45. Ends unilaterally

536 25 1
                                    

Melipat kedua tangan diatas meja, Hazel menelungkupkan kepalanya disana. Pagi ini Hazel memutuskan untuk ikut Naya ke kantin, sekarang cewek itu tengah memesan makanan untuk dirinya juga.

Hazel belum sarapan karena Kai tak mengizinkannya makan dan dia tidak boleh pingsan lagi, itu bisa jadi masalah baru untuknya. Makanya Hazel akan makan dikantin untuk mengisi tenaganya, itupun kalau tidak dipaksa oleh Naya lantaran wajahnya pucat dan tubuhnya lemas. Dia sampai tidak fokus belajar membuatnya mendapat teguran lagi dari guru saat dikelas.

"Hazel," panggil Naya sembari duduk dikursi seberang Hazel.

Tanpa menunggu panggilan kedua, Hazel mengangkat kepalanya dan menegakkan punggungnya. Dia melihat sudah ada semangkuk siomay milik Naya dan sepiring nasi kuning miliknya, Hazel mengambil sendok sedikit malas.

Sedikit demi sedikit nasi kuning permintaannya itu dia suapkan ke mulut sampai seorang ibu penjual stand datang membawa dua minuman, es jeruk milik Naya dan air putih milik Hazel.

"Zel lo demam, gue anter lo pulang ya?,"

Untuk yang ketiga kalinya Hazel menggeleng menolak bujukan Naya. Tadi saat masih dikelas tak sengaja Naya memegang tangannya yang hangat, berakhir cewek itu mengecek dahinya yang ternyata juga sama hangatnya.

"Tapi zel?,"

"Nay, seriusan gue gapapa ini cuma karena tadi belum sarapan kok. Udah, mending lanjutin makan lo," elak Hazel tak ingin membuat Naya khawatir.

Brak

Meja yang Hazel dan Naya tempati bergetar lantaran seseorang baru saja menggebraknya membuat tak hanya mereka yang terkejut tapi juga sebagian murid lainnya.

"Minggir kalian!," usir Zhiva yang datang dengan satu kawannya. 

"Ada hak lo ngusir kita?,"

"Ini meja gue sama temen gue, enak aja kalian yang tempatin!,"

"Tapi ini bukan punya lo! So, semua orang bebas mau dimana aja, lagian masih banyak meja kosong kali nggak harus disini,"

Disaat Zhiva dan Naya sibuk berdebat dengan banyak orang yang menyaksikan mereka, Hazel justru tetap asik dengan kegiatannya tanpa terlihat sedang diganggu.

"Tapi gue cuma mau disini!,"

Naya memberi tatapan bertanya pada Hazel seakan meminta persetujuan, tapi Hazel terlihat tak peduli dan kembali menunduk melanjutkan makannya yang tak terusik. Padahal Naya tebak telinga Hazel juga sudah panas mendengar segala bualan Zhiva dan sekali lagi Hazel bodo amat, dia sangat malas meladeni Zhiva.

Prangg

"Lo juga! Pergi kek dari sini,"

Hazel mengepalkan tangannya yang masih memegang sendok diatas meja, dia menunduk. Sontak berdiri kasar membuat semua orang terkejut termasuk Zhiva yang barusan melempar piring makanan Hazel sampai tercecer dilantai.

Tanpa aba Hazel mengangkat minumannya dan menyiramkannya ke tubuh Zhiva dari atas sampai bawah. Zhiva sampai terdiam sejenak seakan mecerna apa yang barusan terjadi padanya, lalu saat tersadar cewek itu mencak-mencak ngamuk.

"Kurang ajar!,"

Sebelum Zhiva berhasil menampar wajahnya, Hazel lebih dulu menahan lengan gadis itu lalu menghempaskannya kasar.

Netra hazelnya yang teduh itu menajam menatap beberapa kumpulan manusia yang mempertontonkannya termasuk Zhiva dan temannya yang tengah menahan gemuruh amarah didalam dada. Hazel berlalu pergi meninggalkan tempatnya disusul oleh Naya yang sebelumnya memberi delikan tajam juga untuk Zhiva.

"Hazel?,"

Mendadak tubuh Hazel berhenti bergerak, dia menatap Aiden sedikit terkejut tapi dengan cepat Hazel mengontrol raut wajahnya agar tetap datar.

Sesaat saling pandang selama beberapa sekon, Hazel kembali sadar saat melihat Tami dibelakang Aiden. Gadis dengan cardigan baby blue itu berjalan melalui dua manusia yang terus menatapnya dengan perasaan dongkol.

"Hazel,"

"Hazel tunggu!,"

"Aiden, lo mau nyusul dia? Lo inget kan apa kata bokap lo kemarin?,"

"Tapi kan--,"

"Udah lo disini aja! Kita mau makan bareng,"

Semakin langkah kakinya menjauhi kantin suara dua manusia itu semakin pelan dan menghilang dari pendengarannya.

Naya berjalan cepat menyusul langkah Hazel sampai mereka sejajar,"Lo putus sama Aiden?,"

Hazel hanya mengedikkan bahunya acuh, dia benar-benar tidak mengerti mengenai hubungannya dengan Aiden akhir-akhir ini. Semua seakan tidak ada kejelasan.

Aiden bilang dia hanya menginginkan Hazel tapi cowok itu akan bertunangan dengan Tami, bahkan sekarang keduanya terlihat lebih lengket. Seakan dimana ada Aiden disitu ada Tami.

Rasa bersalah atas tindakan papanya kemarin mungkin masih ada tapi rasa kecewa sudah terlanjur menggerogoti hatinya. Hazel menganggap semua tentang Aiden sudah berakhir, meski sepihak.

Bukan Hazelnya Aiden dan bukan Aidennya Hazel

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang