44. Bathroom punishment (2)

482 28 1
                                    

Bertahan dengan air bersuhu rendah membuatnya semakin tersiksa. Mengingat dipunggung, paha, dan bagian tubuhnya yang lain ada banyak lebam juga bekas cambukan yang baru didapat. Sudah jelas dia merasakan sakit dan perih diseluruh tubuhnya tapi Hazel berusaha keras menahannya.

Tubuh kurusnya semakin memucat meski dia sudah keluar dari bathtub, kepalanya terasa pusing dan mual. Hazel menyandarkan tubuhnya pada dinding kamar mandi, dia tidak kuat berdiri.

Terhitung berjam-jam lamanya dia dikunci dikamar mandi dan sekarang sudah tengah malam. Hazel meringkuk memeluk kedua lututnya sendiri yang dilipat.

Perlahan tangannya meraih sebuah benda pipih yang tak jauh dari tempatnya. Setelah berhasil menggapainya Hazel buru-buru melihat keadaan ponselnya, namun seperti dugaannya ponselnya benar-benar rusak, layarnya pecah menyeluruh dan basah, sekarang Hazel hanya bisa menangisinya.

Pyarr

Suara ponsel yang kali ini Hazel lemparkan, dia kembali meringkuk memeluk lututnya dan menangis sesenggukan.

Matanya sudah membengkak, berat rasanya. Lagipun tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan selain menangis, sebab menangis bisa membuatnya lega.

Tapi saat netranya yang semakin menyipit itu menangkap sesuatu, Hazel berdiri meski oleng-oleng. Dia berjalan sempoyongan dengan bantuan dinding sebagai perantara penyangga tangannya.

Hazel menumpukan kedua tangannya dipinggiran wastafel, gadis itu menatap cerminan dirinya sendiri dikaca setengah badan. Keadaannya benar-benar buruk atau mungkin sangat buruk?

Cewek berpiyama merah muda dengan gambar doraemon itu meraih sesuatu disudut wastafel dekat kaca. Serpihan kaca, benda yang terbilang sangat kecil itu Hazel ambil.

Sebelum memulai apa yang ingin dilakukannya, Hazel menatap lurus sebentar lalu beralih kembali pada lengannya.

Dia lihat lengan kirinya sudah ada ukirannya, tepatnya masih ada nama Aiden disana dan sekarang Hazel melihat lengan kanannya yang terdapat bekas pukulan, cambukan, tapi belum ada bekas goresan disana. Mengangkat serpihan kacanya, Hazel mulai mendekatkannya ke lengan kanannya. Dia buat garis lurus perlahan, karena tidak ada rasanya Hazel langsung menekannya kuat. Dan spontan meringis sakit tapi hal itu tak seberapa, maka Hazel terus melanjutkannya. Membentuk rangkaian garis garis abstrak sesuka hati, darah yang keluar sedikit lama-lama semakin banyak. Hazel membuang pandangannya tak ingin melihat darah segarnya yang mengucur bebas, dia takut darah tapi tetap ingin melakukannya.

Menyalakan air, Hazel mencuci lengannya tanpa ingin menatapnya sekalipun. Setelah dirasa cukup dia menarik tissu cukup panjang dan membalutkannya ke lengan dengan menekan-nekannya.

Perih dan nyeri bercampur menjadi satu, dia merasakan nikmat yang melegakan. Tubuhnya sedikit rileks, apa ini yang dirasakan sebagian orang ketika melukai dirinya sendiri?

Hazel selalu mencari alasan apa yang membuat mereka sampai bisa melukai dirinya sendiri dan sekarang dia membuktikannya dengan keberanian yang dipaksanya. Dia tahu hal itu tidak baik lantas kalau hal itu bisa membuat diri kita lebih baik dan sedikit tenang kenapa tidak?

Gadis itu berjalan mendekat ke pintu kamar mandi, menabrakkan punggungnya dan menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Hazel kembali meringkuk menenggelamkan kepalanya diantara lipatan kedua lututnya.

Dia sudah sangat kelelahan, perlahan matanya memberat lalu memejam.

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang