Part 37

2K 129 6
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Shareen tengah menunggu jemputannya yang dari tadi belum juga terlihat. Ia sendiri menunggu di gerbang. Seluruh siswa sudah hampir 80% meninggalkan sekolah itu. Dengan pakaian yang berantakan, gadia itu tidak peduli.

Tin

Shareen memejamkan matanya sesaat karena merasa seperti ada yang menyentil jantungnya, "Ayo bareng gue aja,"

"Gausah, gue nunggu supir aja, bukannya lo juga harus latihan? Mana Syanaz?"

Reyhan membuka helm fullfacenya dan mengajak Shareen untuk pulang bareng, karena selepas dari taman tadi, Reyhan bertemu dengan Miss Lia, dan menyuruhnya untuk pulang saja dan persiapan buat besok mereka berangkat ke Singapore. Dan ternyata Syanaz pun sudah pulang kata Miss Lia.

"Syanaz udah balik, gaada latihan hari ini, sekolah juga udah sepi, lo mau sendiri disini?" ujar Reyhan.

Shareen melirik ke arah dalam sekolah yang benar sudah terlihat sepi. Karena supirnya juga tak kunjung datang, Akhirnya Shareen memilih untuk ikut dengan Reyhan, karena Ia sudah menunggu sekitar 30 menit tapi supirnya tak kunjung datang.

Di arah jalan pulang. Diatas ducati hitam Reyhan hanya ada hening. Tak ada perbincangan di antara mereka berdua. Reyhan melajukan motornya dengan cepat, Ia khawatir dengan keaadanan Syanaz, mengapa Syanaz tak memberitahunya kalau Ia akan pulang duluan? Itu menghantui pikiran Reyhan.

Karena terus melamun, dan tidak focus saat berkendara Reyhan hampir saja menabrak pedagang bakso, dan Ia membanting setir.

"Reyhan, awass!" teriak Shareen.

Brugh

Akibat Reyhan membanting setir sembarang, ia menabrak sebuah pohon dan mengakibatkan mereka kecelakaan tunggal. Tanpa memikirkan keadaannya, Reyhan langsung menanyakan keadaan Shareen yang kakinya tertimpa ducati miliknya. Dan di bantu oleh para warga yang ada di situ.

"Ssstthh, aww kaki gue," ringis Shareen.

"Reen, lo gapapa?" khawatir Reyhan.

Reyhan melepaskan helm Shareen dan mengajaknya untuk melipir ke warung yang tak jauh dari tempat kejadian. Para warga yang inisiatif pun memberikannya mereka dua buah kursi.

Reyhan yang tak tega melihat Shareen yang terus kesakitan karena luka di bagian siku tangan dan dengkulnya cukup parah. Darah segar juga terus mengalir disana.

"Pak ada air?" pinta Reyhan.

"Ada mas," kata bapa pemilik warung itu.
Bapak pemilik warung itu kembali dengan pesanan yang di pesan Rey.

"Terimakasih pak, Reen ni lo minum dulu," ucap Rey seraya memberikannya minum.

Shareen pun minum di bantu oleh Reyhan, "Sorry ya Reen, kita kerumah sakit ya?" ajak Rey sangat khawatir terhadap Shareen, padahal dirinya sendiri pun luka.

"Gausah gue mau pulang aja," pinta Shareen.

"Gausah sok peduli sama gue, lo juga luka, pikirin aja diri lo sendiri, lain kali gausah bonceng gue kalo pikiran lo lagi kacau, ngebahayain nyawa orang lo namanya" ketus Shareen.

"Sorry..., Luka gue ini ga penting, gue peduli Reen sama lo, lo udah kaya adek gue sendiri,"

"Tapi nyatanya gue bukan adek lo, lagi pula kita sebaya,"

Deg

Perkataan Shareen kali ini berhasil membuat hati Rony seperti tersayat sayat benda tajam, rasanya sakit sekali.

"Gue mau pulang," kata Shareen.

"Gue anter lo ya? gue cari taxi dulu,"

Reyhan mencari taxi, untungnya pas sekali ada taxi yang tengah melintas, lantas Rey memapah Shareen untuk masuk bersama ke dalam taxi itu. Soal ducatinya ia titipkan kepada pemilik warung disana dan akan di urus oleh orang rumahnya.

