49. Masquerade ball (1)

481 28 2
                                    

Alunan musik klasik khas pesta orang borjuis menggema disetiap sudut. Gedung besar yang bertepatan disebuah hotel berbintang dipijak banyak kaki-kaki manusia berada. Suasana malam yang gelap menambah kesan khusus didalam acara.

Gedung yang sudah dihias sedemikian rupa dengan lampu-lampu cantik nampak serasi bila disandingkan dengan tema acara.

Gadis berdress baby blue sebatas lutut dengan surai panjang yang terurai namun netranya tertutup mask berwarna silver yang nampak serasi dan membuatnya terlihat begitu anggun.

Tidak akan ada yang mengenalinya, selain Zhivanna yang tadi memberinya topeng itu. Selesai berjabat dan memberi kado untuk si pemilik acara, Hazel memilih untuk menjauh dari sana.

Dia sudah berpisah dari Zhiva sejak memijak lantai hotel. Mereka memang berangkat bersama, lebih tepatnya mereka berempat yaitu, Jarrel-Jevano, Hazel, dan juga Zhiva. Suatu hal yang terasa mustahil keempat orang itu berada disatu atap mobil yang sama.

Singkatnya, Zhiva datang kerumah keluarga Mahanta mengancam Hazel agar datang ke birthday party. Cewek itu minta untuk berangkat bersama dengan si kembar yang langsung dituruti oleh mereka dan sialnya Zhiva juga mengajak Hazel untuk ikut sekalian.

Tapi apapun itu Hazel harus tetap waspada dengan segala tingkah baik Zhiva, karena pasti disana terselip kebusukan yang tak Hazel sangka-sangka.

Hazel berjalan mendekati meja berisikan bermacam-macam sirup yang tersedia, gadis itu mengambil gelas berisikan minuman berwarna merah. Namun sialnya saat dia berbalik tubuhnya hampir menabrak seseorang membuat gelas yang dibawanya tergelincir dari tangan begitu saja.

Pyar

Hazel terkejut dia panik sendiri, terlebih sebagian orang disekitarnya turut memperhatikannya.

"Sorry, lo gapapa?,"

Deja vu

Saat pandangannya bertemu dengan seseorang yang hampir ditabraknya Hazel shock ditempat. Itu Mark Skyler! Hazel mengenal jelas suaranya, postur tubuhnya juga tatapannya meski tertutup mask berwarna gold.

Gadis dengan high heels putih yang sedikit menyulitkannya jalan itu membungkam mulutnya. Dia tidak ingin Mark tahu dan mengenali dirinya, Hazel sangat malas bertemu cowok itu. Hazel menundukkan pandangannya dan langsung pergi dari sana berniat menjauhi Mark yang kian menatapnya lekat.

"Tunggu!,"

Akibat terlalu panik, Hazel sampai hampir menabrak beberapa orang dan saat dia rasa Mark sudah tak mengejarnya, Hazel berhenti dengan napas tersengal.

Dia mengedarkan pandangannya lalu berhenti pada satu titik dimana ada sepasang manusia beda jenis yang berjalan menuju panggung depan yang didekor sangat indah. Selama beberapa detik Hazel diam melihat dua punggung itu melangkah tapi begitu mereka berbalik, sesak didada menghampirinya.

Laki-laki berjas serta celana tuxedo hitam dengan wajah tertutup topeng hitam yang tampak sempurna dan menambah nilai ketampanannya itu tengah digandeng oleh cewek disebelahnya.

Pengeras suara dari seorang Mc yang menyuruh semua tamu undangan mendekat tak menggerakkan tubuh Hazel sedikitpun.

Nyanyian lagu selamat ulang tahun yang mendunia dialunkan dengan gembira oleh para tamu terkecuali, Hazel.

Gadis malang itu tetap berdiri jauh dari kerumunan manusia yang tengah berbahagia, begitu lilin selesai ditiup oleh Tami semua bertepuk tangan dan bersorak.

"Potongan pertama di birthday gue kali ini bakal gue kasih buat seseorang yang spesial dihidup gue," Tami berucap dengan pengeras suara.

Semua tamu antusias menunggu siapakah someone yang kata Tami spesial untuknya itu?

Tami Anulika Maheswari, cewek yang tiba-tiba datang ditengah hubungan Aiden dan Hazel. Entah cewek itu sengaja atau tidak tapi Hazel merasa Tami seolah sengaja membuatnya cemburu.

"Dan seseorang itu berdiri disamping gue," cewek berdress mewah dengan penampilan paling tersorot itu memiringkan wajahnya, menyerahkan mic kembali pada Mc dan beralih menyuapkan sepotong kue untuk cowok yang setia berdiri disampingnya.

Setetes air bening berhasil lolos dari sudut mata Hazel, melihat Aiden menerima suapan dari cewek lain begitu menyakitinya.

"Takdir emang nggak bisa ditebak,"

Mendengar suara familiar itu lantas membuat Hazel menengok kesamping bersamaan suara langkah kaki mendekat kearahnya. Melihat Mark menghampirinya Hazel berniat pergi dari sana, namun suara cowok itu selanjutnya berhasil mengurungkan keinginannya.

"Kenapa harus ngehindar? Gue tau kalo lo Hazelica yang gue kenal,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang