69. Pick up death

366 23 6
                                    

Hazel melangkah canggung sebab dimeja sana semua orang tak segan menatapnya dengan tatapan tak suka. Tapi Hazel tak peduli dan tetap berjalan.

Sayangnya saat langkahnya semakin dekat, Kai berdiri lalu terlihat berpamitan pada semua orang, diikuti Nadia, juga Jarrel-Jevano. Melihat hal itu Hazel berhenti di tempat dan meremas erat dress putihnya, kejutan apa yang akan terjadi selanjutnya?

Perlahan bola matanya melirik kearah meja dimana ada Vania yang mengusap-usap pipi Zhiva juga membelai rambut cewek itu yang tengah menampilkan smirk kearahnya.

Kilatan dendam terlihat begitu ketara dimata Zhiva, hal itulah yang tak pernah membuat Hazel kesulitan untuk menebak apa yang nantinya akan terjadi.

Sibuk membalas tatapan Zhiva, Hazel sampai tersentak saat Kai tiba-tiba menarik lengannya kuat untuk pergi dari sana.

"Pa lepasin pa! Sakit," Hazel berusaha melepaskan cekalan Kai yang semakin mengerat seiring langkah lebar laki-laki itu yang semakin jauh dari tempat tadi.

Tapi semakin lama pegangan Kai semakin menghalus seiring banyaknya orang yang memperhatikan mereka. Diikuti Nadia, juga Jarrel-Jevano di belakangnya, Kai membawa Hazel sampai berada dilantai dasar.

Orang-orang melihat kalau Kai tengah menggandeng putrinya perhatian, tapi sayangnya bukan itu yang terjadi sebenarnya. Mereka mengira begitu, karena Kai selalu menampilkan raut wajah yang sangat amat ramah, juga pembawaannya yang berwibawa dan tenang. Kelihatannya.

Siapa memang yang tidak mengenal pria itu? Dia adalah salah satu pengusaha sukses yang mana banyak disegani banyak orang, yang tentu mengenalnya juga didunia perbisnisan.

Sisi lain dari hal itu, tak jarang pula yang menginginkan kebangkrutannya. Hal itu memang wajar dalam dunia bisnis, bukan?

Tapi yang mengejutkan adalah Daviandra Biantara, sosok pria yang begitu menginginkan kehancuran bisnisnya dan juga keluarganya.

Kedua manusia itu saling menyiratkan kebencian sejak dulu. Jadi, tak heran mengapa Kai juga tak menyukai Aiden dan terus menyuruh Hazel untuk menjauhi cowok itu. Dan ya, Hazel memang membangkang untuk hal yang satu itu.

Sekarang mereka sudah berada dimobil, tapi berbeda dengan waktu berangkat tadi. Yang awalnya Hazel satu mobil dengan si kembar kini dirinya satu mobil dengan Kai, itupun tanpa mamanya juga supir yang tadi mengantarkan.

Kai melajukan mobilnya dengan kecepatan full, wajahnya sudah memerah menahan amarah sejak tadi. Tidak peduli pada Hazel yang ketakutan karenanya, gadis itu sampai harus memejamkan matanya dan berpengangan kuat.

Mobil mewahnya menyalip semua kendaraan yang ada, sampai tak ada satu pun kendaraan yang berada di depannya dan menghalangi jalannya. Masa bodo dengan banyaknya klaksonan tanda tak sedikit manusia yang memperingatinya.

"Pa udah!,"

Hazel berteriak agar papanya segera menormalkan laju mobilnya, sebab Hazel langsung merasakan pusing dan mual. Tapi teriakannya seakan tak berarti apa-apa.

"SAYA MAU KIRIM KAMU KEUJUNG DUNIA SIALAN!," ungkap pria itu masih belum menyudahi aksinya malah menyetir tak beraturan membuat Hazel semakin dibuat ketakutan.

"Pa jangan pa! Kita bisa celaka!,"

"DIAM!,"

Tak mempedulikan peringatan papanya, Hazel masih tak berhenti memohon dengan keringat dingin yang mengucur deras dipelipisnya. Demi apapun dia sangat takut, ini lebih dari yang pernah Aiden lakukan padanya.

Ini namanya menjemput kematian. Papanya memang sudah gila! Kai benar-benar gila!

Tbc.










Komennya dongg biar aku semangat😙💚

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang