Tarik nafas
Tahan
Buang
Tarik nafas
Tahan
Buang
Begitu saja terus sampai~
"Hazel cepetan!,"
Rasanya Hazel ingin menangis saja, dia takut. Bahkan untuk sekadar menatap kolam dibawahnya saja Hazel tak sanggup. Menyelam ke kolam sama dengan mencari mati bagi Hazel.
"Kolamnya nggak sedalem samudra Hazel!,"
"Lelet banget sih lo zel, yang lain pada ngantri nih!,"
"Iya zeell,"
"Zel udah?," tanya Naya yang sejak tadi sudah menunggu Hazel.
Sebab kini giliran Naya dan Hazel yang turun untuk praktek, tapi karena Hazel yang terus mengulur waktu membuat semua temannya mengeluh. Naya tahu kalau Hazel tidak bisa berenang sedangkan teman mereka yang lain tidak ada yang tahu itu. Lagipun sejak kelas sepuluh Hazel sama sekali belum pernah ikut praktek dikolam. Terlebih kolamnya outdoor.
"Pak sih Hazel nggak usah ikut lah ngelama-lamain aja,"
"Keburu makin panas nih!,"
"Hazel, ayo! Teman-teman kamu sudah menunggu," perintah pak Dinar untuk yang ketiga kalinya.
"Lama nih Hazel, gue dorong aja ya?,"
"Nay gue takut," lirih Hazel pelan yang hanya mampu didengar oleh Naya yang berdiri disampingnya.
Hazel ingin melangkah mundur dan berbalik, tapi tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya hingga membuatnya terpeleset dan jatuh ke kolam.
"HAZEL!," pekik Naya keras membuat semua orang heboh dan langsung mengkerubungi kolam.
Hazel berusaha keras untuk naik dengan memunculkan kepalanya tapi tidak bisa, gadis itu melambaikan tangannya keatas berusaha untuk meminta tolong. Kakinya yang mengambang dan tak menapak didasaran membuatnya takut sebab kolamnya ternyata dalam.
Mata Hazel perih rasanya, pasokan oksigen semakin menipis membuatnya kesulitan untuk bernafas. Hazel sudah pasrah, dia sudah tidak sanggup lagi rasanya. Kesadarannya mulai menghilang saat itu juga bersamaan dengan teriakan-teriakan semua orang.
Tak menunggu waktu lama, Naya turun ke kolam untuk menolong Hazel yang setengah tubuhnya sudah mengambang.
Berhasil membawa tubuh Hazel ketepian, pak Dinar menyambutnya dengan membantu Naya menaikkan tubuh Hazel.
Tak lama dari itu seorang cowok tiba-tiba muncul menerobos kerumunan.
"Hazel? Hazeell, Hazel bangun!," Aiden terus menggoyang-goyangkan bahu Hazel.
Cowok itu langsung beralih menatap pak Dinar,"Pak ini gimana? Kenapa dia bisa kesini? Hazel itu nggak bisa berenang, dia punya trauma! Kenapa bapak biarin dia ikut praktek?!," bentak Aiden frustrasi. Dia kelimpungan sendiri sedang yang lainnya justru bingung melihat tingkah Aiden.
"Aiden tenangin diri lo! Pak Dinar nggak tau den, sekarang Hazel lebih penting," kata Naya menenangkan.
Tak membalas ucapan Naya, Aiden beralih mengecek nafas dan detak jantung Hazel lalu dia bergerak memberi kompresi dada selama dua kali. Tapi tidak ada hasil.
"Pak?,"
Pak Dinar yang seakan mengerti panggilan Aiden itu lantas menggiring semua siswa-siswinya untuk meninggalkan area kolam renang. Meski sedikit sulit karena mereka sempat menolak untuk pergi akhirnya mereka semua bisa pergi meski dengan sedikit kekesalan.
Disana tinggal pak Dinar, Naya, Zhiva, Aiden, dan Hazel yang masih belum sadar. Naya terus memegangi tangan Hazel dengan khawatir.
"Gapapa pak?," izin Aiden menatap penuh permohonan kearah pak Dinar. Terlihat sekali kalau cowok itu benar-benar takut.
"Darurat, nyawa Hazel lebih penting jadi cepat lakukan Aiden," ucap pak Dinar membuat Zhiva yang sejak tadi berdiri dengan bersedekap dada itu melotot tak percaya. Dengan sebal Zhiva menghentakkan sepatunya dan pergi dari sana, tapi sepertinya kehadiran dan kepergiannya tak disadari siapapun disana.
Aiden mengangguk dan segera melakukan CPR untuk Hazel.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...