Part 48

2.5K 166 32
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Syanaz sudah rapih dengan style khasnya. Ia memakai celana jeans berwarna biru denim dan cardi berwana hijau muda serta hijab yang senada dengan warna cardinya. Syanaz sedari tadi berdiri di depan cermin yang menampakan full dirinya. Menyemprotkan parfume, serta menambahkan sedikit warna pada bibirnya yang terlihat sedikit pucat.

And done!

Syanaz memilih menaiki taxi online karena melihat Pak Tono tidak ada di rumahnya, karena tak mau membuat Demian menunggu lama nantinya, akhirnya Syanaz menggukan cara alternatif. Tak butuh waktu lama Syanaz sudah sampai di tempat. Terlihat sangat begitu ramai di dalam sana. Syanaz sebenarnya biasa untuk menongkrong di tempat-tempat seperti bersama teman-temannya. Tapi kali ini rasanya berbeda Ia datang seorang diri.

“Eh Sya, ko malah diem? ayok masuk,” ajak Demian yang tiba-tiba keluar dari dalam Coffeshop itu.

Syanaz tersenyum melihat Demian menghampirinya, “Oh iya Kak,” ucapnya kikuk.

Kini mereka berjalan ke tempat yang sudah Demian boking sebelumnya. Sengaja Demian melakukan hal itu, karena sudah di pastika akan ramai, kalau tidak begitu yang ada mereka gaakan kebagian tempat. Tempat yang di pesan Demian cukup strategis untuk pengujung. Meja yang tepat berada di dekat live music akan selalu menjadi favorit Syanaz di Cafe manapun.

“Wah ada live musiknya juga ya?” ucap Syanaz lalu duduk.

“Gue yang suruh, biar ga boring boring banget yang nongkrong disini,” ujar Demian.

Memang live musik adalah ide dari Demian untuk mengisi kekosongan tempat yang baginya sayang kalau hanya untuk diisi barang- barang tidak penting atau bahkan terlihat kosong. Di iisi untuk meja pelanggan rasanya kurang etis, karena terlalu memojok.

“Bener banget sih, itu ngaruh banget loh untuk manrik pengunjung,” cetus Syanaz.

“Oh iya, mau pesen apa? Biar sekalian gue pesenin,” ucap Demian.

“Hazelnut Coffe aja satu,”

“Okey, tunggu ya gue pesen dulu,” ucap Demian.

Demian memesankan pesanan mereka dan terlihat sesekali bercanda dengan Barista disana. Karena ownernya kali ini yang tutun tangan. Setelah memesan dan membawa dua gelas minuman di tangannya, mereka sesekali mengobrol ringan. Dan kini mereka mulai menikmati live music yang ada di Coffeshop itu.

Bisa terbilang mereka berdua memiliki kesamaan music yang sama, setype lah ya bisa dibilang, hingga selalu nyambung bila bahas music yang mereka suka. Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba ada seorang mendekat ke Demian dan membisikan sesuatu padanya.

“Sya, sebentar ya gue tinggal ga lama kok,” ujar Demian.

Syanaz mengangguk paham, “Okey,” kata Syanaz.

Saat Syanaz tengah menikmati suasana malam itu seraya beberapa kali mengotak ngatik ponselnya, tiba-tiba Ia terfokus pada salah seorang yang kini berada tepat di kursi vocalis live music Coffeshop itu.

“Kak Demian?” gumamnya seraya tersenyum tipis.

Demian terduduk di tempat live music seraya memegang gitar, “Selamat malam semuanya,” sapa Demian kepada pengunjung Coffeshop.

“Saya disini akan menyanyikan sebuah lagu yang saya persembahkan untuk perempuan yang tengah duduk di sebelah sana,” lanjutnya seraya menunjuk kearah Syanaz.

Syanaz tampak bingung, apa benar ini lagu untuk dirinya? Syanaz menunjuk dirinya sendir seolah bertanya pada Demian dengan gesture, begitupun Demian mengiyakan dengan menganggukan kepalanya seraya tersenyum simpul. Tanpa sadar hanya senyuman manis yang terlihat dari wajah Syanaz.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang