatir.
"Naya?," monolog Azila.
Gadis bersurai sedikit berantakan itu masih setia memegangi kepalanya mencoba mengingat sesuatu yang mungkin dia lupakan, tapi gagal. Azila tidak mengingat siapa Naya, yang dia ingat itu Nayyara temannya dan wajahnya jelas berbeda dengan cewek bernama Naya ini.
"Naya siapa?,"
"Zel lo belum sarapan, sekarang makan ya?,"
Azila semakin bingung, Zel siapa sebenarnya? Apakah cewek bernama Naya ini tengah berbicara dengan orang lain? Tapi kenapa tatapannya tertuju padanya?
Azila terus memperhatikan cewek bernama Naya yang duduk pada kursi samping brankar itu sibuk membuka kotak styrofoam yang sepertinya berisi makanan. Kenapa Naya mengalihkan pertanyaannya? Padahal Azila bertanya serius.
"Tcih! Udahlah lo urus aja dia males banget gue,"
Azila beralih menatap cewek yang berdiri dengan bersedekap dada angkuh, dilihatnya sedari tadi cewek itu menggerutu sebal sampai akhirnya benar-benar pergi.
"Dia siapa?," pandangan Azila langsung tertuju pada Naya.
"Lo beneran lupa zel? Serius?," Naya meletakkan bubur ayam kembali di atas brankar. Dia harap apa yang sedang terjadi pada temannya itu tidak serius.
"Dia Zhiva, zeell," gemas Naya. Dia pikir otak secerdas Hazel tidak akan mempertanyakan hal seperti itu.
"Zel siapa? Nama gue bukan zel," ralat Azila sudah teramat kesal dengan panggilan zal zel itu.
Ah! Tunggu.. Seingat Azila dia terakhir kali tidur di kamarnya lalu sekarang kenapa dia..
Seperti sebuah ruang uks, tapi tempat yang asing bukan seperti disekolahnya. Azila dimana? Dia dimana sebenarnya?
"Hazeell astaga lo beneran amnesia ya?!,"
"Ha-hazel?," Azila terbata seketika tubuhnya kaku. Sedari tadi Azila dipanggil dengan sebutan zel, jadi maksudnya Hazel?
Deja vu.
"Nama gue Hazel?,"
Naya menghela pelan sebelum akhirnya mengangguk,"Iya, Hazelica Grace Priscanara," cewek bersurai sedikit gelombang itu tersenyum menatap Azila. Rupanya kepintaran Hazel menghilang setelah pingsan? Begitukah?
"HAH?!,"
Azila memekik keras membuat cewek di depannya langsung memejam, sebab Azila berteriak tepat di depan wajah cewek itu.
Dan Azila hanya bisa menampilkan cengiran bersalahnya,"Beneran gue Hazelica?," tanyanya lagi entah untuk yang keberapa kalinya sampai membuat Naya menggeleng tak habis pikir. Tapi Naya tetap saja mengangguk meladeninya.
"YEAYY!!,"
Lagi lagi Azila membuat Naya terkejut, tangan gadis itu bahkan terkepal meninju-ninju udara dengan riang. Dan hal itu membuat Naya bergidik ngeri. Tapi Azila tidak peduli.
"Lo pasti Naya, temen kelas gue kan?," tebakan Azila yang langsung diangguki oleh Naya, membuat Azila seketika mengembangkan senyumannya bangga.
Demi apapun Azila senang bukan main. Meskipun rasanya terdengar mustahil.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...