Rasanya akan kurang kalau hari-hari berlalu tanpa menguras tenaga dan pikirannya. Jarum jam berjalan sangat cepat, satu mata pelajaran sudah dilewatinya dihari pertama ujian kali ini. Iyup! Sekarang hari senin.
Siapa yang benci hari senin?
Haahh menurut Hazelica semua hari-harinya sama saja, tidak ada yang spesial.
Terlalu banyak belajar membuat kepalanya pening, ya bukan hanya itu juga penyebabnya, melainkan karena kepalanya seringkali jadi sasaran kekerasan papanya. Jadi tak jarang Hazel sering merasa sakit kepala dan mual, hanya saja dia tak pernah menanggapi hal itu secara berlebihan.
Hari masih terlalu pagi untuk dikatakan siang dan pagi ini Hazel memilih duduk di taman sekolahnya dengan buku paket yang setia menemaninya.
Tumbuhan disana nampak segar dan terawat, bunga juga tumbuh dengan cantik, tapi sayang tidak ada satupun kupu-kupu yang hinggap.
Kemana perginya makhluk cantik itu?
Memikirkan peri cantik membuatnya ingin terbang, terbang kemanapun yang dia inginkan.
Sambil mengayun-ngayunkan kakinya, Hazel menghirup udara dalam-dalam dan sejenak merasakan kedamaian yang begitu nyata.
Kapan hidupnya sedamai tumbuhan di alam yang terawat? Kapan pula dia bisa mengepakkan sayap dan terbang bebas menjauhi hiruk pikuk kejamnya dunia? Semua hanya angan-angan belaka yang tak henti Hazel harapkan.
Yaa atau setidaknya dia punya baling-baling bambu seperti Doraemon? Hazel ingin terbang! Dia ingin menghirup udara ketenangan di alam bebas. Setidaknya sekali seumur hidup.
Jika Hazel diminta untuk memberi satu keinginan, mungkin Hazel akan meminta Doraemon untuk menjadi temannya.
Cukup berkhayalnya Hazel!
Apa cewek itu pikir akan semudah itu? Semua keinginannya diluar nalar, bodoh!
Rasanya Azila sangat muak! Kenapa disini dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri sih?! Padahal dikebanyakan novel transmigrasi yang dia baca, bila kita bertransmigrasi maka kita bisa melakukan apapun sesuai apa yang kita inginkan!
Sedangkan dia? Oh ayolah ini tak seperti yang Azila harapkan!
Sangat bodoh rasanya mengikuti alur asli! Oke, cukup mengeluhnya Azila!
"Awh!,"
Hazel spontan memekik saat tiba-tiba ada sesuatu yang dingin menempel di pipinya.
Sang pelaku justru tertawa senang dan langsung mendudukkan bokongnya di sebelah Hazel yang sedikit bergeser.
"Nih!," katanya seraya menyodorkan minuman dingin berkaleng pada Hazel.
"Thanks,"
Hanya mengangguk, gadis bername tag Nayanika Rivera itu mengikuti arah tatap Hazel yaitu lurus ke depan.
Usai menenggak minumannya Naya kembali bersuara,"Nggak kerasa ya bentar lagi naik kelas abis itu lulus, huh! Cepet banget,"
"Abis lulus lo mau kemana zel?," Naya menengok ke samping dimana terlihat Hazel tengah membalikkan lembar buku paket.
Menghentikan kegiatannya, Hazel kembali menatap Naya,"Nggak tau,"
"Kalo gue sih rencana pengen kuliah jauh, lo gimana? Kuliah juga kan?,"
"Iya kalau masih dikasih umur," angguk Hazel, disusul seseorang yang meneriakkan namanya cukup keras membuat atensinya teralihkan dari Naya.
Begitu tiba, cewek itu menatap dengan angkuh,"Gue mau bicara sama lo, penting!," ucapnya tertuju pada Hazel.
Lalu tatapan Tami beralih pada teman Hazel,"Bisa pergi kan lo?,"
Naya yang ditatap seperti itu kelabakan sendiri, dia pun langsung mengangguk,"Oke, yaudah zel gue balik kelas duluan yaa," pamit cewek itu yang agaknya sedikit merasa dongkol dengan sikap Tami yang seenaknya, jadi mari tunggu saja keluhan gadis itu nanti haha.
Hazel berdiri menyamai postur Tami yang sejak tadi berdiri dengan angkuh layaknya seorang bos yang suka menyuruh-nyuruh.
"Ada urusan apa?," tanya Hazel tak ingin berbasa-basi.
"Jauhin Mark!,"
Hazel justru mengernyitkan keningnya dalam mendengar larangan yang barusan terucap dari bibir merah cewek berinisial T itu. Yang Hazel tahu, bukannya mereka sudah tak memiliki hubungan alias sudah mantan?
"Gue tau lo deket sama dia kan?! Dan, gue minta buat lo jauhin Mark sama kayak lo jauhin Aiden! Lo tuh nggak pantes buat mereka Hazel!,"
"Oh yang pantes cuma lo doang ya?,"
Lucu. Sangat amat lucu. Memang siapa yang dekat dengan cowok bernama Mark? Haha padahal Mark sendiri yang mendekatinya. Coba tolong kalian saja yang bilang pada Tami, Hazel tak kuasa menahan tawanya.
"Kalo iya kenapa? Lo iri ya?,"
Uh, tingkat kepedeannya perlu diapresiasi! Senang bisa mendengarkan.
"Iya, lo emang pantes tapi merekanya nggak mau, miris kan?,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...