51. Masquerade ball (3)

410 24 4
                                    

Semua pasangan yang berdansa hanyut dalam suasana masing-masing, berbeda halnya dengan seorang gadis yang berdansa ala kadarnya lantaran pikirannya kemana-mana. Bahkan partner dansanya beberapa kali menegur karena dia tidak fokus sampai menabrak orang disekitar yang juga asik berdansa.

Hazel hanya tidak habis pikir kenapa Aiden diam saja, cowok itu sama sekali tak menatapnya. Padahal Hazel sudah mengorbankan egonya untuk menatap cowok itu lebih dulu, tapi Aiden? Lebih asik dengan dunianya sendiri. Hazel yakin Aiden mengetahui kehadirannya, sekarang Hazel merasa Aiden benar-benar berubah. Hazel merasa terabaikan, usahanya membuat cowok itu cemburu sia-sia malah justru dia sendiri yang dibuat kesal.

"Aww," Hazel memekik lantaran tubuhnya hampir saja terjatuh kalau saja tidak ada yang menahannya.

Mendongak, bola mata hazelnya langsung bertemu dengan iris mata brown milik seorang cowok yang menahan pinggangnya.

Beberapa detik terasa sangat lamban saat saling tatap dengan jarak sedekat itu, tubuh Hazel rasanya kaku diposisi. Buru-buru Hazel membenarkan posisinya sambil berdehem canggung,"Thanks,"

"Jangan ngelamun makanya,"

Malas sekali menanggapi manusia bernama lengkap Mark Skyler ini, tapi mau bagaimanapun juga Hazel yang salah.

Mendadak irama musik berhenti bersamaan dengan gerakan dansa Hazel, dia terheran sendiri menatap sekitarnya yang ternyata sama saja. Semua orang berhenti dari kegiatannya, mereka tampak melingkar dengan pandangan kearah yang sama.

Ada yang salah darinya? Kenapa semua orang memandanginya dengan tatapan seperti itu? Hazel menunduk memperhatikan penampilannya dari ujung high heels sampai rambutnya dan dia tidak menemukan kejanggalan apapun. Tetapi Mark tiba-tiba menarik lengannya untuk menyingkir hingga berada diantara banyaknya manusia.

Sontak Hazel membulatkan pupil matanya sangat-sangat terkejut, dia tak mampu untuk sekadar bersuara. Detik itu juga tenggorokannya tercekat dan dadanya terasa sesak seperti dihantam ribuan bata, air bening lolos begitu saja membanjiri pipi mulusnya yang malam ini bermake up.

Tubuhnya mulai bergetar, kedua kakinya melemas bersamaan dengan Mark yang sigap menahan tubuh Hazel dari samping.

Menolak dibantu, Hazel menyingkirkan tangan Mark yang menyangga bahunya. Cewek itu tertawa hambar sambil berucap,"Its ok, gue gapapa," sambil mengangkat satu telapak tangan memperingati Mark agar tak lagi menyentuhnya.

Hazel mundur perlahan, satu langkah.

Dua langkah

Tiga langkah

Cewek itu berbalik dan berlari keluar dari kerumunan, yang ada dipikirannya sekarang hanyalah menjauh. Menjauh dari tempat dimana ada Aiden dan tunangannya itu.

'Gue benci! Benci! Benci! Benci!' teriaknya dalam hati.

'Pasangan brengsek!' makinya lagi-lagi hanya mampu dalam hati. Karena kalau dia bersuara, suaranya langsung tercekat benar-benar tak mampu berucap.

Hazel benci! Dia benci perasaannya pada Aiden sebab itu semakin membuatnya sakit. Hazel tak pernah sekalipun membayangkan Aiden akan melakukan hal gila itu didepan umum.

Tanpa melihat arah Hazel terus berlari sekuat yang ia bisa, menggapai jalan raya padat yang masih dipenuhi kendaraan meski hari sudah larut malam.

Tin! Tin!

Sret!

"Woi cari mati lo?!,"

"Zel? Lo gapapa? Ada yang luka?,"

Hazel menatap kosong sebuah mobil berwarna hitam yang orangnya baru saja meneriakinya, cewek itu langsung menghindar saat tubuhnya terasa dipeluk dari belakang.

"HARUSNYA LO BIARIN GUE KETABRAK AJA!,"

"Jangan gila! Bukan lo doang yang celaka orang tadi juga bisa celaka!," bentak Mark berusaha menyadarkan Hazel yang terbawa emosi.

Dengan peluh didahinya sebab tadi berlari mencari-cari dimana keberadaan Hazel, beruntungnya ada topeng Hazel yang sepertinya sengaja cewek itu buang membuatnya bisa menyusul. Mark mengulurkan tangan kekarnya kehadapan Hazel tapi ditepis kasar oleh cewek itu.

Dalam keadaan seperti ini, dia tidak mungkin membiarkan cewek itu pergi sendiri, teringat seberapa nekatnya seorang Hazelica Grace Priscanara.

"GUE NGGAK PEDULI! PERGI LO! JAUHIN GUE!,"

"Nggak gini zel, lo bisa ngebahayain diri lo sendiri!,"

"PEDULI APA LO SAMA GUE?! LO JUGA SAMA JAHATNYA KAYAK MEREKA! LO SENENGKAN HUBUNGAN GUE SAMA AIDEN HANCUR?! IYA KAN?!,"

Tak kuasa berteriak Hazel kembali menumpahkan air matanya sederas mungkin. Memegangi dadanya yang kian sesak membuatnya sulit mengatur napas, rasanya sesakit ketika kau dijatuhkan dari lantai atas gedung dengan posisi tengkurap. Sangat sangat sakit.

"GUE EMANG SENENG TAPI NGGAK DENGAN LO YANG KAYAK GINI!,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang