28. Damn human!

589 28 0
                                    

Jam pelajaran kedua adalah olahraga dan kali ini jadwalnya praktek dengan materi berenang. Apa Hazel ikut? Tentu saja tidak.

Beralasan sakit perut karena datang bulan hari pertama, Hazel tak mengikuti olahraga. Gadis yang tak memakai seragam olahraga itu berjalan sendirian menyusuri koridor menuju uks, dia sudah menitipkan izin ke Naya yang kebetulan mendapat bagian sekretaris dikelasnya.

Tapi saat Hazel baru ingin membuka pintu ruang tersebut seseorang menghalanginya.

"Minggir," ucap Hazel cuek.

Karena Zhiva tetap diam tak bergerak menjauh dan tak sekalipun membalas ucapannya, Hazel terpaksa mendorong gadis itu agar menjauh dari hadapannya.

Zhiva memekik karena terjatuh dengan posisi duduk,"Awwhh! Sakit tolongin guee," gadis itu menjulurkan tangannya kearah Hazel yang dibalas tatapan malas oleh Hazel.

Padahal Hazel sama sekali tak menggunakan tenaganya, Dia hanya menjauhkan tubuh Zhiva sedikit dari hadapannya. Tapi lihatlah reaksi berlebihan yang Zhiva tunjukkan. Dengan malas Hazel meraih tangan Zhiva untuk membantu gadis itu berdiri tapi malah yang didapat Zhiva terjatuh lagi.

Kalau dilihat seakan Hazel yang sengaja menarik Zhiva dan menjatuhkannya kembali, padahal yang terjadi sebenarnya tidak seperti itu.

"Zhiva?,"

Dua orang yang masih berada didepan pintu uks itu kompak menoleh mendengar seseorang memanggil nama Zhiva.

"Kak bantuin Zhiva sakit banget, awwsh!," Zhiva memegangi kakinya sok merasakan sakit yang luar biasa membuat simpati semua orang yang melihat tertuju pada gadis itu.

Termasuk Jevano yang langsung mengulurkan tangannya membantu Zhiva sampai gadis itu benar-benar berdiri.

Jarrel yang memang datang bersama Jevano itu hanya diam saja menatap lurus dengan kedua tangan berada disaku celananya. Hazel menatap Jarrel tapi tak sekalipun dibalas oleh cowok itu. Sikap Jarrel kembali dingin dan tak tersentuh olehnya. Jarrel terlalu cepat berubah.

"Lo kenapa bisa jatoh?," tanya Jevano masih merangkul bahu Zhiva sebagai penyangga gadis itu.

"Zhiva tadi didorong sama Hazel sampai jatuh,"

Pandangan Hazel langsung kembali pada Zhiva dibalas tatapan sarkas diam-diam gadis itu.

"Terus pas Zhiva minta tolong eh malah dijatuhin lagi sama Hazel!," adu Zhiva dengan nada manja pada Jevano.

"Lo jadi orang jangan jahat jahat bisa nggak sih?,"

Hazel memutar bola matanya malas,"Terserah!," sarkas Hazel tak peduli dan lebih memilih untuk pergi dari sana.

"Woi tanggung jawab lo sialan!," teriak Jevano menoleh menatap kepergian Hazel.

Semuanya sudah cukup! Terserah saja Zhiva mau menuduh Hazel apapun Hazel tak peduli. Sebab yang gadis itu inginkan hanya penderitaan Hazel! Bisa melihat Hazel dibenci dan dimarahi saudaranya adalah salah satunya. Jadi Hazel tak punya cukup waktu untuk meladeni segala omong kosong gadis licik itu.

Kediaman Jarrel dari sejak kemarin Hazel kembali kerumah keluarga Mahanta, juga sudah menjadi jawaban atas berakhirnya hubungan baik mereka beberapa hari lalu. Sebenarnya Hazel tidak rela, dia masih berharap Jarrel kembali peduli padanya. Tapi dia tidak bisa berbuat apapun selain pasrah. Toh Hazel juga sudah mencoba untuk bicara padanya tapi Jarrel sama sekali tak meresponnya.

"Hazel? Kamu nggak sakit?,"

Seorang guru olahraga dengan peluit yang menggantung dilehernya itu mengeryit mendapati Hazel berjalan tergesa dikoridor.

"Eh aduuhh sakit pak sakit bangeet inii..," Hazel spontan memegangi perutnya mengadu kesakitan. Dalam hatinya Hazel terus menyumpah serapahi kebodohannya itu, ya semoga saja pak Dinar percaya padanya.

"Kata Zhiva kamu bohong, dia bilang kamu sudah selesai datang bulan minggu lalu?,"

Hazel diam lalu dengan cepat mengelak,"Dia yang bohong pak, saya beneran sakit perut kok," katanya masih dengan memegangi perut sok kesakitan.

"Bohong pak,"

Mata Hazel yang sedikit menyipit kini melebar saat seseorang tiba-tiba datang menyela perbincangannya dengan pak Dinar.

"Jarrel?,"

"Dia bohong pak, saya barusan lihat dia dorong Zhiva sampai jatuh,"

'Mampus mampus mampus! Jarrel sialan!' umpat Hazel dalam hati. Bahkan tubuh Hazel yang tadinya sedikit membungkuk karena memegangi perutnya kini kembali dia tegakkan.

Pak Dinar mendelik tak menyangka bahkan kedua tangannya kini sudah berada dipinggang,"Oh, begitu ya Hazel? Kamu ini kan siswi berprestasi kenapa kelakuan kamu seperti itu?,"

Hazel menggelengkan kepalanya kuat,"Enggak pak tadi itu nggak sengaja, iya! Saya nggak sengaja, seriusan deh," kata Hazel berusaha meyakinkan pak Dinar disertai lirikan tajamnya teruntuk Jarrel.

"Yasudah, cepat ganti baju dan langsung ke kolam renang!," titah pak Dinar sembari membenarkan handuk yang tersampir dilehernya.

"Tapi pak,"

"Jangan membantah Hazel, cepat!,"

Kalau sudah begini, Hazel bisa apa? Bisa mati tenggelem!

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang