Part 83

1.7K 127 7
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Sore ini ternyata Shareen lebih dulu sampai rumah Dimas di banding Syanaz. Shareen langsung memasuki rumah yang sudah tampak sepi, semua Art serta supir sudah Dimas istirahatkan dan tidak kerja lagi dirumahnya. Sharee  memasuki rumah yang tidak terkunci itu. Terlihat semua barang-barang sudah terkemas rapih dan seorang pria yang asyik menelpon tanpa sadar akan kehadiran putri asuhnya itu.

Shareen mendekat kearah Dimas. Gadis itu sekarang berdiri tepat di belakang Dimas, seraya menunggu Dimas selesai menelpon orang yang berada di sebrang sana, Shareen terfokus kepada barang-barang yang sudah terkemas rapih di depannya. Ternyata tak semua barang akan Dimas bawa banyak barang-barang yang ditinggalnya begitu saja.

“Baik pak, saya tunggu info selanjutnya, Iya Pak, selamat sore,”

Tutt

Setelah Dimas selesai, ia berbalik dan sedikit tampak terkejut melihat Shareen yang sudah berada di belakangnya.

“Loh anak Papah, kapan sampe sayang? Kamu sudah sembuh? sudah makan belum?” tanya Dimas seraya memeluk Shareen dan mengecup kening gadis itu.

“Maaf ya Papah, belum bisa jenguk kamu, tapi sekarang kamu sudah lebih membaik?” tanya Dimas lagi.

“Papah bener-bener mau ninggalin aku?” satu kalimat yang berhasil membuat lidah Dimas kelu tak berdaya.

“Papah tega ninggalin aku?”

“Aku tau Papah gaakan sejahat ini kan sama aku?”

Kini Dimas memegang kedua bahu Shareen dan sedikit menjajarkan tubuhnya sama tinggi dengan Shareen.

“Maafin Papah kalo ini terkesan jahat untuk adek, tapi Papah sudah buntu Dek, Papah harus berangkat besok, kasihan juga om Andre sudah mengurus semua keperluan Papah disana,”

"Papah kasihan sama Om Andre, tapi Papah ga ngertiin perasaan aku sekarang gimana?" tanya Shareen.

Dimas hanya terdiam mendengar perkataan yang keluar dari mulut putrinya.

“Kenapa Papah tolak tawaran Ayah? Apa alasannya Pah?” tanya Gadis itu.

“Ini salah Papah,” lirih Dimas.

“Maksud Papah?”

“Papah terlalu terburu-buru mengambil keputusan, dan Papah telat nemuin Ayah kamu, Papah sudah tanda tangan kontrak sayang, kalau Papah batalkan, Papah kena pinalti, jadi mau gamau harus selesaikan kontrak itu,”

“Berapa tahun Pah?” tanya gadis itu.

“Sepuluh tahun Dek,” lirih Dimas.

“Selama itu Pah?”

“Iya sayang, jadi Papah harus bawa Syanaz, kamu taukan Kakak disini cuma Papah dan kamu, dan melanjutkan sekolahnya disana, itu juga om Andre yang akan tanggung semuanya, Adek tau kan sesusah apa Papah sekarang, untuk biaya Kaka sekolah pun Papah ga sanggup Dek,” ucap Dimas.

“Pah tinggal itungan bulan aku dan Kaka kelas 12, apa gabisa Kaka selesain dulu sekolahnya disini sampai kenaikan kelas nanti? Kasian Pah Kaka, dia baru juga disekolah yang sekarang,” jelas Shareen.

“Adek dengerin Papah, Klka anak Papah, Papah mau yang terbaik buat Kaka,” ucapan Dimas sedikit menyinggung perasaan anak asuhnya.

“Jadi sekarang, mentang-mentang aku bukan anak kandung Papah, Papah ga mikirin perasaan aku tanpa kalian?” ucap Shareen.

“Bukan gitu, Adek jangan salah paham, Adek tetep anak Papah, kalian tetep anak Papah, tapi sekarang kondisinya sudah beda Dek, adek sudah hidup bahagia bersama keluarga adek sekarang, tapi kaka? sekarang disini Cuma punya Papah, Papah ga tega kalau harus titipin dia ke Surabaya, adek tau kan dengan kondisi Papah yang sekarang?” Dimas berusaha mengasih pengertian ke Shareen.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang