Pancuran air bersuhu rendah terus membasahi tubuh ringkih Hazel, pundaknya terus bergetar tanpa bisa dia hentikan. Kini rasa perih pada luka-lukanya sudah tergantikan dengan rasa dinginnya air yang menyeruak menembus kaos pendeknya, tetapi luka-luka hatinya masih terus perih tanpa bisa terobati.
Air matanya mengucur bebas bercampur air shower yang mengalir deras, remasan tangan dirambutnya semakin kuat seiring bayang rasa sakitnya yang terputar otomatis dimemorinya.
"Bangsat!,"
"Gue tuh capek!,"
"Capek banget!,"
"Gue juga benci! Benci sama diri gue sendiri!," tak sanggup bersuara Hazel kembali sesenggukan. Dadanya terasa semakin sesak saat dia semakin berucap banyak kata-kata menyakitkan.
"Mereka semua bener! Kehadiran gue itu sebuah kesalahan!,"
"Hazel cuma pembawa sial!,"
"Harusnya lo tuh nggak pernah ada disini! Arrgghh!!," tangisnya hebat bersamaan dengan tubuhnya yang meluruh.
Masih dengan meremas rambutnya Hazel duduk meringkuk, menekuk lututnya dan bersandar pada dinding lantai kamar mandi. Benar-benar kacau.
"Siapa papa kandung gue..," lirihnya sesenggukan.
Entah sampai kapan Hazel harus bertahan dirumah dengan suasana neraka ini, dia hanya ingin tahu siapa ayah kandungnya. Dan Kai sudah menjanjikan hal itu padanya, meski rasanya Kai hanya membohonginya untuk bisa terus memanfaatkannya. Hazel masih benar-benar berharap pada pria yang selama hampir tujuh belas tahun ini menjadi papanya.
"Kamu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga Mahanta!,"
"Ampun pa..,"
"Tidak ada kata ampun! Untuk anak tidak tahu diri seperti kamu!,"
"Pa cukup.. sakiitt..,"
"Saya yakin pasti kelakuan ayah kandung kamu juga tidak beda jauh dari kamu, bajingan! Brengsek!,"
"Kali ini kamu sudah keterlaluan dengan menghancurkan reputasi keluarga Mahanta di depan rekan-rekan kerja saya! Kamu sudah berbuat kurang ajar terhadap Zhiva!,"
"Apa masalah kamu sama dia? HAH?! Kenapa kamu tadi menamparnya?!,"
Bentakan beberapa jam lalu terus terngiang-ngiang dipikirannya.
"Enggak.. enggak, gue nggak salah..,"
"GUE NGGAK SALAH TAPI ZHIVA YANG SALAH!," bentaknya kencang dengan dada naik turun emosi.
Lama-lama mentalnya terganggu jika perlakuan manusia-manusia disekitarnya terus seperti ini. Hazel sudah benar-benar frustasi.
Kenapa dia tidak habis ditangan Kai? Kenapa?! Hazel seringkali berharap seperti itu, disela keadaan kacaunya.
Tapi kalau itu terjadi, apa mungkin pria itu akan menyesali perbuatannya? Hazel tidak yakin.
Rasanya papanya justru akan sangat bahagia bila dirinya sudah musnah dari dunia.
Dia terlalu lemah dihadapan Kai, pria tua itu terus semena-mena padanya. Tapi Hazel harus apa?! Melawan?! Tidak mungkin.
Sekeras apapun perlakuan Kai, laki-laki itu tetap papanya, meski katanya bukan kandung. Sebab mau sejahat apapun, Kai dengan kebaikannya mau menerima Hazel dan mencukupi kebutuhannya dirumah ini hingga usianya belasan tahun.
Hazel begitu menyayangi Kai lebih dari apapun meski rasa sayangnya itu masih besar terhadap mamanya, Nadia.
Dulu waktu kecil Hazel pikir seiring berjalannnya waktu papanya itu akan berubah dan menyayanginya, tapi rupanya salah. Semakin dia tumbuh beranjak, semakin banyak pula luka yang dia dapatkan.
Harus dengan cara apalagi dia mengakhiri semua penderitaannya?
Apa Tuhan memberinya sembilan nyawa? Kenapa dia selalu selamat di ujung kejadian yang hampir menghilangkan nyawanya?
Lalu sisa berapakah nyawanya saat ini?
Kalau memang begitu, Hazel hanya tinggal menunggu delapan nyawanya habis, sampai tersisa satu nyawa yang akan benar-benar membawanya pergi dari dunia ini.
Dan apa Hazel bisa bertahan dinyawa terakhirnya nanti? Atau dia.. akan berakhir tidak lama?
Entahlah. Hanya tuhan yang tahu.
Tbc.
Perjalanannya masih panjang jadi sabar ya kalau Hazel belum juga bahagia wkwk
Kalo ada yang ga suka ya jangan dibaca, gampang kan? Aku nulis bukan nurutin keinginan pembaca, but aku udah punya alurnya sendiri sampe gimana cerita ini nanti ending.
Buat yang suka, makasih ya.. vote komen kalian berarti banget buat aku seriusan deh. So, ayo dong ramein!!
Yang siders 'bombastic side eye' 😒
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...