♡♡♡

Hiks Hiks Hiks

Terdengar tangisan seorang gadis dari dalam kamar yang dominan dengan warna hijau Tosca.

"Jahat, kamu jahat Rey, Hikss, kenapa kamu tega si permainin aku kaya gini?" ucap Syanaz yang masih terus menangis semenjak pulang sekolah.

"Kalo emang kamu sukanya sama Shareen, kenapa kamu nyatain perasaan ke aku? Kenapa Rey? hiks"

Gadis itu ter meracau kesal seraya menangis, "Kalo emang benar aku cuma jadi objek taruhan kamu? Kamu jahat banget Rey, kenapa kamu lakuin ini semua ke aku? Hiks hiks,"

"Baru aja gue ngerasain bahagia, gue bisa di sayang sama orang yang gue sayang, tapi nyatanya apa? Itu semua bohong!"

Hiks! hiks! hiks!

Ddrrtt dddrrtt

Suara Handphone Syanaz berbunyi, menandakan ada yang menelpon dirinya.

Syanaz menghapus air matanya, ia terduduk menatap layar ponselnya.

"Kak Demian?" gumamnya.

Syanaz mengangkat teleponenya." Hallo," sapa Syanaz dengan suara serak.

"Hallo Syan, are you okay?" tanya seseorang yang ada di sebrang telepon itu.

Syanaz menarik nafasnya panjang berusaha untuk tidak terdengar seperti orang yang sedang menangis.

"Gapapa kak, ada apa ya kak? Tumben telfon?" tanya Syanaz.

"Jangan bohong ya Syan, gue tau lo lagi nangis kan? Suara lo ga bisa bohong," ucap Demian.

Detik itu juga Syanaz menangis, tangisannya pecah terdengar oleh Demian.

Hisk! hiks! hiks!

Maafin gue Syan, ga seharusnya gue ngealukin itu - batin Demian.

"Syan, kalo mau cerita ke gue gapapa gue pasti dengerin kok," ucap Demian, tak ada jawaban dari Syanaz yang ada hanya isak tangis yang terdengar.

"Kalo belum mau cerita gapapa, inget ya Syan kalo lo butuh apa-apa jangan segan buat minta ke gue, siapa tau gue bisa bantu kasih solusi. Oh iya besok kita udah berangkat loh ke Singapore, lo udah packing?" tanya Demian.

"Belum kak," jawab Syanaz dengan suara sedikit serak.

"Syan lo harus tetep jaga suara lo ya, untuk sekarang lo gapapa egois untuk pura-pura kuat, biar besok bisa berjalan lancar, inget kan kata gue? mau lo lagi sebanyak apapun masalah lupain sebentar kalo lo mau penampilan lo hasilnya terbaik, ini perfome pertama lo, lo juga pernah bilang kan mau tampilin ini buat bokap lo dan sodara lo? Bisa ya Syan, tanemin profesionalnya lo di diri lo mulai sekarang, sehabis kelar acaranya lo boleh cari gue, gue bakal dengerin semua cerita lo, tangisan lo, ya Syan?" jelas Demian.

Perkataan Demian membuat Syanaz sedikit jauh lebih tenang, benar kata Demian, ia harus professional, ia gamau bikin nama sekolah jelek kalo ia besok tidak tampil bagus, gapapa egois sama diri sendiri, setelahnya ia akan obati luka itu perlahan.

"Thanks ya kak,"

"Jaga kesehatan ya Syan, gue gamau sampe lo sakit, kalo gitu gue tutup dulu ya telfonnya see you Syanaz Almira Salsabil," ucap Demian.

"See you kak,"

Tuttt tutt

Syanaz mencoba menguatkan Dirinya, ia akan anggap semua yang terjadi hari ini tidak pernah terjadi.

"Gue yakin lo bisa Syanaz! lo pasti bisa!," ucap Syanaz yang segera bergegas untuk packing barang bawaanya.

Setelah beres packing Syanaz pun ketiduran.

♡♡♡

jangan lupa follow & vote yaa🐟🤍

luv all🤍🪷

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang