37. Blood and lashes

534 27 3
                                    

Hazel mengedarkan pandangannya dihalaman luas mansion keluarga Mahanta, didepan sana sudah ada papanya berdiri dengan menatap datar.

Satu tangan Hazel yang memegangi tali ranselnya sedikit gemetar, dia takut. Menunduk sebentar menatap sepatu hitamnya, Hazel menghembuskan nafas beratnya lalu mendongak dan mempererat pegangannya pada tali ranselnya.

Langkahnya bergerak memelan sampai akhirnya dia benar-benar sampai dihadapan papanya yang masih menatap lurus dan datar.

"Dari mana?," tanya Kai dingin.

"Ha-hazeell darii.. eh, itu.. dari.. habis jenguk temen sakit," ucap Hazel terbata lantaran mencari alasan yang masuk akal.

Tanpa aba-aba Kai menjambak rambut Hazel dan mencincingnya enteng membuat Hazel memekik kesakitan. Laki-laki paruh baya itu lalu memutar rambut Hazel dan dihempaskannya kasar sampai kepala gadis itu terlempar membentur pot besar didekat pilar teras.

Seakan ada kesempatan, Kai menarik ransel Hazel paksa sampai terlepas dari bahu gadis itu dan langsung dilemparkannya asal.

Hazel mendesis sakit lantaran kepalanya benar-benar pusing, rambutnya seakan ingin lepas, dan pandangannya tidak jelas. Dengan sekuat tenaga Hazel menegakkan tubuhnya kembali masih dengan memegangi kepalanya.

Namun saat tangannya terasa memegang sesuatu yang aneh, Hazel segera melihatnya.

Keningnya yang tepat membentur pot keras dari adonan semen itu membentuk sobekan memanjang dan mengeluarkan darah segar. Hazel langsung memejam, tubuhnya seketika merinding begitu melihat darah yang membekas dijarinya.

Tak cukup hal itu, Hazel melihat Kai melepas gesper yang melingkar dipinggang papanya itu. Hazel memundurkan kakinya perlahan, tapi sialnya papanya kembali mencekal lengannya dengan cekatan.

"Pa jangan pa..," lirih Hazel menggeleng-nggelengkan kepalanya lemah dengan bola matanya yang bergerak gelisah.

"ANAK SIALAN KAMU!," Kai menarik Hazel agar semakin mendekat.

Hazel otomatis menjatuhkan lututnya dan bersimbah dikaki Kai untuk memohon pada papanya itu, meski Hazel sendiri tahu kalau dia tidak akan bisa lepas dari situasi saat ini. Dia berlutut seakan pasrah dan menyerahkan dirinya.

Ctas

Ctas

Ctas

"ARGGHH AMPUN PA!," pekik Hazel keras dengan air matanya yang sudah mengalir deras.

Dengan gelap mata Kai terus mencambuki Hazel yang menunduk dan berlutut dilantai. Pria berumur itu mencambuki tubuh Hazel dari punggung hingga paha gadis itu tanpa ampun.

Ctas

Ctas

Rasa sakit terus bertambah dan bertambah, siksaanya belum juga selesai. Hazel rasanya sudah tidak sanggup menyangga tubuhnya, bahkan kesadarannya nyaris hilang.

Dua satpam dan beberapa ajudan yang ada disana sampai ikutan nyeri seakan merasakan apa yang tengah Hazel rasakan. Sebenarnya mereka juga kasihan pada Hazel, tapi apalah kedudukan mereka bila dibandingkan dengan Kai.

Panas dan perih menjalar dipunggung dan paha Hazel, gadis itu memekik kesakitan terus-menerus tanpa henti seiring cambukan keras yang terus Kai berikan.

Menyudahi aksi cambukannya, Kai sedikit maju mengangkat satu lututnya dan ditendangkannya ke bahu Hazel membuat gadis itu terdorong kebelakang hingga punggungnya menabrak pilar.

Dan lagi-lagi Hazel memekik, membuat semua pasang mata yang menyaksikannya ikut merasa ngilu.

"BOLOS SEHARIAN DAN TIDAK MENGIKUTI ULANGAN HARIAN LAGI?! KELEWATAN!,"

Ctas

Refleks Hazel menggeser tubuhnya karena terkejut mengira Kai kembali mencambuknya, tapi beruntungnya Kai mencambuk lantai meski tepat disampimg tubuh Hazel.

Gadis malang itu terus menangis sampai sesenggukan. Dibalik pintu utama tadi Hazel sempat melihat salah satu kakaknya entah itu Jarrel atau Jevano, Hazel sedikit tidak jelas lantaran menahan sakit.

"ANAK KURANG AJAR! TIDAK TAHU DIRI! MEMALUKAN!,"

"DASAR GADIS MURAHAN! ANAK HARAM! BAJINGAN!,"

Perasaan Hazel langsung mencelos mendapat cacian hingga umpatan kasar yang begitu lancar dan lantang Kai lontarkan tepat dihadapannya.

Sesenggukannya semakin menjadi-jadi, napasnya sampai terengah-engah lantaran tangisannya yang semakin pecah.

Sekali lagi Kai mengangkat gespernya ingin kembali mencambuki gadis yang masih saja menangis dibawah kakinya.

Ctas

"AIDEN?!,"

Tbc.


𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang