65. What happened?

371 22 7
                                    

Disebuah ruangan yang cukup luas dengan fasilitas mewah ada seorang pria paruh baya yang singgah dikursi kebanggaanya. Ibarat kata dia adalah rajanya disana.

Kedua tangannya saling bertaut di atas meja, tatapannya lurus dengan pikiran kosong. Pria itu melamun sudah sejak sejam lamanya.

"Permisi pak,"

"Pak?,"

Kai sedikit terkejut begitu panggilan seseorang menyadarkan lamunannya, pria itu dengan cepat mengembalikan ekspresi datarnya dan berdehem sebentar.

"Sejak kapan kamu disini?,"

"Ma'af pak, tadi saya udah ketuk pintunya tapi bapak nggak nyahut, jadi saya langsung masuk aja," ujar seorang perempuan bersurai brown gelombang yang berdiri di depan meja kerjanya.

"Ada apa?,"

Perempuan berpakaian modis khas pekerja kantoran itu berjalan mendekat ke sisi meja Kai,"Saya bawa berkas yang harus bapak tanda tangani,"

Setelah meletakkan tumpukkan berkas ke hadapan Kai, perempuan bernama Jaseline itu kembali berdiri tegak,"Saya juga mau kasih tau, kalau klien kita sore ini ingin mengundur jadwal meeting, jadi besok kita meetingnya dobel pak,"

"Pak? Ma'af, bapak dengar saya kan?," Jaseline sedikit mencondongkan tubuh melambaikan tangannya di depan Kai yang kembali melamun.

Saat kembali tersadar pria itu langsung mengangguk mengiyakan,"Iya, silakan keluar dari ruangan saya,"

Meskipun sebenarnya Kai tidak menyimak ucapan sekretarisnya itu. Yaa Kai hanya ingin sekretarisnya itu cepat keluar dari ruangannya, dia tidak ingin diganggu.

"Baik pak, permisi,"

Sepeninggalnya sekretarisnya itu, Kai beralih membuka laci mejanya. Dia mengambil beberapa lembar kertas putih lusuh yang ada didalam sana. Memegangnya dengan tangan yang sedikit bergetar beruntungnya hanya terjadi sebentar, tidak ada lima detik.

Kertas pertama itu bertuliskan.

Queen Mahanta

Sedangkan kertas kedua bertuliskan.

Anak kandung

Dan kertas terakhirnya berisi susunan kalimat yang cukup panjang.

Anak itu akan saya ambil bila kamu masih menyakitinya
Berubahlah sebelum kamu menyesal

Pria itu memukul mejanya berteriak frustasi, dia tidak tahu apa maksud semua kertas yang sampai padanya ini dan siapa orang yang mengiriminya.

Kalau orang dari luar keluarganya yang tahu tentang masalahnya, itu akan menjadi masalah paling serius untuk Kai. Citra keluarganya bisa hancur, dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Pasalnya dia seringkali mendapat kiriman paket misterius sejak terakhir kali dia mendapat paket yang berisi bukti-bukti Nadia selingkuh. Gara-gara terlalu pusing memikirkan kertas-kertas itu sampai membuatnya seringkali tak fokus bekerja.

Semua itu terkait dengan Hazel, Kai tidak bisa percaya begitu saja. Sebab dia punya bukti kuat yang menunjukkan kalau Hazel bukanlah putrinya dan Nadia yang pernah mengkhianatinya.

Tapi kalau seandainya semua itu memang benar? Tapi mana mungkin. Sungguh Kai benar-benar tidak bisa berpikir jernih.

Sedang ditempat lain dan diwaktu yang bersamaan, Hazel pergi dari danau, dia meninggalkan Mark yang masih duduk diam disana setelah kalimatnya terlontar. Hazel tahu kalau Mark mungkin akan sakit hati mendengar ucapannya, tapi dia tidak peduli. Lebih baik seperti itu bukan?

Dia tidak ingin seseorang berharap lebih padanya disaat perasaanya masih terpaku pada satu orang yang bisa dibilang sudah menjadi masalalunya.  

Entah sampai kapan perasaannya ini bertahan.

Harusnya Hazel tetap di danau sampai senja, tapi keberadaan Mark membuatnya tak nyaman. Sekarang dia berdiri di tepi jalan menengok kanan kiri mencari angkot lewat.

Meow.. Meow..

Sampai dimana ada seekor anak kucing lari dari semak-semak dan melompat ke jalan raya.

Anak kucing itu terlihat ketakutan seperti ada yang mengganggunya. Saat melihat ada sebuah mobil melaju cepat dan kucing oren itu yang tak kunjung menepi. Hazel berniat menyelamatkannya, sampai akhirnya suatu hal tak terduga terjadi.

"AAA,"

Brakk

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang