Sesampainya dirumah Aluna, keduanya disambut oleh dua ajudan yang berdiri didepan pagar rumah keluarga Aluna.
Mobil Aluna dihadang tidak boleh masuk kedalam, membuat sopir Aluna terpaksa memarkirkannya ditepi jalan.
"Biar gue yang turun," kata Hazel langsung membuka pintu mobil dan disusul cepat oleh Aluna.
"Kenapa kalian disini?," tanya Hazel to the point.
"Kami diminta bapak untuk menjemput non Hazel," jawab salah satu dari dua ajudan berpakaian serba hitam itu.
Hazel terkekeh tak habis pikir, sungguh? Drama apalagi ini?,"Alasannya?,"
Dua ajudan itu saling pandang sebelum salah satunya kembali membuka suara,"Lebih baik non Hazel ikut kami pulang," katanya seraya meraih lengan Hazel tapi dengan cepat Hazel menepisnya.
"Enggak! Gue butuh alasan, apa alasannya?,"
"Zel?,"
Hazel menoleh menatap Aluna yang barusan memanggilnya dengan menampilkan wajah cemas sekaligus takut.
Hazel menghela nafas beratnya, dia sudah merepotkan keluarga Aluna dan sekarang apa dia juga akan menyeret keluarga Aluna kedalam masalahnya? Tidak! Hazel tidak mau itu terjadi.
Haruskah Hazel menuruti ajakan dua ajudan yang dikirim oleh Kai? Nanti apalagi? Drama model apa, yang lagi-lagi harus Hazel mainkan dikeluarga itu?
"Oke, gue mau ambil barang gue dulu," putus Hazel setelah menimang cukup lama.
Dan hal itu sukses membuat Aluna mengernyitkan keningnya bertanya-tanya,"Zel lo serius?,"
Hazel hanya mengangguk singkat lalu mengajak Aluna untuk segera masuk kerumah gadis itu.
Diruang tengah Erina menyambut kedatangan mereka mengajak keduanya untuk makan siang bersama. Tapi Hazel pamit melewati tubuh Erina menuju lantai dua dimana kamar Aluna berada, sedangkan Aluna tetap dibawah menjawab segala keheranan maminya.
Tak lama dari itu terdengar suara derap kaki menuruni anak tangga, Erina dan Aluna kompak menoleh menatap Hazel yang turun dengan membawa kopernya.
"Hazel sayang, kamu beneran mau kembali kesana?,"
"Iya tan, ma'af ya Hazel udah ngerepotin keluarga tante," pinta Hazel tak enak.
Erina berjalan mendekat kearah Hazel dan mengusap lembut punggung gadis itu"Enggak sama sekali Hazel, tapi kalo itu emang keputusan kamu ya tante nggak bisa tahan,"
"Makasih tante Erina,"
Erina tersenyum lembut dan mengangguk,"Baik-baik ya disana,"
Hazel mengangguki pesan Erina setelah gadis itu menyalimi tangan Erina dengan sopan.
Sedangkan gadis dengan crop top dipadukan celana jeans itu merangkul bahu Hazel dan menepuknya sekilas. Aluna ikut melangkah mengikuti Hazel sampai keluar rumahnya.
"Sering main kesini dong zel, lo kan tau gue sendirian dirumah," kata Aluna saat tiba diteras rumahnya. Gadis itu berhenti membuat langkah Hazel juga ikut berhenti.
Ya memang Aluna sendirian dirumah, gadis itu memiliki kakak laki-laki itupun sudah bekerja diluar negeri selesai pendidikan kuliahnya disana.
Tapi Hazel sendiri juga selalu merasa sendirian dirumah itu, dia tidak pernah diizinkan keluar selain urusan penting, misal acara undangan keluarga. So, Hazel memang tidak pernah kerumah Aluna. Terakhir kali bermain bersama mungkin saat mereka masih duduk dibangku sekolah dasar yang sama.
"Lo juga pastinya tau gue dikurung disana," jawab Hazel seadanya. Bukannya Hazel ingin menjelek-jelekkan keluarga Mahanta, hanya saja memang itu kenyataannya. Lagipula tidak mungkin Aluna tidak tahu.
Pandangan Hazel lurus kedepan melihat dua ajudan tadi yang terus mengawasi interaksinya dengan Aluna, Hazel menghela panjang sebelum akhirnya berpamitan dengan Aluna.
Dengan malas Hazel menarik koper biru bergambar doraemonnya, lantas membuat dua ajudan yang berdiri dipagar rumah Aluna itu menghampirinya sigap membantu Hazel.
Tanpa mau mengucap satupun kata Hazel membiarkan salah satunya membawakan koper miliknya itu dan dia dengan menggendong tas ranselnya berjalan mendahului mereka.
Sesampainya dihalaman luas mansion keluarga Mahanta, Hazel tak mendapati satu pun kendaraan. Biasanya siang begini motor Jarrel dan Jevano masih ada dihalaman karena dua cowok itu seringkali keluar entah sepulang sekolah langsung, sore hari, ataupun malamnya.
Pelataran luas itu sepi bak tak berpenghuni, ya apalagi didalamnya. Kalau boleh saran, rumah itu lebih cocok untuk disewakan sebagai syuting film horror, lumayan kan sedikit berguna?
Begitu pintu utama ada yang membukakannya dari dalam, kedatangan Hazel langsung disambut dengan kucing yang berlari kearahnya dan menggulat dikakinya.
Meow.. Meow.. Meow..
"Emon?," dengan gembira Hazel menggendong kucingnya dan memutarkannya keudara.
Bi Mina tersenyum melihat Hazel tertawa bersama kucing gadis itu,"Emon berusaha kabur dari rumah mungkin tau kalo non nggak dirumah,"
"Iihh beneran bi?," bi Mina langsung mengangguki pertanyaan Hazel membuat binar mata Hazel semakin kentara.
"Aaaa gemess bangeett emoonn,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...