54. Fight in front of the school

422 26 7
                                    

Bugh

Bugh

Bugh

Pukulan demi pukulan terus menghujami kedua cowok yang saling beradu otot, mereka tampak saling dikuasai emosi. Meski lebam dan darah sudah dimana-mana keduanya tetap tidak mau berhenti.

Bugh

Bugh

Semua orang kompak menonton tanpa ada yang mau melerai atau lebih tepatnya mereka takut, tapi seakan tak sungkan tak jarang pula yang merekam kejadian itu.

Mendengar keributan diluar Hazel ikut berlari keluar menerobos kerumunan teman-temannya yang berdiri didalam gerbang melihat ke tepi jalan tepatnya di depan gerbang sekolah.

Disana tampak pak satpam kwalahan melerai dua remaja yang tengah asik beradu tonjok. Hazel memelototkan matanya melihat dua orang yang dikenalnya, cewek itupun langsung membuka gerbang lalu keluar tanpa peduli semua siswa-siswi yang bersorak.

"UDAH CUKUP!," teriak Hazel berdiri ditengah-tengah mereka untuk menjauhkan tubuh kedua manusia itu.

Sontak kedua cowok yang berbeda seragam sekolah itu langsung menghentikan aksinya, tepatnya mungkin Aiden yang berhenti memukuli Mark lantaran Mark sudah tersungkur diaspal dengan memegangi perutnya.

"Lo apa-apaan sih? Udah ngerasa hebat?!," bentaknya menatap cowok tinggi yang berdiri dengan segala emosi didadanya.

Aiden terkejut,"Hazel? Lo belain dia?!,"

Tak menggubris pertanyaan Aiden, Hazel lebih memilih untuk mengulurkan tangannya pada Mark yang hanya ditatap datar oleh cowok itu.

Hazel merotasikan bola matanya malas,"Bangun," titahnya membantu Mark untuk berdiri.

Perlakuan Hazel tersebut diam-diam membuat Mark tersenyum sinis menatap Aiden remeh, membuat cowok bernetra setajam elang itu mengepalkan tangannya erat dan tak segan kembali menonjok Mark.

"Mark?!," pekik Hazel kaget begitu Mark terlepas dari tangannya dan kembali jatuh tersungkur.

Dan sekarang Hazel semakin dibuat marah oleh pelaku,"Lo udah gila ya?! Nggak punya malu?!," sarkasnya menatap Aiden yang barusan berulah.

"Ayo Mark!," ajak Hazel kembali memapah Mark sampai mendekat ke motor cowok itu yang terparkir tak jauh.

"Hazel lo berani sama gue?!," Aiden membentak dan tiba-tiba menahan lengan Hazel dengan cukup erat membuat gadis itu mengadu sakit.

Melihat drama itu lantas membuat semua siswa-siswi bersorak heboh, tak jarang orang-orang dijalan juga turut memperhatikan mereka. Makanya Hazel ingin segera menyudahi hal bodoh yang sedang terjadi ini, bisa-bisa citra sekolahnya yang tercoreng akibat ulah dua remaja itu.

"Lepasin dia!," Mark menyingkirkan tangan Aiden dengan kasar agar tak lagi menyentuh Hazel yang merasa kesakitan akibat cowok itu.

Melihat pembelaan Hazel pada Mark juga pembelaan Mark untuk Hazel karena merasa besar kepala atas kebaikan Hazel, Aiden dibuat diam ditempatnya. Selain ada Tami yang menyusul dan menahan lengannya, dia juga sedikit merasa bersalah dengan apa yang sudah dilakukannya pada Hazel.

Merasa masih kuat Mark meyakinkan Hazel kalau dirinya masih bisa menyetir, andai kata Mark tak bisa, Hazel bisa membonceng cowok itu. Ya dia memang bisa memakai motor besar itu karena dia pernah diajari oleh Aiden. Sekarang cukup mengingat nama itu lagi!

Berhasil naik dijok belakang motor besar Mark, Hazel langsung dibawa pergi dari pelataran luas sekolah elitnya.

Hazel sedikit mencondongkan kepalanya,"Lo beneran bisa?," tanyanya pada cowok yang tengah fokus menyetir motor.

"Cieee lo khawatirin gue ya?,"

Angin kencang membuat mereka sedikit mengeraskan suara dengan berteriak karena suara keduanya bisa terbawa angin, berakhir salah dengar atau mungkin tidak dengar, mengingat Mark juga memakai helm full face. Tapi respon Mark barusan berhasil membuat Hazel menekuk wajahnya kesal.

"Dih? Gue cuma nggak mau kecelakaan bareng lo ya!," sergah Hazel tak senang.

Dibalik helmnya yang kacanya sengaja dibuka Mark melihat wajah Hazel dari pantulan kaca spionnya, terlihat lucu.

Seakan ada ide yang melintas diotak separuh sendok nyamnyam miliknya, Mark terkekeh sendiri mulai mengeratkan tangannya pada stang motor. Dan melajukan motornya dengan kecepatan penuh, membuat tubuh Hazel yang semula ada diujung belakang kini lebih mendekat, bahkan kedua tangan gadis itu refleks memeluk pinggang cowok didepannya yang jelas membuat seulas senyum terbit dibibir Mark merasa amat senang dan bangga.

Ctak

Plak

Sontak saja Hazel memukul helm dan bahu Mark bergantian membuat cowok itu kembali memelankan laju motornya memekik sakit.

"Fuck! Sengaja lo?!," hardik Hazel menggeram.

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang