Seorang pria mapan berkemeja rapi yang duduk dikursi kebanggaannya itu masih terus saja menatap kosong selembar kertas yang baru di dapatnya sekitar sepuluh menit yang lalu.
Disana tertulis.
Waktu penyesalanmu semakin dekat
Bukan sekali ini bukan? Kai tidak bisa diam saja dengan si mesterius pengirim surat tanpa nama itu. Dia rasa kemungkinan besar orang yang mengiriminya surat tidak jelas itu adalah orang yang sama seperti sebelumnya.
Rasanya orang itu semakin seenaknya mengancam dirinya. Selama ini Kai diam saja, karena dia menganggap hal itu tidaklah penting dan bukan sesuatu istimewa yang harus diurusinya.
Drrtt.. drrtt..
Deringan handphonenya menyadarkan keterdiamannya lantas membuatnya segera menerima panggilan itu.
"Ada apa?," tanya pria itu datar dan terkesan tidak ingin berbasa-basi sekalipun si penelpon itu putranya sendiri, Jevano.
"Hazel kecelakaan pa,"
"Maksudmu?!,"
"Angkot yang dia tumpangi masuk jurang dan dia belum ditemuin pa,"
"Oh,"
Sedikit ada nada terkejut dari seberang,"Papa nggak suruh orang buat bantu cari Hazel?,"
"Buat apa? Dia bukan anak papa, jadi buat apa papa peduli? Toh kalo dia nggak ketemu malah bagus kan? Itu bisa jadi alasan buat singkirin dia dari keluarga kita tanpa buat settingan public,"
"Tapi mama pa! Mama pingsan pas tau polisi cuma temuin tas Hazel,"
"Tunggu papa dirumah,"
Setelah memutus panggilan sepihak Kai meletakkan ponselnya cukup kasar,"Sialan!," umpatnya sambil meremas kertas yang masih digenggaman tangannya.
Harusnya ini adalah kabar membahagiakan untuk Kai tapi entah kenapa suasana hatinya mendadak tak tenang sebab dia jadi kepikiran akan seutas kalimat tulisan tangan yang barusan dibuangnya asal.
Tanpa pikir jauh pria tua itu segera beranjak dari ruangannya. Seperti yang dia katakan pada Jevano kalau dia akan segera pulang.
Sejujurnya dia tidak peduli akan keadaan Hazel, yang dia pedulikan adalah istrinya. Ya dia pulang untuk mencegah hal-hal yang nantinya bisa Nadia lakukan. Seperti nekat mencari Hazel misal?
Kai tahu betul Nadia begitu menyanyangi anak haram yang tumbuh gratis di tengah keluarganya. Kai juga tahu kalau Nadia terpaksa berpura-pura membenci Hazel. Hanya saja Kai tetap membiarkan hal itu, lagipula yang dia inginkan itu membuat Hazel menderita dengan banyaknya orang yang membenci kehadirannya.
Namun entah kenapa dari hatinya yang terdalam ada perasaan lain, rasanya seperti sedikit sesal. Tapi kenapa? Dan sebab apa?? Pria itu sungguh tidak paham.
Begitu dia masuk ke mobilnya dan langsung menancapkan gasnya berhambur bersama hiruk pikuk jalanan yang berpolusi.
Tidak ada yang dia rasakan selain kegelisahan juga tentang kata penyesalan yang kian menyita kefokusannya.
Sampai tiba-tiba kecepatannya tak terkendali saat dijalan depan ada orang tengah menyeberang.
Kai panik sendiri, pria itu berusaha ngerem mobilnya dan mengklakson berkali-kali.
Jalanan yang memang cukup sepi membuatnya leluasa berkendara, tapi siapa sangka kalau ada pejalan kaki yang tiba-tiba menyeberang dikala lamunan kacaunya.
Tbc.
Uwwahh makasi 20k readersnyaa.. ya meskipun yang mau vote komen cuma seupil🤧🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳
Teen Fiction🄹🄰🄽🄶🄰🄽 🄹🄰🄳🄸 🄿🄻🄰🄶🄸🄰🅃 Schmerz _________________________________________ 'Skenario itu takdir' "Anak tidak tahu diri seperti kamu memangnya bisa apa selain menyusahkan saya?!," "Lo bener bener ya! Minta ma'af sekarang atau lo bakal dap...