part 11

2.2K 146 6
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Beberapa hari setelah kejafian Reyhan melihat kamar Shareen, Reyhan hanya sekedar mengantar jemput Syanaz tanpa interaksi seperti biasa. Hanya interaksi biasa sekedar say hello abis itu udah.Diem. Ya, mereka saling diam, tak ribut seperti biasanya.

Syanaz mencoba memberanikan diri untuk menanyakan hal ini kepada Reyhan, kenapa beberapa hari ini sikapnya aneh, dan ga nyebelin. Apa ada yang kelewatannya dari sikap dirinya kepada Reyhan? Jujur, ini situasi yang paling Syanaz benci. Awalnya Syanaz ragu, Ia berfikir ini di luar wewenangnya, bisa jadi Reyhan ada masalah keluarga yang emang seharusnya ga di ceritain kesiapa-siapa, apalagi Syanaz yang notabenenya orang baru.

Tapi jiwa penasaran Syanaz setinggi gunung everest, Ia tidak bisa menahan untuk tidak bertanya kepada Reyhan tentang sikapnya akhir-akhir ini.

Sesampainya di parkiran sekolah, Reyhan memarkirkan motornya dan mengajak Syanaz untuk ke kelas bareng seperti biasanya. Tapi kali ini Syanaz bertekad untuk menanyakan yang sudah Ia pikirakan selama perjalanan dari rumah ke sekolahnya kepada Reyhan.

“Rey,” panggil Syanaz.

“Kenapa? Ada yang ketinggalan?” tanya Reyhan.

“Engga, gue mau nanya sesuatu boleh?”

“Nanya apaan?”

Mereka berbicara sambil terus berjalan melewati koridor sekolah.

“Lo kenapa si? Maksud gue, lo kenapa beberapa hari ini aneh banget, kebanyakan diem, gue nanya gini soalnya lo habis dari rumah gue jadi diem gini, kenapa deh?”

“Kangen lo ribut sama gue?”

“Apaansi orang gue cuma nanya, lo tu sekarang lebih kaya ojek anter jemput gue tau ga?”

“Emang, gue udah dibayar tahunan sama bokap lo,” cetus Rony asal.

Perkataan Reyhan sontak membuat Syanaz menghentikan langkahnya.

“Masa?”

“Tanya aja bokap lo,”

“Gue telfon ya?”

“Silahkan,”

Syana, pun mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jas seragamnya, dan mencari kontak Papanya. Lalu meletakan handphonenya di telinga sebelah kanannya. Reyhan yang melihatnya tak percaya, ternyata gadis itu benar-benar menelfon Papanya?

Reyhan langsung merebut ponsel milik Syanaz, dan dimatikannya saluran telfon itu sebelum Papanya Syanaz benar-benar mengangkat telfonnya.

“Naz! Lo beneran telfon bokap lo?” tanya Reyhan tak percaya.

“Iyala, lo yang suruh kan? Lagian gue ga percaya kalo bokap gue bayar ojek antar jemput buat gue, sementara di rumah uda ada pak Tono,” jelas Syanaz, lalu merebut kembali ponselnya.

“Gue juga ga percaya bokap lo nyuruh gue jadi ojek lo, sementara kita aja belum.pernah ketemu,” ujar Reyhan.

“Ya terus?”

“Naz, polos sama oon beda tipis ya?”

“Maksud lo? Gue oon?”

“Gue ga ngomong gitu, tapi kalo lo merasa iya kali hahaha,” ujar Reyhan lalu berlari menjauh dari Syanaz karena sudah pasti gadis itu akan membogemnya mentah-mentah.

“REYHAN SIALANN!! IHHH,” teriak Syanaz, lalu berlari mengejar Reyhan.

Tentu saja adegan tersebut di lihat oleh ketiga sahabatnya yang sedari tadi memperhatikannya dari jauh, termasuk Bunga. Lagi dan lagi paginya di buat tak bersemangat untuk beraktivitas, Ia berjalan lebih cepat menuju kelasnya dengan wajah yang sudah di pastikan badmood.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang