Keluarnya dari mobil, Hazel langsung memuntahkan isi perutnya tepat saat Kai menariknya, membuat pakaian pria itu terkena muntahannya. Alhasil tanduk merah terlihat muncul dikepala pria itu, mengisyaratkan hal buruk yang semakin buruk akan segera terjadi. Tidak perlu menghitung detik.
Tanpa perasaan pria itu menekan tengkuk leher Hazel sampai gadis itu bersujud di bawah, tepatnya mencium muntahannya.
Wajahnya sudah menempel, dia seakan diminta mengembalikan muntahannya. Hazel berusaha keras untuk berontak, tapi tekanan dilehernya semakin keras membuat wajahnya sakit sebab terbentur lantai Plesteran Carport di halaman dan dia juga dibuat semakin mual karenanya. Bau muntahan yang langsung menyeruak ke hidungnya juga menempel dibibirnya dengan rasa yang arrgghh--Hazel hanya bisa menangis tanpa suara.
Bukankah hal itu sangat menjijikkan dan terkesan kurang ajar?
Sekarang pertanyakan saja kewarasan pria tua itu!
Tak berselang lama mobil sport milik Jevano memasuki pekarangan rumah. Mereka semua turun dikejutkan dengan hal gila yang tak terduga.
Ada perasaan sakit dihati Nadia saat melihat putrinya disiksa oleh suaminya, dia tidak bisa berbuat apa-apa, makanya dia lebih sering menjauh saat Hazel disiksa, dia sungguh tidak sanggup bila harus menyaksikan kekejaman suaminya.
Begitu juga dengan Jarrel-Jevano, tapi mereka menepis cepat rasa kasihan itu mengingat siapa Hazel sebenarnya.
Satu perihal itu membuat mereka tutup mata dan telinga dari segala kesakitan yang Hazel rasakan, menurut mereka Hazel pantas mendapatkannya.
Entahlah bagaimana cara berpikir kedua cowok tampan itu.
Menyudahi tekanannya, Kai menegakkan tubuhnya dan berbalik ke belakang mencari apa saja yang ada disana, otomatis membuat Hazel juga ikut menegakkan punggungnya.
Tak lama pria itu mendekat kembali dengan membawa sebuah tongkat kayu panjang yang lebih besar dari sebelumnya. Tanpa ba bi bu Kai langsung memukulkannya ke tubuh Hazel, bagian punggung yang paling sering terkena sasaran pukulannya.
Hazel memekik hebat lantaran rasa nyeri yang timbul juga tak main-main.
Dari pada menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, Kai lebih ingin menggunakan kekerasan fisik.
Dengan begitu beban masalah akan berkurang, menurutnya. Padahal lebih tepatnya adalah beban kepuasan menyiksanya yang berkurang! Tapi juga akan diulang.
Berarti memang tidak ada kepuasan untuk laki-laki itu menyiksa Hazel.
Dengan wajah yang terus menunduk, Hazel memuntahkan isi perutnya. Perlakuan Kai tadi membuatnya semakin mual dan terus ingin muntah.
Berhenti sejenak, pria itu berteriak memanggil asisten rumah tangga.
"Ambilkan air perasan jeruk nipis dan lemon! Bawa kesini!,"
"T-tapi b-buat apa pak?,"
"Cepat!,"
"B-baik pak, permisi,"
Kai hanya memiringkan kepalanya sedikit melihat salah satu asisten rumah tangganya yang buru-buru masuk kedalam.
"Kali ini kamu tidak akan saya ma'afkan!," bentak Kai.
Tak berselang lama salah satu bibi itu membawakan sesuai apa yang diminta oleh sang tuan rumah.
Ditempatnya Hazel sudah gemetaran sendiri melihat Kai mendekat dengan segelas air perasan jeruk nipis dan lemon.
Byurr
"AKHH!,"
Tubuhnya seakan dirajam, lukanya yang perih semakin terasa perih seiring airnya yang merembes ke dress putih tanpa lengannya. Hazel tak berhenti memekik kesakitan sambil meraih lukanya untuk dia sentuh seolah melindungi, padahal semua percuma saja.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Ficção Adolescente🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...