Part 22

2.2K 136 9
                                    

M E L O D Y

♡♡♡


Pagi hari di meja makan. Terlihat Dimas dan Syanaz tengah menikmati sarapan bersama. Pandangan mereka beralih ketika mendengar seseorang yang terlihat tengah menuruni anak tangga lengkap dengan seragam yang sama persis di kenakan oleh Syanaz. Gadis itu tersenyum manis kearah dua orang yang terus menatapnya sedari tadi. “Pagii,”

“Yakin mau sekolah hari ini, dek?” Shareen mengaitkan tas ranselnya pada kursi yang akan Ia duduki dan membalas anggukan atas pertanyaan sang Papah. “Luka di jidat lo aja masih di perban tu, belum sembuh lo,”

Shareen menatap Dimas seperti meminta persetujuan atas keputusannya saat ini. “Pahh, boleh ya Aku sekolah sekarang, Aku udah bosen banget, Aku juga  udah sehat.” Gadis itu terus meyakinkan Papahnya. Berbeda dengan Syanaz yang masih tak rela mengijinkan Shareen untuk berkegiatan hari ini. “Coba sini gue pegang lukanya, kalo udah sembuh.”

Shareen menghindar karena lukanya ingin di sentuh oleh Syanaz seraya berdecak."Iss Pahh! liat tuh,"

"Ya makanya jangan maksain masuk dulu, Pah, Aku ga mau ah! Dia itu belum sembuh total Pah, pokoknya Aku ga izinin! Kalo dia kenapa-kenapa gimana? Aku sama Dia juga ga sekelas Pah, ga bisa jagain penuh Celin," gadis itu terus mengoceh agar Dimas tak mengizinkan Shareen untuk masuk sekolah terlebih dahulu.

Dimas menatap kedua putrinya secara bergantian,

" Adek Papah izinin untuk pergi kesekolah,"

Syanaz jelas tak terima namun perkataan segera di cekat oleh Dimas. "Nanti dulu, Papah belum selesai bicara, Kamu kan Kakak, tugasnya ya itu jagain Adeknya kalo gamau Adeknya kenapa-kenapa, sekarang juga kan sudah canggih Kakak tinggal telfon Papah kalo ada apa-apa sama Adek. Ya...., semoga saja sih tidak ada apa-apa."

“Tuh dengerin!” gadis itu merasa menang dari Syanaz, Ia tau maksud Syanaz yang khawatir terhadapnya sangat baik. Tapi, Ia juga tak mau tertinggal banyak pelajaran karena sering di rumah.

Syanaz mau tak mau pasrah dan menyetujui Papahnya, “Iya iya, nih Roti selai strawberry kesukaan lo,” Syanaz memberikan sarapan yang sudah Ia buat kepada Shareen.

Shareen menerimanya dengan senang hati,“Tumben baik, makasih," seraya mencolek dagu gadis itu. “Yeuu,”

“Papah hari ini pulang agak telat, nanti dikunci aja pintunya ya, Papah bawa kunci cadangan,” ucapnya di sela-sela sarapannya. “Heuhh, makan malem sepi lagi,”

“Papah sibuk banget si sekarang,” Shareen pun merasakan hal yang sama apa yang dirasakan oleh Syanaz. Hampir setiap hari setelah kepindahan mereka ke Jakarta, Dimas selalu jarang berada di rumah. Kadang berangkat terlalu pagi ketika kedua putrinya belum melihat dunia, dan tak jarang pulang terlalu larut.

“Kerjaan Papah lagi banyak sayang, nanti weekend setelah Kakak pulang dari Singapore kita jalan-jalan, Papah janji." Dimas berusaha merayu dan meyakinkan kepada kedua putrinya agar tidak membuat mood mereka buruk pagi itu. “YEAYY,” ucap mereka kompak.

“Bener ya Pah?” tanya Syanaz. “Iya, udah lanjut sarapan, hari ini Papah yang anter kalian.” Alih-alih menambah kebahagiaan mereka berdua yang sangat jarang sekali di antar jemput oleh Dimas.

♡♡♡

"Pagii, Shareen,"

"Pagi." gadis itu membalas singkat sapaan dari Kakak kelasnya yang belakangan ini terus mengganggu pikirannya. "Dih Shareen doang? ada gue kali sampingnya kaga di sapa juga?"

Dani hanya menggaruk tekuknya yang tak terasa gatal seraya cengengesan. "Sya, gimana latihannya kemarin?" tanya lelaki yang berjalan beriringan dengan Dani.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang