59. Target of anger

322 20 3
                                    

Harusnya Hazel bisa belajar dengan tenang sesuai keingian Kai, tapi sayangnya papanya itu justru tak membiarkannya damai sejenak.

Pulang dari kantor pria itu langsung menyamperinya ke kamar dan meluapkan segala emosinya pada Hazel.

Bukan sekali dua kali dan seakan sudah menjadi kewajibannya untuk menjadi sasaran empuk kemarahan Kai. Alasan utamanya tentu saja karena masalah kantor tapi siapa yang salah?

"INI SEMUA KARENA KAMU HAZEL!,"

Iya, Hazel yang disalahkan atas semua masalah yang menimpa pria itu, dia dianggap pembawa sial di keluarganya. Keluarga palsu maksudnya.

Prakk

Pyarr

Kamar Hazel berantakan, semua barangnya dihancurkan oleh pria yang terlihat begitu frustasi dengan kemeja kusutnya. Hazel memojok takut, karena Kai dengan asal melempar barang-barangnya.

Pyarr

"Akhh!," pekik Hazel tiba-tiba saat ada serpihan vas yang menggores lengannya hingga mengeluarkan darah yang lumayan, gadis itu langsung memalingkan muka takut.

Pada jarak sekitar lima langkah Kai terlihat melonggarkan dasi yang menggantung dilehernya, pria itu lalu berjalan mendekati Hazel masih dengan napas memburu emosi. Merasa dirinya terancam Hazel terus berdo'a dalam hati dengan mata menyipit takut.

Plak

Plak

Plak

Plak

Tamparan bolak-balik terasa mematahkan urat lehernya, Hazel sampai lemas dibuat. Masih sambil menggenggam erat lengannya untuk menghalau darah yang keluar semakin banyak, Hazel terduduk dilantai begitu saja. Gadis itu rasanya tak sanggup menahan berat tubuh ringkihnya, kepalanya terasa sangat pusing. Otaknya tak sanggup menangkap apa yang saat ini sedang terjadi sebab pandangannya juga kian memburam.

"PEMBAWA SIAL! MATI SAJA KAMU!,"

Dugh

Detik itu juga kesadarannya hilang, Hazel pingsan dan itu langsung membuat Kai diam. Tapi tak berselang lama laki-laki itu tertawa-tawa,"Bagus!,"

"BANGUN SIALAN!,"

"BANGUN! JANGAN PURA-PURA PINGSAN!,"

Kai masih tak berhenti menendangi tubuh Hazel yang sudah sepenuhnya ambruk ke lantai. Dia menganggap Hazel membohonginya.

"BANGUN ATAU SAYA SERET!,"

Karena tak mendapati respon apapun, pria itu sedikit menunduk mengamati sebentar apakah anak yang dia anggap pembawa sial itu sedang berbohong ataukah tidak.

Lalu dengan tak berperasaannya Kai mengambil kedua tangan Hazel dan diseretnya kasar tubuh kurus gadis itu. Tidak peduli bagaimana keadaan lantai kamar yang berantakan, penuh barang-barang tergeletak hingga pecahan dimana-mana.

Mungkin kalau Hazel sadar gadis itu akan teriak dan berontak tapi kini dia tidak sadar, keadaannya benar-benar memprihatinkan. Luka ditubuhnya sudah terlalu banyak dan bukannya diobati justru terus ditambah.

Yang menganga akan tetap menganga, yang belum tersentuh akan langsung terluka.

Kai membawa gadis itu ke kamar mandi dan memasukkan tubuh Hazel ke dalam bathub yang sudah terisi air.

"Saya harap kamu tidak akan bangun sialan!,"

Dengan langkah lebar laki-laki itu keluar lalu mengunci pintu kamar mandi, meninggalkan Hazel sendirian di dalam sana terendam air.

Miris. Sangat miris, harusnya dia tidak ada sekalian di dunia.

Gadis itu pasti sedih kalau mendengar ucapan Kai yang menginginkan kematiannya. Hazel berharap juga seperti itu, tapi keadaan selalu menyelamatkannya dari ambang kematian. Dia tidak bisa apa-apa, sekalipun dia berniat bunuh diri kalau belum takdirnya mati, Hazel bisa apa? Sekali lagi dia tidak bisa berbuat apapun!

Lantas kapan semua ini akan berakhir?

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang