Hazelica Grace Priscanara, gadis pemilik netra hazel. Banyak orang mengira Hazel adalah perempuan yang sangat beruntung. Perempuan yang posisinya begitu diidamkan semua pasang mata yang melihatnya.
Hazelica ratu keluarga Mahanta. Tak ada kekurangan, hanya ada kesempurnaan yang tampak pada diri Hazel.
Nyatanya semua hanya formalitas.
Tinggal dirumah besar dan keluarga lengkap bukan suatu keberuntungan bagi Hazel. Rumah adalah neraka dan keluarganya adalah luka.
Hazel dipaksa sempurna.
Hazel lelah..
"Cewek gila!,"
Bentakan itu terus terdengar, Hazel hanya bisa memejam takut.
Aiden, kekasihnya itu toxic.
Hazel terlalu naif, dia tetap mempertahankan hubungannya dengan Aiden.
Hazel berjengit saat Aiden meraih pergelangan tangannya dan mencengkeramnya kuat. Tangan Aiden yang lebih besar dan berotot terasa sangat sakit. Hazel menggigit bibir bawahnya menyalurkan rasa sakit yang Aiden ciptakan.
"Bilang kalo lo nggak akan pulang sama cowok brengsek itu lagi!," bentak Aiden. Tatapan manik hitamnya yang tajam selalu berhasil membuat Hazel ketakutan.
"M-maaf Aiden,"
"Gue nggak butuh permintaan ma'af lo Hazel!," Aiden semakin mempererat genggamannya bahkan cowok itu menekan lengan Hazel dengan kuku jarinya yang memanjang.
Sekarang mata Hazel tidak berkaca-kaca lagi melainkan air matanya sudah meluruh menyuarakan rasa sakit yang tengah dia rasakan. Tapi Aiden justru mendecih dan membuang muka melihatnya.
"Aiden sakit..," cicit Hazel. Dia harap Aiden mau mengasihaninya barang sekali saja.
"GUE LEBIH SAKIT HAZEL!!," Aiden membentak keras di depan wajah Hazel membuat Hazel terkejut sekaligus takut.
Tubuh Hazel semakin bergetar, dia semakin terisak kuat. Dan Aiden seakan menutup mata tidak peduli.
"Aiden lepas,"
Tanpa di duga Aiden semakin menekan lengannya lalu melepasnya dengan gerakan kasar, seakan membuang sesuatu yang benar-benar memuakkan dan tidak berharga bagi cowok itu.
Pyarr
Hazel terkejut dan bergerak takut sedikit memundurkan tubuhnya melihat pecahan gelas kaca yang berserak dilantai. Aiden yang barusan melemparnya.
"Lo cuma punya gue Hazel..,"
Hazel mendongak menatap Aiden yang barusan bergumam lirih.
"Ma-ma'af Aiden aku salah," Hazel memberi tatapan penuh permohonan. Salah atau tidak, Hazel harus mengatakannya.
"LO CEWEK GILA HAZEL! NGGAK TAU DIRI!,"
Bukannya menyurut, emosi Aiden justru semakin meluap. Aiden melangkah kearahnya dan Hazel mundur seiring langkah Aiden yang semakin dekat.
"Aiden.. Jangan..," mohon Hazel begitu lirih. Gadis itu masih menahan sakit dilengannya akibat ulah Aiden.
Sialnya punggung Hazel menabrak dinding, dia tidak bisa menghindar sekarang. Tak tinggal diam, kedua tangan Aiden menumpu pada dinding dan tak sekalipun membiarkan Hazel pergi.
"Aiden.. Kamu mau apa?,"
Apa Aiden akan melukainya lagi? Hazel harap tidak. Hazel harap Aidennya kembali. Aidennya sadar.
Sedetik kemudian mata Aiden berkaca-kaca cowok itu menunduk dalam setelah menurunkan kedua tangannya yang berada di kedua sisi kepala Hazel.
"Hazell.. Hazel ma'af..,"
Sejenak Hazel diam mendengar kata ma'af itu tiba-tiba. Sampai saat ini Hazel belum mengerti sosok Aiden, dia kadang toxic tapi juga kadang menyesali semua perbuatannya dan Hazel tidak bisa untuk tak mema'afkannya.
Aiden terlalu penting untuk Hazel dan Hazel terlalu berharga untuk Aiden.
Azila.. Azila tak bisa mengendalikan diri, dia bereaksi otomatis. Mengikuti alur yang terjadi. Azila merasakan sakit yang tercipta diraga milik Hazel.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Dla nastolatków🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...