14. Pain from another wound

704 47 1
                                    

Brakk

"HAZELL!,"

Hazel berjingkat kaget mendengar suara keras juga teriakan namanya dan itu seperti suara seseorang yang sangat Hazel kenal.

Gadis itu bangun dari tidurnya masih sedikit sempoyongan, dia berjalan keluar dari kamar ingin memastikan.

Tapi begitu tubuhnya baru muncul dari dalam kamar seseorang langsung menarik lengannya paksa membuat Hazel memekik sakit sekaligus terkejut. Dia Aiden. Aiden Arnav Biantara cowoknya Hazelica.

Hazel bahkan tak mampu untuk sekadar mengucap nama Aiden karena saking terkejutnya. Gadis itu hanya bisa mengikuti kemana Aiden menariknya.

"Aiden lepas.. sakit," gumam Hazel berusaha melepaskan tangan Aiden, tapi sulit.

Aiden menutup telinga dari rintihan kesakitan gadisnya, Aiden juga menutup mata tak peduli pada setiap pasang mata yang menyorotinya. Aiden tetap acuh dengan semua hal itu dan terus menarik lengan Hazel sampai tiba dilobi utama lantai dasar.

"Aiden aku bisa jelasin semua, jangan salah paham,"

Masih belum melepas cengkeraman kuat tangannya, Aiden kembali menarik paksa Hazel sampai tiba diparkiran. Cowok itu juga dengan kasar membuka pintu mobil dan mendorong tubuh Hazel agar cepat masuk.

Aiden ikut masuk kedalam mobil, cowok itu mulai menancapkan gas melaju diantara banyak pengendara lain dijalan.

Hazel memejamkan matanya takut sebab Aiden mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan. Pegangan Hazel juga semakin menguat seiring kecepatan laju mobil yang ditambah oleh Aiden. Rupanya kali ini Aiden benar-benar marah besar padanya.

Hazel takut, tindakan Aiden bisa membahayakan orang lain bukan hanya dirinya dan cowok itu. Tapi percuma juga Hazel tidak akan bisa menghentikan aksi gila cowoknya, kalau sampai itu terjadi Aiden pasti akan lebih marah lagi.

Tak sedikit orang yang memperingati aksi Aiden dijalan, Hazel yakin mereka pasti marah-marah bahkan tak segan mengklaksoni mobil Aiden terus menerus.

Kepala Hazel terbentur dashboard mobil sebab Aiden berhenti mendadak. Hazel mendongak masih memegangi pelipisnya yang nyeri akibat benturan yang cukup keras.

Terlihat sekali cowok berseragam sekolah rapi yang duduk disampingnya itu tengah dikuasai amarah, dari nafasnya yang memburu dan garis rahangnya yang mengeras juga tatapan tajamnya yang membunuh.

Bibir Hazel bergetar tak kuasa menahan tangis, dia takut kalau Aidennya sudah seperti ini. Cowok itu akan berubah menjadi cowok jahat yang tak berperasaan sedikitpun bukan cowok hangat yang Hazel kenal.

Gadis dengan penampilan berantakan sejak semalam itu berjengit kaget saat Aiden memukul kemudi dengan keras.

Hazel tidak mau menangis saat ini, Aiden pasti akan lebih marah kalau dia terlihat lemah.

"Aiden aku bisa jelasin,"

"APA HAZEL? APA YANG BISA LO JELASIN?!,"

Hazel bergerak menjauh sebab terkejut Aiden menatapnya dengan bentakan keras.

"LO TOLOL HAZEL! LO CEWEK TERTOLOL!," bentak Aiden lagi kali ini dengan menunjuk-nunjuk dahi Hazel kasar.

"Dia cuma nolong aku Aiden..," lirih Hazel berusaha menjelaskan.

Aiden mulai mengontrol emosinya, nafasnya yang memburu tadi kini mulai mereda,"Di bayar berapa lo semalem, hm?,"

"Apa maksud kamu Aiden? Aku cuma--,"

"MURAHAN LO! HAZELICA! DASAR PELACUR!,"

Hati Hazel serasa ditusuk ribuan belati tumpul hanya dengan ucapan Aiden, Hazel menangis sudah tak mampu membendung air matanya. Sungguh dia lebih baik mendapat kekerasan fisik ketimbang mendengar segala ucapan yang membuat hatinya sakit. Terlebih dari cowok yang dia cintai.

"GAUSAH DRAMA LO BANGSAT! CEWEK LEMAH!," hardik Aiden yang semakin membuat Hazel sesenggukan.

Hazel menghapus air matanya,"Kalo kamu emang anggep aku kayak gitu yaudah kita putus aja,"

"Apa lo bilang?,"

"Aiden aku capek, hubungan kita udah nggak sehat, aku gapapa kalo harus putus sama kamu sekarang,"

"NGOMONG SEKALI LAGI LO!," wajah Aiden maju mendekat bahkan nafas hangat cowok itu terasa menyapu wajah Hazel dan Hazel hanya bisa menggigiti bibirnya takut.

Tangan Hazel bergerak menjauhkan wajah Aiden darinya,"Aiden lo egois dan gue udah capek sama semua kelakuan lo!,"

Plak

Wajah Hazel tertoleh kesamping membentur kaca mobil, seketika isakannya berhenti. Rasa panas langsung menjalar dipipinya yang baru saja ditampar kuat oleh Aiden. Mata Hazel langsung memerah, cewek itu menegakkan tubuhnya saat mendengar pergerakan kasar Aiden yang mencari sesuatu di dashboard.

"Lo ya?," Aiden terkekeh tak menyangka mendengar Hazel memberinya sebutan gue-lo dan bukannya seperti biasa.

Cutter tajam itu. Tubuh Hazel semakin bergetar ketakutan begitu melihat Aiden membuka cutter itu. Bayangan dimana Aiden dengan berani menyayat lengannya begitu jelas diingatan Hazel.

"Aiden lo mau apa?," tanya Hazel dengan bibir bergetarnya.

"Saat peringatan gue udah kebal di lo, ini cara terakhir supaya lo bisa sadar Hazeell,"

Hazel membuka pintu mobil ingin pergi dari sana tapi sayangnya tidak bisa, sebab Aiden sudah menguncinya.

"Lo nggak akan bisa keluar Hazelica Grace Priscanara,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang