26. Stops and tears

621 34 0
                                    

"Lepasin dia, gue selalu welcome buat lo Hazelica,"

Untuk yang ketiga kalinya, lagi-lagi Mark bertemu Hazel dihalte sedang menangis. Dan Hazel sudah muak,"Cukup Mark!,"

"Oke, tiga puluh dua kali," gumam Mark menganggukan kepalanya.

Tak mempedulikan ucapan cowok yang masih setia duduk diatas motor besarnya itu, Hazel membuka topik lain,"Gue tanya satu hal sama lo!," ucapnya menatap Mark serius,"Waktu itu lo bilang Aiden nggak bakal tau kalo gue diapart lo kan? Tapi paginya kenapa dia dateng? Itu pasti ulah lo! Iya kan?!," tuduh Hazel menuntut.

Mark mengernyit tak terima,"Dih? Gue mana tau gue kan buncis,"

Hazel memberi delikan tajam kepada Mark membuat cowok itu meneguk salivanya susah payah. Padahal Mark hanya tak ingin berada disituasi tegang makanya dia sedikit bicara nyeleneh. Tapi rupanya memang salah.

Cowok berjaket denim itu turun dari atas motor orennya, lantas dia mendaratkan bokongnya disamping Hazel tapi Hazel bergerak menjauhinya.

"Gue serius kali, gue juga nggak tau kenapa Aiden bisa tau,"

Mark diam, Hazel juga diam masih menunggu ucapan Mark selanjutnya.

"Dia tiba-tiba samperin gue dan hajar gue, sialan emang tu cowok! Gue jadi dipermaluin disekolah gue sendiri," Mark mendengus sebal mengingat kejadian beberapa hari lalu saat Hazel berada diapartmentnya dan dia disekolah. Semua teman satu sekolahnya berkumpul menyaksikan Mark yang dihajar habis oleh Aiden bahkan lebamnya masih membekas sampai saat ini.

"Terus kunci apartment gue diambil paksa sama dia, mana ngancem lagi. Awas aja ntar gue bales kelakuan dia!," curhatnya diakhir kalimat, meski Hazel sedikit tak suka dengan kalimat terakhir Mark dia tetap diam berusaha tak peduli.

Mark menatap Hazel penasaran,"Emang lo diapain sama pacar gila lo itu?,"

"Bukan urusan lo," balas Hazel dingin.

Tinn Tinn

Keduanya kompak menoleh saat sebuah mobil berhenti tepat didepan halte, Hazel berdiri karena mengenali mobil putih yang barusan mengklaksoninya itu.

Dan benar saja tak lama kemudian kaca mobil itu sedikit diturunkan memperlihatkan seorang gadis cantik yang melambai kearahnya,"Hazeell,"

Hazel balas melambai dengan senyum yang merekah indah.

"Jangan lupa air mata lo,"

Spontan Hazel mengusap pipinya, menghilangkan jejak air matanya yang mungkin masih ada tanpa menatap seseorang yang barusan memberinya peringatan itu.

"Eh, lo cowok yang waktu itu titipin tas Hazel ke gue kan?," Aluna sedikit menyebulkan kepalanya dari kaca mobil, gadis itu berteriak kearah Mark yang masih duduk dihalte.

Mark yang juga masih mengingat wajah Aluna, lantas mengangguk dan melambaikan tangannya yang ikut dibalas senyuman manis Aluna.

Hazel menengokkan kepalanya kembali untuk menatap Mark,"Btw, makasih Mark, karena lo udah hadir buat jadi salah satu perantara rasa sakit gue,"

Kalimat pelan Hazel hanya bisa didengar oleh Mark. Membuat senyum Mark seketika luntur, karena cowok itu pikir Hazel mau berpamitan dengan memberi say hay padanya. Tapi dugaannya salah, Hazel tak sekalipun menyukainya.

"Hazel ayo!,"

Suara Aluna kembali menyadarkan keduanya, Mark yang tetap tersenyum membalas tatapan Aluna dan Hazel yang melangkah mengangguki permintaan Aluna untuk segera masuk ke mobilnya.

"Lo kemana aja sih? Gue nyariin lo tau! Mami juga khawatir sama lo, takut lo kenapa-napa makanya gue disuruh nyari," oceh Aluna dengan gemas begitu Hazel sudah berada dimobil.

"Sorry ya jadi ngerepotin," pinta Hazel tak enak. Dia jadi merasa bersalah sekarang, dia merasa kehadirannya dirumah Aluna sudah merepotkan keluarga Aluna.

Tapi sekali lagi Hazel tidak tahu harus kemana, uangnya tidak cukup untuk menyewa hotel atau setidaknya kos-kosan. Mungkin masih cukup tapi Hazel tidak akan bisa makan setelahnya.

Aluna memutar tubuhnya menghadap Hazel,"Eh bentar deh, mata lo sembab? Lo abis nangis ya? Karena cowok tadi?," cecar Aluna dengan wajah khawatirnya.

"Bukan, gue gapapa kok. Mana ada sembab? Ini tadi gue cuma kelilipan debu biasalah dijalan," jawab Hazel mengelak. Padahal, ya! Dia habis menangis hampir satu jam lebih dihalte.

Alasan Hazel tak kunjung pergi dari sana karena pertama, halte sudah menjadi salah satu tempat ternyaman untuknya menangis dan kedua, Hazel sebenarnya berharap kalau Aiden datang mengejarnya untuk menjelaskannya sesuatu. Tapi ternyata malah Mark yang datang.

'Gue masih kuat kok' gumam Hazel dalam hatinya.

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang