Seperti sepasang kekasih romantis keduanya memakai hoodie couple, hoodie berwarna putih yang sengaja Aiden beli dan pesan khusus kemarin.
Hoodie milik Hazel bertuliskan, Aiden is mine sedangkan milik Aiden, Hazel is mine.
Entah karena mereka memakai hoodie couple atau mereka memang terlihat menarik, sebab banyak pasang mata yang menatap mereka kagum.
Atau mungkin juga karena rok dan celana mereka khas anak sekolah? Sehingga membuat mereka berpikir kalau mereka bolos? Padahal juga iya.
"Aiden, kayaknya mereka tau kalo kita bolos sekolah,"
"Iya,"
Hazel membelalakkan matanya mendengar Aiden membalas ucapannya santai bahkan tidak ada kepanikan yang berarti diwajah cowok itu. Apa-apaan?!
Disela Hazel yang memikirkan ucapan Aiden, tiba-tiba saja cowok itu menarik tangannya menuju ke sebuah toko pakaian.
Mendadak Hazel menghentikan langkahnya hampir menabrak lengan Aiden dari samping.
"Pilih," titah Aiden menunjuk jejeran pakaian yang terpajang cantik disalah satu toko sepanjang pantai.
"Tapi gue ngg--,"
"Pilih aja, lo mau kita dipergok terus diaduin ke sekolah?,"
Spontan Hazel menggelengkan kepalanya kuat, ya siapa yang menginginkan hal buruk itu terjadi? Hazel jelas tidak mau.
"Selamat datang kak, silakan dipilih," sambut pedagang perempuan yang sepertinya masih muda.
"Ini pakaiannya bagus-bagus kak, buat oleh-oleh keluarganya. Eh? Tapi kalian ini anak sekolah ya?,"
"Iya mbak, bolos,"
Hazel mendelik menatap Aiden penuh peringatan tapi cowok itu sama sekali tak menanggapinya.
"Ohh biasalah itu, mau kalian pake langsung kan?," tanya mbak penjual itu seakan sudah tak heran dan Aiden langsung menganggukinya.
Saat sekilas mengamati penampilan keduanya yang tampak serasi, mbak penjual itu mengangguk paham,"Saya ada loh pakaian couple juga, bentar ya saya ambilin dulu," katanya yang kembali Aiden angguki.
Seperginya mbak penjual yang kembali masuk kedalam membuat Hazel bisa menyampaikan kekesalannya lebih leluasa.
"Aiden apaan sih? Aku nggak mau couple!," Hazel mendengus dan bersedekap dada sebal. Bukannya Hazel tidak senang memakai baju couple, terlebih dengan Aiden kan? Hazel hanya tidak ingin dekat dengan cowok itu lagi, dia harus berusaha menjauhinya supaya tidak terusan bergantung pada Aiden.
Hazel ingin melupakan perasaannya pada Aiden, itu yang lebih utama.
Membiarkan ceweknya ngambek, Aiden memilih untuk melihat-lihat pakaian lain yang menggantung rapi disana sembari menunggu mbak penjual tadi kembali.
Sampai tak lama kemudian,"Suka yang lain kak?,"
Aiden berbalik menatap perempuan tadi yang sudah kembali dengan dua pakaian dikedua tangannya.
"Ini bisa kakak lihat dulu," kata mbak penjual berhijab itu sambil menunjukkan dua pakaian yang di hanger. Lalu menyerahkannya pada Aiden untuk cowok itu lihat.
"Kemejanya cocok buat kalian, biasanya saya juga kasih rekomen buat pasangan kayak kalian ini dan mereka suka banget,"
"Hazel," panggil Aiden.
Karena Hazel tak kunjung menyahut Aiden menghampirinya dengan membawa dua kemeja couple hawaii. Aiden menyentuh lengan Hazel sampai mau menghadapnya meski dengan wajah tertekuk.
"Suka?,"
Masih diam. Hazel sama sekali tak menatap Aiden atau setidaknya melihat apa yang cowok itu bawa, Hazel menatap lurus dengan datar.
"Mau pilih yang lain?," tawar Aiden karena masih melihat kecemberutan dimuka Hazel.
"Terserah lo,"
Aiden mengangguk,"Oke, mbak kita jadi ambil ini," cowok itu mengangkat tinggi dua pakaian yang dibawanya menunjukkannya pada mbak penjual.
Hazel menggembungkan pipinya sebal, Aiden tidak pernah peka dengan apa yang sebenarnya Hazel inginkan. Padahal Hazel menjawab begitu berharap Aiden meminta ma'af padanya dan membiarkannya memilih pakaian yang dirinya mau, tapi kini moodnya sudah rusak.
Dengan malas Hazel menunggu tanpa niat membantu Aiden, sampai cowok itu mendatanginya kembali dan memberinya satu setel pakaian.
Sambil menghentak-hentakkan sepatunya, Hazel keluar lebih dulu dari toko itu diikuti Aiden dibelakangnya yang menggelengkan kepalanya merasa gemas sendiri melihat tingkah Hazel.
Usai keduanya mengganti pakaian ditoilet, Aiden kembali ke mobil untuk meletakkan seragam sekolah mereka dan meminta Hazel untuk tetap menunggunya dibawah pohon kelapa yang teduh.
"Hazel," panggil Aiden membuat Hazel menoleh dengan rambut panjangnya yang melambai bebas tertiup angin.
Cowok tinggi dengan celana jeans denim dan kemeja hawaii yang dipadukan dengan dalaman kaos putih itu berjalan tegak menghampiri Hazel. Sangat cool.
Aiden selalu kagum, kagum dengan Hazelnya. Hazelnya selalu cantik dengan penampilan apapun. Termasuk kali ini, cewek itu memakai rok jeans denim selutut juga atasan yang sama dengannya.
Sekejap Hazel mematung ditempatnya saat tubuhnya semakin dekat dengan Aiden. Gadis itu memejamkan matanya begitu nafas hangat Aiden terasa meniup rambut hingga telinganya membuat lehernya seketika merinding.
"Perfect girl,"
Hampir saja Hazel kehabisan nafas karena terlalu lama menahannya, beruntungnya cowok itu langsung memundurkan tubuhnya kembali. Hazel kira Aiden mau apa, dia memang terlalu cepat berpikir negatif terlebih dengan niat Aiden kali ini. Apa sih Hazel ini? Huh!
Hazel meraba-raba rambutnya, disana dia merasakan ada jepitan yang menghalau anak rambutnya agar tak sampai ke mata dan menghalangi pandangannya.
Jatung Hazel dibuat berdebar tak karuan mendapat perhatian kecil dari Aiden, dia merasa menjadi cewek spesial cowok itu. Hazel menarik sudut bibirnya membentuk senyuman kecil. Gadis itu menunduk dalam untuk menyembunyikan rona merah yang muncul diwajah hingga telinganya.
"Makasih,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...