Sudah dua hari ini Aiden tidak terlihat disekolah, bahkan pesannya tidak dibalas oleh cowok itu sejak kemarin. Hazel sudah menelfonnya berkali-kali tapi nomornya tetap tidak aktif. Hazel khawatir, takut kalau ternyata Aidennya sedang sakit.
Oleh karena itu, Hazel memutuskan untuk datang kerumah Aiden. Meski baru sekali Aiden mengajaknya kerumah cowok itu, Hazel masih menghafal alamatnya dengan baik. Hazel mungkin tidak peduli kalaupun orangtua Aiden tak menyukainya yang penting Hazel tahu bagaimana keadaan Aiden saat ini. Hazel gadis yang keras kepala, dia akui itu.
Cewek berhoodie baby blue dengan gambar kepala doraemon besar dibagian depan itu memilih untuk naik angkutan umum ketimbang merepotkan Aluna dan sopirnya. Pagi tadi dia memang berangkat bersama Aluna diantar sopir Aluna, meski sekolah mereka berbeda tempat.
Selesai membayar angkot Hazel berjalan masuk kedalam perkompleks-an mewah sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku hoodie.
Dia terus berjalan sampai sebuah rumah berpagar hitam menjulang tinggi dihadapannya, Hazel berhenti. Teringat akan sesuatu, cewek itu melepas tas nya mengambil kantung plastik putih dari dalam sana. Tadi Hazel sempat mampir ke supermarket dekat sekolah untuk membeli sesuatu sebagai buah tangannya.
Hazel kembali menggendong tasnya dengan benar, tak lupa menurunkan tudung hoodie dan juga melepas kacamata hitamnya. Cuaca panas membuatnya harus memakai itu.
Gadis itu mengambil nafas panjang sebelum berjalan mendekat kearah pagar rumah Aiden. Dilihatnya ada mobil asing dihalaman rumah besar itu, apa mungkin sedang ada tamu? Atau papa Aiden yang pulang? Mengingat papa Aiden jarang pulang, karena kata cowok itu pekerjaan papanya kadang diluar kota membuatnya harus pulang pergi.
Jadi, Hazel memang belum pernah bertemu dengan papa Aiden selama hampir satu tahun berpacaran dengan cowok itu.
Hazel memanggil satpam dirumah Aiden untuk membukakannya pagar setelah dia bertanya Aiden ada dirumah atau tidak, dan kata pak satpam Aiden memang ada dirumah.
Sepertinya Aiden memang sakit, pikir Hazel sambil terus melangkah. Sesampainya diteras, Hazel dengar suara ramai didalam. Tapi seakan tak peduli Hazel mengedikkan bahunya acuh, lagipun tidak ada suara Aiden juga disana.
Melihat pintu utama terbuka, Hazel berniat melihat masuk kedalam.
"Jadi bulan depan Aiden dan Tami akan resmi bertunangan,"
Ucapan salah satu pria disana membuat tubuh Hazel seketika mematung diambang pintu, mata hazelnya berkaca-kaca. Hatinya terasa diremat, perasaannya benar-benar hancur untuk yang kesekian kalinya. Kakinya melemas bersamaan dengan kantung plastik yang dibawanya jatuh meluruh begitu saja, membuat sekumpulan orang diruang tamu rumah itu menatapnya termasuk Aiden.
Bibir Hazel bergetar tak mampu mengucap satu pun huruf. Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir membuatnya jatuh, tapi Hazel berusaha keras untuk menahannya, gadis itu tersenyum miris menatap Aiden yang duduk berdampingan dengan seorang cewek.
"Hazel?,"
Dengan sekuat tenaga Hazel berlari menjauh dari sana, dia mendengar suara Aiden yang terus memanggilnya tapi Hazel tetap tak peduli. Dia menggeleng-nggelengkan kepalanya berusaha menghapus kejadian yang barusan dia saksikan, tapi tidak bisa karena semua seakan terputar ulang diotak Hazel membuat hatinya semakin sakit.
"Hazeelll!,"
"Lo jahat Aiden! Jahat..," lirih Hazel disusul air matanya yang semakin deras.
Pak satpam dirumah Aiden sampai terheran melihat Hazel yang berlari pergi sambil menangis dan disusul oleh Aiden, namun tidak lama dari itu teriakan majikannya berhasil membuat lari Aiden terhenti mendadak.
"Kejar perempuan itu kalau kamu sudah tidak peduli dengan mama kamu Aiden!,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...