Part 28

2K 127 12
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Besok weekend, Reyhan memutuskan untuk pergi kebogor malam itu sendiri, ke villa keluarganya yang sering Ia datangi hanya di tanggal tertentu.

Reyhan melajukan ducatinya dengan kecepatan yang tinggi. Setelah mengantar Shareen, Reyhan yang masih berseragam tidak pulang kerumah melainkan kevilla yang berada di bogor. Ia juga sudah memberi tahu orang rumah bahwa dirinya tidak pulang malam ini.

Walaupun setelah kejadian itu villa tersebut jarang Ia kunjungi bersama keluarganya, tetapi beda halnya dengan Reyhan yang setiap tahun Ia selalu mengunjungi villa itu.

Reyhan memarkirkan ducatinya di halaman depan Villa tersebut. Villa yang meninggalkan cerita kelam masa kecilnya, kini masih sangat terawat. Karena Ia menugaskan mang Didin pegawai lama yang sejak Ia kecil sudah bekerja bersama orang tuanya untuk terus merawat villa ini.

“Eh aden, lama ga kesini, sehat Den? Nyonya, tuan juga sehat?” sapa mang Didin dengan logat sunda khasnya.

“Sehat mang, besok kan hari special,” ucap Reyhan tersenyum hambar.

“Oh iya Den," Mang didin hanya bisa tersenyum getir.

“Kalo gitu saya masuk dulu ya mang, cape abis perjalanan jauh hehe,” ucap Reyhan bergegas masuk kedalam Villa untuk beristirahat, dan meletakan birthday cake yang Ia sempat beli tadi  ke dalam kulkas yang tersedia.

♡♡♡

Pagi hari....

Syanaz tengah jogging bersama Dimas dan Shareen di jalan komplek di rumahnya. Ini rutinitas yang selalu mereka lakukan kalau pagi weekend. Selepas jogging mereka selalu melipir untuk membeli sarapan di luar seperti bubur ayam, lontong sayur, atau bahkan nasi uduk.

“Bang 3 porsi ya, yang satu gapake kacang,” ucap Dimas.

Penjual bubur ayam itu memberikan 3 porsi ke meja Dimas.

“Ini buat Canaz, yang ga pake kacang buat adek,” ucap Dimas.

Mereka menerimanya dengan senyuman, tetapi berbeda dengan Syanaz, Ia tampak menampilkan senyum yang hambar seperti ada sesuatu yang menggagu pikirannya.

“Sehabis ini Papah ada undangan dari temen Papah yang baru buka kantor baru, kalian mau ikut?” ajak Dimas.

“Engga ah Pah, aku dirumah aja,” ujar Syanaz.

“Lo kenapa Naz? lesu amat keliatannya kan baru ja-“ ucap Shareen yang langsung di bekap mulutnya oleh Salma.

“Naz, itu adeknya nanti gabisa nafas loh,” ujar Dimas.

Syanaz melirik tajam adiknya itu. Sementara Shareen hanya terdiam seraya tersenyum jahil kepada Syanaz.

“Baru ja? Ja apa Dek ko ga di lanjutin?” tanya Dimas penasaran.

“Ja itu Pah, anu Ja, jalan sehat itu maksud Reen Pah, iya kan Reen?” ngeles Syanaz.

“Hehehe, iya Pah maksud aku kan kita baru jalan sehat,” ucap Shareen membela Syanaz.

“Ah yasudah kalau begitu, di habiskan sarapan nya habis itu kita pulang,” ujar Dimas.

“Tsiaph Botsz,” ucap mereka kompak.

♡♡♡

Weekend ini Novita dan Bunga memutuskan untuk jalan-jalan di salah satu Mall yang ada di Jakarta. Mereka hanya berjalan-jalan dan membeli barang random yang mereka temui dan menarik perhatian mereka. Kini mereka singgah di salah satu toko pakaian.

“Nov, abis ini kita nongki dulu ga sih?” tanya Bunga.

“Boleh tuh, gue chat Pijar ya biar dia nyusul sama Rey,”

“Okeyy,”

Setelah merasa cukup puas berkeliling Mall, mereka berdua pergi ke salah satu café yang letaknya tidak jauh dari Mall tersebut. Terlihat Pijar sudah menunggu disana entah sejak kapan.

