33. Skipping school

555 25 0
                                    

Bermodalkan nekat dan paksaan, Hazel terpaksa mengikuti keinginan Aiden yang mengajaknya bolos sekolah dari jam pelajaran pertama kali ini. Cowok itu mengajaknya kabur dari sekolah saat bel masuk berbunyi, saat para siswa siswi berhamburan ingin masuk ke kelas Aiden menarik lengan Hazel dan mengajak gadis itu keluar lewat pintu belakang.

Nasib baik memang sedang memihak mereka jadilah mereka bisa lolos tanpa ketahuan, ya mungkin nanti saat pelajaran berlangsung mereka akan dicari, karena keduanya tadi sudah sempat saling sapa dengan teman sekelas mereka.

Aiden menarik lengan Hazel sampai dijalan samping gedung sekolah dan disana ternyata sudah ada mobil cowok itu yang terparkir. Hazel duga semua ini memang sudah direncanakan oleh Aiden.

"Lo gila ya?," dengus Hazel tak menyangka lalu membanting punggungnya kesandaran kursi sambil besedekap dada.

"Gue udah kehabisan akal buat bisa ajak lo bicara berdua dan ini adalah pilihan tepat yang nggak akan gue sesali,"

"Tepat pala lo? Zhiva bakal ngadu ke bokap dan itu musibah buat gue," kesal Hazel jengah dengan pemikiran dangkal milik Aiden.

"Zel pake aku kamu kayak biasa ya?,"

"Kita udah putus," balas Hazel cuek.

"Putus sepihak itu nggak sah Hazel!,"

Yang namanya putus ya putus, sejak kapan ada aturan seperti itu?

Hazel membuang mukanya kesamping kaca mobil tak ingin membalas tatapan Aiden. Perasaan senang selalu muncul saat dirinya berada didekat Aiden tapi Hazel mengenyampingkan kenyataan itu.

Aiden menghela nafas melihat sikap Hazel yang berubah drastis padanya hanya dalam waktu beberapa hari. Dia menyalakan mesin mobilnya dan mulai melajukannya kejalanan, membelah kota padat.

Keduanya sama-sama berada dalam pikiran masing-masing membuat suasana hening tercipta. Aiden yang tak tahu mau memulai pembicaraan apa dan Hazel yang tak sekalipun minat untuk berbicara dengan Aiden.

Meski tidak tahu Aiden mau mengajaknya kemana, Hazel sama sekali enggan untuk bertanya.

"Lo nggak tanya kita mau kemana?,"

"Emang lo bakal kasitau?,"

Alasan lainnya, kalau Aiden sudah ada rencananya sendiri ingin membawa Hazel kemana, cowok itu tidak akan pernah mau memberitahunya sampai Hazel sendiri yang tahu saat sudah sampai ditujuan. Singkatnya Aiden adalah cowok yang tak pandai berbasa-basi.

Tapi kalau masalah gengsi Hazel rasa bukan Aiden orangnya, sebab cowok itu seringkali menyatakan perasaannya pada Hazel. Entah itu rasa sayangnya atau keresahannya.

Pertanyaan sarkas Hazel berhasil mematikan topik Aiden, cowok itu menggaruk hidungnya yang tak gatal karena merasa canggung.

Sudah satu jam lebih lamanya kedua manusia didalam satu atap mobil itu berada dalam kesunyian, sampai akhirnya mobil Aiden memasuki jalan kecil seperti pedesaan yang mana dibelakang sana terdapat halaman pasir luas.

"Pantai?,"

Iyup! Pantai yang begitu indah dengan banyaknya pengunjung. Hazel tak kuasa untuk tak mengedarkan pandangannya dari dalam mobil. Aiden hanya tersenyum simpul, cowok itu kemudian meraih sesuatu dijok belakang.

"Apa?," Hazel mengernyitkan keningnya heran begitu Aiden menyodorkan sesuatu padanya tanpa bicara apapun.

"Pake," akhirnya tak mau menunggu lama Aiden langsung menaruh satu hoodie ke pangkuan Hazel, lantas dengan segera cowok itu memakai satu hoodie yang dibawanya.

"Tapi gue kan udah pake," gumam Hazel menurunkan pandangan melihat hoodie favoritnya yang selalu dia pakai.

"Ganti,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang