2. Can not go home

1.5K 93 6
                                    

Azila-Hazel

Azila-Hazel

Azila-Hazel

Hazel.

Oke, Azila harus terbiasa dipanggil Hazel.

Tapi Azila tidak tahu dimana rumah Hazel berada, yang dia tahu rumah Hazel begitu besar dengan nuansa putih. Hanya itu.

Jadi bagaimana dia bisa pulang? Ke rumah Hazel.

Azila mondar mandir di halte, sudah sejak setengah jam lalu. Kalau dia tidak bisa pulang dia akan jadi gelandangan dijalan. Apakah part Hazel lontang lantung juga ada di dalam novel?

Azila kembali duduk, mengambil ponsel Hazel didalam bag berwarna baby blue. Tapi ponsel Hazel rupanya di sandi, ini bagaimana? Tidak ada hal serinci itu juga dalam novel. Sial!

Tapi Azila bisa menggunakan sidik jari mengingat dia menempati raga Hazel. Ide bagus.

Cuaca yang begitu terik menyengat kulit putihnya, ditambah banyaknya debu dan polusi yang disebabkan kendaraan dan lalu lalang manusia dijalan.

Sekolahnya sudah sangat sepi, tinggal beberapa siswa siswi yang memiliki kepentingan seperti ekskul dan lainnya.

Selang beberapa menit berdiam diri, sebuah motor besar berhenti di halte menyita pandangannya.

Huh? Siapa dia?

Apa kekasih Hazel yang toxic dan super possessive itu?

Azila tidak tahu wajahnya, hanya nama dan karakternya yang Azila tahu.

Jadi mari kita tanya siapa dia.

Sekejap Azila terperangah begitu seseorang itu melepas helm full face-nya. Satu kata, tampan.

Cowok berseragam berbeda dengannya itu turun dari atas motor dan menghampirinya,"Lo ngapain disini?,"

"H-hah?,"

Azila memberi tatapan cengo. Rasanya ketampanannya itu tak bisa diungkapkan dengan kata. Dia sampai tak fokus.

"Mana pacar gila lo itu?,"

Azila mengernyit. Pacar gila? Rasanya itu panggilan yang tak asing. Apa lelaki itu adalah..

"L-lo Mark?,"

Lelaki berjaket denim itu mengangguk membuat Azila seketika shock.

Sungguh sosok Mark Skyler melebihi ekspetasi Azila. Parasnya yang tampan dan soft. Tapi kenapa didalam cerita si Mark itu antagonis yang begitu licik? Azila bahkan tak menyukainya. Tapi sekarang mungkin berbeda..

Hah? Apa Azila akan merusak alur cerita?

Hmm yasudahlah namanya saja cerita fiksi, pasti penuh ilusi diluar nalar, so terserah penulisnya saja.

"Kenapa lo? Putus?,"

Pertanyaan ambigu itu membuat Azila menatap Mark terang-terangan.

"E-enggak," jawab Azila terbata.

Mark mengangguk-ngangguk.

Berada dekat dengan Mark membuatnya gugup apalagi membalas tatapan matanya. Azila tidak sanggup.

Kalau berhadapan dengan Mark saja dia gugup apalagi dengan kekasih Hazel yang parasnya jauh lebih tampan? Mengingat Hazel juga memiliki dua kakak laki-laki yang tak kalah tampan. Bisa pingsan Azila.

"Tawaran gue masih berlaku, gimana?,"

"Apa?,"

Tawaran ya? Sebentar Azila ingat dulu tawaran apa yang dimaksud oleh Mark, cowok blasteran Kannada itu.

"Putusin pacar lo dan jadi pacar gue,"

Ini tawaran yang terlalu menggiurkan untuk seorang gadis halu seperti Azila. Tapi tidak untuk Hazel.

Ekhem jadi mari kita menjadi karakter Hazelica. Merubah sifat dan sikap asli Azila.

"Nggak,"

"Masih ada enam puluh lima hari sebelum tawaran gue nggak berlaku,"

Kenapa Mark selalu menghitung hari? Batas waktu apa maksudnya? Untuk apa pula Mark memaksakan diri mengejar Hazel yang sudah jelas-jelas memiliki cowok.

Mark tampan, tidak sulit untuk cowok itu mencari cewek lain yang lebih baik dari segi manapun dibandingkan dengan Hazel.

"Nggak makasih," ketus cewek itu lagi berusaha tetap tak tergiur.

"Dia apain lo sih sampe tiga puluh kali lo nolak gue?,"

Tbc.

𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧: 𝐒𝐜𝐡𝐦𝐞𝐫𝐳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang