20. Mahanta family drama

692 35 0
                                    

Sekumpulan pengusaha berjas rapi dan berdress mewah tengah asik berbincang, mereka golongan orang-orang berada. Pemilik perusahaan perusahaan yang sukses pada bidangnya masing-masing. Untuk itu Hazel cukup mengaguminya tapi nilai minusnya mereka seringkali memandang suatu hal dengan sebelah mata.

Hazel adalah salah satu gadis yang ikut berdiri berkumpul bersama rekan-rekan kerja papanya. Disana juga ada Zhiva, sebab ini adalah acaran anniversary kantor milik keluarga bermarga Labhrainn atau om Michael Labhrainn, adik ipar papanya Hazel.

"Dia putri anda yang waktu itu juara olimpiade di Jepang ya?," salah satu pria bertanya sambil menunjuk Zhiva yang berdiri tepat ditengah antara om Michael dan tante Vania.

Disana Michael hanya tersenyum mengangguk sebagai jawaban sedang Zhiva bertingkah sok tersipu malu. Padahal sudah sangat jelas kalau gadis itu terlihat bangga dengan melirik Hazel remeh.

"Sudah cantik, bail, pintar lagi. Cocok banget buat dijadiin mantu," cetus salah satu wanita yang merupakan pasangan pria tadi.

"Putri saya juga selalu juara umum disekolahnya,"

Hazel menoleh kearah Kai yang barusan berucap, papanya selalu saja seperti itu. Tidak akan mau kalah. Memang benar Kai lebih mendukung Zhiva, tapi diluar hal itu Kai ingin kalau keluarganya selalu dipandang lebih tinggi dari keluarga orang lain termasuk keluarga Labhrainn.

"Oh ya?," wanita lainnya nampak menyahut dengan ekspresi tak menyangka,"Bukannya Zhivanna dan Hazelica satu sekolah? Jadi siapa yang lebih unggul diantara mereka?," lanjut wanita itu yang banyak mendapat anggukan setuju dari mereka semua.

"Keduanya sama-sama unggul, Zhiva keponakan saya memang berhasil mengikuti olimpiade di Jepang, karena saat itu Hazel sedang dirawat jadi dia tidak bisa ikut seleksi. Bukan begitu Hazel?,"

"I-iya pa," Hazel mengangguk kaku karena Kai menatapnya penuh ancaman. Bahkan Jevano yang berdiri disampingnya pun menarik-narik dressnya seakan mengingatkan.

Meski yang papanya katakan itu benar, tetap saja Hazel merasa urusannya terlalu diikut campuri. Lagipula saat itu Hazel dirawat karena keracunan makanan saat makan dikantin sehingga membuatnya tak bisa mengikuti seleksi akhir pemilihan perwakilan sekolah untuk olimpiade sains di negeri Doraemon, kartun favorite Hazel.

"Oh gitu, keturunan keluarga Mahanta memang keren ya? Perfect dari segi manapun, keluarga terpandang dengan hubungan yang harmonis. Sangat patut dijadikan panutan,"

Semua rekan-rekan kerjanya mengangguk menyetujui ucapan salah satu orang disana, tak terkecuali om Michael yang juga ikut tersenyum bangga.

Kai merangkul mesra pinggang Nadia, mamanya itu selalu berdiri disamping Kai dengan senyuman yang tak pernah pudar. Tepatnya senyuman topeng belaka.

"Ah tidak begitu juga," Kai tertawa ringan seakan lelaki itu benar-benar tidak enak mendapat pujian berlebihan itu, padahal diwajah lainnya lelaki itu tengah menampilkan raut angkuh.

"Kami salut dengan keluarga anda pak Kai, senang rasanya bisa bekerja sama dengan perusahaan anda," pria berjas navy itu mengulurkan tangannya dihadapan Kai yang dijabat langsung oleh Kai.

"Terimakasih pak Ridwan karena anda sudah mempercayai perusahaan kami," ucap Kai senang diiringi tawa hangatnya.

Sejenak Hazel memandangi hal itu, dalam hati kecilnya Hazel juga ingin mendapat senyum tulus papanya. Hazel ingin sekali keningnya dikecup dan rambutnya dibelai lembut oleh papanya, kapan semua itu akan Hazel dapatkan? Untuk sekadar dalam mimpi saja tidak pernah terjadi apalagi di real life.

"Ah iya, bagaimana dengan proyek baru anda yang ada dijalan kakak tua itu?,"

Hazel mundur dari kerumunan, dia sangat malas mendengar segala pembahasan para pengusaha kelas atas itu. Karena sudah terlalu sering, Hazel jadi muak.

Gadis yang malam ini memakai dress hitam selutut itu melangkah menjauhi kerumunan orang-orang yang tengah berpesta ria. Hazel keluar dari gedung hotel bintang lima tempat acara itu diselenggarakan.

Dia jadi heran kenapa harus menyewa tempat lain untuk acara kantor padahalkan kan juga bisa dikantor saja. Apa orang kaya selalu menghamburkan uangnya seperti ini? Bukankah dengan acara syukuran saja tidak cukup?

Mereka terlalu menuruti dan mengikuti gaya hidup hedon dengan beralasan gengsi.

Oh ya? Hazel tidak melihat ada Jarrel didalam, seingat Hazel cowok itu juga datang bersama. Lalu kemana Jarrel sekarang? Ah, kenapa Hazel jadi memikirkan cowok itu.

"Hazel,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang