Angin sore terasa semakin sejuk bersama ombak yang semakin meninggi, sebagian orang sudah mulai meninggalkan pantai karena hari sudah mulai larut. Tapi berbeda dengan beberapa orang yang masih memilih singgah disana menunggu senja datang, dan beberapa orang itu termasuknya adalah Aiden dan Hazel.
Dua remaja itu tampak betah berada disana tanpa ingin kembali pulang. Tidak begitu sebenarnya, Hazel sedari tadi sudah mengajak Aiden pulang tapi cowok itu terus menahannya dengan banyak sekali alasan.
Aiden bahkan meminta ponsel Hazel supaya tak ada yang bisa mengganggu waktu mereka, mengingat ponsel Hazel terus berdering. Panggilan itu jelas dari orang rumah, Hazel takut dan dia ingin pulang tapi Aiden tak membolehkannya. Dia berada disituasi yang sulit.
Sekarang saat sunset mulai menampakkan tanda kehadirannya, Aiden menarik tangan Hazel mendekat ke tepian pantai.
"Aiden takut," gumam Hazel menahan lengan Aiden saat cowok itu ingin pergi darinya, tepatnya mendekat ke ombak.
Cowok tinggi yang tengah menolehkan kepalanya itu terlihat tersenyum jahil sampai kemudian dia kembali menarik tangan Hazel untuk ikut bersamanya.
Tanpa mempedulikan teriakan ketakutan Hazel, Aiden tetap iseng menarik Hazel.
Saat keduanya berhenti, air pantai mulai menyapu kaki mereka yang memijak pasir putih tanpa alas. Rasanya cukup menantang bagi Hazel, sebab ini kali pertamanya dia menyentuh air pantai.
Hazel tetap menurut pada Aiden, karena dia yakin kalau Aiden akan menjaganya tanpa mau berniat mencelakainya.
Tapi sekarang malah Hazel yang dengan erat tak mau melepas tangan Aiden.
"Aiden mau kemana?," tahan Hazel saat dirasa Aiden melepas pegangannya.
"Nggak mau ambil foto?," kata cowok itu sambil mengangkat kamera yang menggantung dilehernya.
"Tapi aku takut,"
"Ada gue, lo percaya kan?,"
Bukannya Hazel tak percaya Aiden, tapi dia benar-benar sangat takut, jadi dia mengangguk sedikit ragu. Aiden tersenyum teduh membuat Hazel terperangah sebentar sebelum akhirnya sadar akan pekikan Aiden yang memintanya untuk pose.
Aiden dengan telaten menjepret beberapa pose cantik Hazel, bahkan tanpa Hazel tahu sejak tadi Aiden seringkali mengambil candid cewek itu. Dan menurut Aiden itu sangat lucu, cowok itu akan menyimpannya untuk dirinya sendiri tanpa mau menunjukkannya pada Hazel, sebab nanti yang ada cewek itu malah menghapusnya.
Hazel lihat dari tempatnya berdiri, Aiden menyerahkan kamera cowok itu pada seorang lelaki asing. Lalu kemudian Aiden berlari menghampirinya, membuat Hazel membuang pandangannya tak ingin kepergok memperhatikan cowok itu.
"Foto berempat ya?,"
"Hah? Sama mereka?," tanya Hazel menatap dua orang yang salah satunya diminta Aiden untuk memegang kamerannya. Lantas Aiden menggeleng semakin memunculkan banyak keheranan dari otak Hazel.
"Terus?,"
"Lo, gue, laut, dan senja,"
Saat mendengar interupsi siap dari lelaki yang akan memotret mereka Aiden mengancungkan jempolnya membuat Hazel juga tersadar dari kecengoannya.
Dan mereka akhirnya melakukan beberapa pose, mulai dari menghadap depan, belakang, gandengan, rangkulan, candid, dan sekarang gendongan? Apa Hazel juga harus melakukannya?
Iya, Hazel terpaksa menuruti permintaan satu lelaki yang sedari tadi mengatur gaya mereka. Sedikit menyebalkan memang, tapi apalah daya Hazel yang ingin cepat-cepat menyudahi semuanya.
Usai urusan foto-foto, Aiden kembali menarik lengan Hazel menuju ke tempat bebatuan tinggi di dekat pantai. Mereka berdua duduk diantara bebatuan itu mengahadap pantai dan senja.
Senja memang selalu mengagumkan dan mereka berdua sangat menyukainya, karena warna jingganya memanjakan mata setiap penikmatnya.
Senja mungkin memang datang sebentar, tapi senja selalu menjanjikan kedatangannya. Senja mengajarkan banyak hal tanpa banyak orang sadari dan mereka sama-sama diam mencari kalimat yang senja ajarkan itu. Kira-kira apa yang mereka pikirkan?
Aiden tahu Hazel ingin melihat senja dilaut, makanya dia mengajak cewek itu ke pantai.
"Senja cantik banget, jadi pengen punya nama senja,"
"Suatu saat kita buat,"
Hazel menoleh terkejut begitu Aiden bersuara,"Hah?,"
"Kita wujudin keinginan lo dengan anak kita nanti yang namanya senja,"
"Kalau dia cowok? Senja juga?,"
"Sea? Laut?,"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...