“Lama lo berdua, shoping mulu.” Cetus Pijar.

“Namanya juga perempuan,” kata Novita seraya meletakan barang belanjaan di sampingnya.

“Rey mana Jar?” tanya Bunga yang memperhatikan sekitar mencari objek yang sebenarnya sangat Ia tunggu. Karena sejak awal mereka datang, mereka hanya melihat Pijar yang tengah duduk sendiri.

Syruupp

“Lo lupa sekarang tanggal berapa?” tanya Pijar santai seraya menyeruput minunan yang sudah Ia pesan.

Bunga mengecek tanggal di ponselnya, Ia baru sadar sekarang tanggal 19 Februari, tepat dimana di lahirkan lelaki tampan yang sejak lama Ia kagumi.

“Birthday Rey? Gue lupa,” ucap Bunga.

“Gue masih heran deh sekaligus bertanya-tanya, Rey kan temen kita, bahkan kita bareng-bareng udah dari SMP, tapi kenapa Rey selalu menghilang setiap di hari ulang tahunnya? Dan selalu ga suka bahkan sampe marah kalau kita rayain ulang tahun dia? Dan harusnya birthday nya dia kali ini bisa jadi moment yang ga bakal di lupain ga sih? Ini sweet seventeen nya kan?” ujar Novita.

Bunga yang mendengarnya pun berpikir hal yang sama, “Gue juga ga ngerti Nov, kita sahabatan juga udah lama banget, kita pasti juga selalu saling cerita kan? Tapi untuk ini kenapa Rey masih tertutup ya?” kata Bunga.

“Mungkin ini hal yang sensitive bagi dia yang belum berani dia coba ceritain ke kita, ga semua tentang dia kita harus tau, kita juga masing-masing punya privasi kita sendiri kan? Tunggu aja sampe dia siap cerita sendiri tentang tanggal ulang tahun dia,” jelas Pijar.

“Iya si Jar lo bener, tapi seengganya kalo ini masalah kan siapa tau kita bisa bantu juga,” ucap Novita.

“Iya Nov, tapi kata Pijar juga ada benernya, lo inget ga pas kita rayain ulang tahun dia pertama kalinya? Dia marah banget Nov sama kita, sampe gamau ketemu berhari hari, gue gamau hal itu keulang lagi,” ujar Bunga.

Novita mengingat kembali masa SMP nya yang pernah merayakan ulang tahun Reyhan, disitu Ia sangat terlihat membenci perayaan ulang tahun yang mereka buat. Padahal sudah susah payah mereka mendekor tempat itu sebagus mungkin.

“Lo gamau kan Nov sampe hal itu terulang lagi?” kata Bunga, lalu Novita menggeleng.

“Sebenernya gue khawatir setiap tanggal ini, dia bener-bener gaada kabar sama sekali, rumahnya juga selalu sepi,” kata Pijar.

Mereka semua terdiam. Benar kata Pijar, walau mereka ga pernah masuk ke dalamnya, tapi mereka sesekali pernah melewati rumah Reyhan. Terlebih Pijar yang selalu menghalalkan segala cara untuk mencari tau tentang Reyhan yang Ia rasa, Ia sendiri harus tau.

“Btw, gue ajak Bang Demian sama Bang Bram juga buat kesini, karena kalian tadi lama banget.” Ujar Pijar.

“Gapapa Jar, biar ga sepi, sekalian bahas buat Pensi juga,” ujar Novita.

“Astaga Pitak, istirahat dulu napa kaga usah bahas pensi terus, capek gue dengarnya,” protes Pijar.

“Hey, lusa kita Otw Singapore,” jelas Novita.

“Iya tapi Nov, kita hangout juga kan mau ngerefresh otak Nov, bukan bahas pensii, ya amsyongg,” rengek Bunga.

“Nah, tau dah Pitak, lo kalo bahas pensi sendiri aja sana,” cetus Pijar.

“Yaudah-yaudah gajadi bahas,” pasrah Novita, Bunga hanya tertawa gemas melihat temannya yang pasrah seperti itu.

♡♡♡

jangan lupa follow & vote yaa🐟🤍

luv all🤍🪷

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang