Part 42

2.1K 168 15
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Sesampainya dirumah Syanaz langsung beranjak pergi ke kamarnya. Untuk apalagi kalo bukan untuk menumpahkan air matanya kembali. Ia akan lebih leluasa menangis di dalam kamarnya itu. Meluapkan seluruh emosi yang terpendam sejak tadi.

“Naz, gamau makan dulu?” tanya Dimas yang melihat Syanaz langsung berjalan menuju kamarnya.

“Ngga Pah, Naz mau langsung istirahat aja,” teriak Syanaz.

Kini Syanaz membaringkan tubuhnya di kasur king sizenya, yang Syanaz lakukan hanya menangis sampai ketiduran.

“Bi, Shareen udah makan?” tanya Dimas.

“Non Shareen sudah makan Tuan, tadi juga sempat pergi ke sekolah Tuan,” ucap Bibi.

“Loh Shareen kan masih sakit Bi ko diizinin?”

“Anu Tuan, Non Shareen yang memaksa Tuan, katanya bosan dirumah,”

Memang Shareen sempat memaksa ke Bibinya agar ia diizinkan untuk pergi kesekolah tanpa harus izin terlebih dahulu oleh Papanya. Gadis itu terua memohon dan mengancam bibinga bahwa Ia akan mogok makan bila tak dijinikan pergi ke sekolah.

Dimas menggeleng pasrah, “Yasudah kalau gitu, tolong bilang pak Tono ya Bi, bawakan koper di bagasi,”

“Baik tuan,”

♡♡♡

Sehabis pensi serta kejadian tidak mengenakan tadi, Reyhan lebih memilih untuk kembali ke unitnya. Ia hanya bisa memikirkan penyesalannya, kenapa Ia melakukan ini sejak ini awal?

“Arghh,” teriak Rey frustasi.

“Kenapa anjing! Bodoh banget gue, tolol, tolol, lo Rey! Bisa-bisanya lo permainan cewe setulus Syanaz! Arghh,” Rey terus memaki dirinya sendiri.

Ia kesal. Ia marah. Ia kecewa pada dirinya sendiri.

“Bodoh! Lo tu bodoh Rey! Syanaz tulus sama lo, tapi dengan brengseknya lo malah jadiin dia objek taruhan!” Reyhan terus memaki dirinya.

“Gue sayang sama lo Sya, hiks”

Setelah terus memaki dirinya, Ia hanya bisa memandang wajah Syanaz yang akan selalu ada di galeri handphonenya, seraya menyesali perbuatannya. Ia terlalu pengecut untuk menghubungi Syanaz.

Pijar masuk ke unitnya, Ia paham akan keadaan sahabatnya saat ini yang sedang kalut. Ia duduk di samping Rey yang sudah sangat terlibat berantakan dan siap untuk mendengar semua penyesalannya.

“Jar, gue bodoh banget ya Jar? udah nyakitin perempuan yang tulus sama gue,” lirih Reyhan.

“Gue nyesel Jar, kenapa hari yang gak pernah gue tunggu datangnya secepat ini?” sambungnya.

Untuk kali pertamanya Pijar melihat sahabatnya menangis seperti ini, terlihat frustasi hanya karena perempuan. Selama Ia kenal dengan Reyhan, Ia tak pernah melihat lelaki ini sehancur ini. Reyhan yang selalu terlihat kuat serta angkuh ternyata manusia juga. Apalagi perihal perempuan. Biasanya Reyhan yang selalu menyakiti hati perempuan karena mempermainkannya. Tapi kali ini? apakah ini karma untuk sahabatnya?

“Lo sebenernya suka sama Syanaz atau Shareen?” tanya Pijar.

Sontak pertanyaan Pijar membuat Reyhan melirik kearahnya. Ia heran kenapa sekarang jadi bawa-bawa Shareen? Jelas- jelas ini gaada hubungannya sama Shareen. Dan mereka tau, Reyhan hanya mencintai Syanaz bukan Shareen.

“Maksud lo?” tanya Reyhan.

“Gue cuma ngewakilin Syanaz, gue tau ko Rey akhir-akhir ini lo juga deket sama Shareen, gue yang temen lama lo aja belum pernah ketemu nyokap lo, tapi Shareen?” ucap Pijar.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang