Part 74

1.6K 123 4
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Shareen kini sudah berada di rumah Dimas bersama Syanaz di dalam kamar Syanaz. ia sempat beristirahat di kamarnya, kamar yang tidak pernah berubah semenjak ia pindah ke rumah Antonio. Dimas hari ini pulang telat, ia sudah memberi kabar kepada putrinya karena ada urusan yang harus di urus mengenai kepindahannya.

“Naz, Papah sekarang pulang telat terus atau baru kali ini?” tanya Shareen memecah keheningan.

Syanaz tak merespon, gadis itu hanya focus menatap layar ponselnya. Menatap gambar kebersamaan oleh teman-temannya.

Mungkin gue kenal mereka belum lama, tapi rasanya mereka udah seperti keluarga kedua gue, Shareen, Anggi, Naila, teman-temannya Rey, dan Reyhan Baskara. Apa gue siap ninggalin mereka semua? – batin Syanaz

Tanpa Sadar air matanya terjatuh mengenai benda pipih yang tengah ia pengang.

“Heh kebun Nanaz, gue nanya loh, ga di respon?” cetus Shareen.

Syanaz menghapus air matanya dan menoleh kearah Shareen berusaha tidak terjadi apa apa.

“Hah? Kenapa? Lo tadi nanya apa?” tanya Syanaz.

“Lo nangis?” tanya Shareen.

“Engga, gue ga nangis, siapa yang nangis, ini kelilipan,” Syanaz terkekeh pelan.

“Bohong, lo kenapa Naz? dari pagi tadi sikap lo aneh,”

Syanaz merubah posisinya, semula ia terlungkup kini sejajar dengan Shareen yang duduk menyandar pada bantal.

“Lo ada masalah?” tanya Shareen.

Syanaz hanya menggeleng. Ia belum siap menceritakan semuanya pada Shareen.

“Sya, lo udah ga anggap gue sodara lo lagi?”

“Bukan gitu Reen, tapi…” dengan nada suara yang sudah bergetar menahan tangis.

“Tempat cerita lo masih disini, gue masih sodara lo, jangan pernah anggap gue orang lain,”

Syanaz tak kuasa menahan tangis yang sudah ia tahan sejak mendengar kabar dari Papahnya pagi tadi. Ia memeluk Shareen, isak tangisnya terdengar, Shareen mencoba menenangkan Syanaz tanpa harus menghantuinya dengan berbagai pertanyaan yang mungkin saat ini sudah memenuhi isi kepalanya sejak tadi.

“It’s okey, nangis sampai puas ya, gue masih ada buat lo, jangan pernah ngerasa sendiri, okey?” ucap Shareen seraya terus mengelus punggung Salma.

Dirasa sudah cukup lega, Syanaz melepaskan pelukannya. Kini kedua gadis itu duduk berhadapan di atas kasur king size yang berada di kamar Syanaz.

Shareen menatap sedih gadis itu, Syanaz adalah gadis yang kuat, ceria, walau sedikit ngeselin, tapi Shareen sangat sayang padanya, kakak sambung yang sangat menyayangi juga. Shareen memegang kedua tangan gadis itu dan menatapnya dalam-dalam walau posisi Syanaz saat ini tengah menunduk.

“Naz, gue kenal lo bukan setahun dua tahun, gue tau lo anak yang kuat, tapi kalo lo lagi ada masalah jangan di pendem sendiri, bagi masalah lo ke gue, bagi gue, masalah lo masalah gue juga,” ucap Shareen.

“Papah bangkrut Reen,” ucap Syanaz yang masih tertunduk.

Deg

Anak mana yang tidak kaget mendengar perusahaan yang sudah di bangun susah payah oleh orang tuanya tiba-tiba bangkrut. Dan ternyata perasaan Shareen yang mengkhawatirkan Papahnya bukan perasaan yang semata, tetapi ini.

Shareen memeluk Syanaz kembali kedalam dekapannya.

“Semua asset Papah udah di jual, Cuma rumah ini satu-satunya yang Papah punya, gue ga tega sama Papah Reen, hiks,” ucap Syanaz

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang