43. Bathroom punishment (1)

518 26 1
                                    

"Mana nilai ulangan harian kamu?,"

"Ma'af pa, kertasnya basah terus sobek jadinya Hazel buang," ucap Hazel menundukkan kepalanya begitu dalam.

"Oh! Begitu? Lalu ini apa?!," Kai menaikkan satu oktaf nada bicaranya.

Hazel melebarkan bola matanya begitu melihat kertas ulangan hariannya ada ditangan Kai,"Papa dapet dari mana?,"

"Nggak penting! Yang jelas kamu sudah mempermalukan saya untuk yang kesekian kalinya, Hazel! Dan kamu sudah berani berbohong!," Kai menjeda bentakannya,"Sekarang mana handphone kamu?!,"

Dengan tangan gemetar Hazel meraih ponselnya diatas meja belajar dan menyerahkannya pada Kai, tanpa mau berlama-lama Kai merebutnya kasar.

Pyar

Hazel memundurkan tubuhnya kaget melihat Kai langsung membanting ponselnya ke lantai hingga hancur, tak sampai disitu Hazel berusaha memohon begitu melihat pergerakan papanya yang ingin kembali merusak ponselnya dengan cara diinjak-injak.

"Pa jangan pa..," mohonnya berusaha menarik Kai menjauh dari tempat ponselnya tergeletak tapi seakan semua percuma, Kai justru mendorong tubuh Hazel hingga pinggang gadis itu menabrak sudut meja belajar. Hazel memekik kesakitan memegangi pinggangnya, gadis itu sampai harus menekuk tubuhnya menahan nyeri.

Melihat nasib ponsel satu-satunya membuat keinginan menyelamatkan dalam dirinya menguar begitu saja, namun sayangnya tangannya kalah cepat oleh Kai. Pria tua itu berjalan tergopoh menuju kamar mandi didalam kamar Hazel dan Hazel mengikutinya dengan perasaan khawatirnya.

Hazel tidak mau ponselnya jadi korban papanya, dia membeli ponsel itu dari hasil menabungnya selama hampir tiga tahun. Mengingat Kai juga memberi jatah uang jajan lebih sedikit dari kedua saudaranya. Dia tak pernah dibelikan apapun oleh Kai, kecuali buku-buku pengetahuan dan alat belajar dan juga kebutuhan disaat mereka sekeluarga sedang diundang ke acara besar.

Selain dari itu Hazel membelinya sendiri dengan uang hasil menabungnya atau disaat om Michael memberinya uang, iya om Michael itu orang yang sangat baik. Berbeda sekali dengan istri dan anaknya alias tante Vania dan Zhiva, tapi kalau dua orang itu tahu sudah pasti uangnya akan mereka ambil lagi. Persis seperti pemeran antagonist dan protagonist dalam sinetron, penuh drama.

Hazel melototkan matanya hingga pupilnya juga ikut membesar saking-saking terkejutnya saat Kai merendam ponselnya diwastafel dengan air yang masih terus mengucur deras.

"PA UDAH PA!," Hazel langsung mengambil ponselnya yang sudah terendam air, gadis itu menangis melihat keadaan ponselnya yang sudah tidak bisa terselamatkan.

Prak

Suara kaca yang dihantam membuat pandangan Hazel terangkat, dari pantulan cermin gadis itu bisa melihat wajah Kai yang memerah, matanya yang menajam, dan garis rahangnya yang mengeras.

Papanya itu yang barusan memukul kaca keras hingga membentuk garis retak yang lumayan panjang dan beruntungnya tidak parah. Karena merasa takut, Hazel ingin beranjak keluar dari sana namun Kai dengan cepat menutup pintu itu dengan tangan kekarnya agar Hazel tak bisa keluar.

"KAMU HARUS SAYA HUKUM HAZEL!," pria itu menarik Hazel masuk dan mendorong tubuh gadis itu ke bathtub membuat kepalanya terkantuk keras.

Kai mengisi bathtub itu dengan suhu rendah membuat kulit Hazel sedikit terkejut karena airnya terasa sangat dingin. Hazel masih diam dan terus menangis melihat Kai mengambil shower dan menyiramkannya ketubuh Hazel membuatnya semakin menggigil.

Sore tadi saja Hazel tidak mandi karena tidak enak badan, tubuhnya hangat tapi dia merasa kedinginan. Agaknya typusnya kambuh, tapi dia tidak akan pernah bisa mengeluh pada siapapun. Semua orang tidak akan mau tahu Hazel sakit atau tidak, dia tetap dipaksa melakukan apapun selagi belum sampai pingsan. Sekeras itu didikan keluarganya.

Dengan raut memelasnya Hazel memeluk tubuhnya sendiri, wajahya yang sebelumnya sudah pucat kini semakin bertambah pucat dengan bibirnya yang bergetar hebat.

Tubuhnya semakin ringkih karena nafsu makannya yang terus menurun dan pola hidupnya yang tak teratur membuatnya gampang sakit. Banyaknya hal yang sudah Hazel lalui tak juga membuat penyiksaannya berakhir atau setidaknya berkurang.

"DISINI SAMPAI BESOK DAN RENUNGKAN KESALAHAN KAMU, BARU BISA BEBAS!,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang