END

4K 222 66
                                    

“Syanaz Almira Salsabil!” teriak pria yang baru saja tiba dengan sedikit luka di pelipisnya dan bajunya yang sudah tidak berbentuk.

“Rey?” lirih Syanaz___.

Ya. Rey sudah menghajar habis para preman itu. Melihat para preman yang sudah terkapar tak berdaya, Reyhan juga memanfaatkan kesempatannya untuk kabur menyusul Syanaz. Ia melihat motor preman itu dan langsung menggunakannya untuk pergi kebandara.

“Bang, pinjem bentar, jaminannya motornya gue,” ucap Reyhan lalu melajukan motornya dengan cepat____

Reyhan berjalan melangkah dengan sedikit tertatih karena kaki bagian kirinya sempat terluka karena tersungkur akibat dorongan preman itu. Dengan cepat Syanaz menghampirinya dan memeluknya, ia menitihkan air matanya melepas semua kekhawatirannya terhadap lelaki ini.

“Aku takut banget kamu kenapa- kenapa, kamu kemana aja Rey?” ucap Syanaz dalam dekapan lelaki itu.

Reyhan melepaskan pelukannya. “Aku ada disini Sya, kamu jangan nangis, aku mau lihat kamu senyum,” ucap Reyhan.

“Tapi kamu luka begini, kamu jatuh?” tanya Syanaz khawatir.

“Jangan bahas ini ya? Aku gapapa,”

Rey menatap Syanaz dalam, ia pasti akan sangat merindukan senyuman yang hampir setiap hari membuat harinya lebih berwarna. Mata yang selalu ia cari keberadaannya. Dan wajah sejuk yang selalu meredamkan emosinya.

“Rey?” panggil Syanaz.

Rey hanya membalasnya dengan senyuman yang tulus, seolah ia sudah merelakan keputusan Syanaz.

“Terimakasih sudah mau datang,” ucap Syanaz.

Dan lagi-lagi responnya hanya diam. Syanaz mulai menangkup wajah lelaki itu dengan kedua tangannya dan membalas tatapan lelaki itu.

“Aku cuma mau bilang, terimakasih ya sudah pernah menjadi warna baru di hidup aku, terimakasih kamu selalu ada disaat aku butuh kamu, terimakasih luka serta kebahagiaan yang kamu kasih ke aku, semua akan tersimpan baik menjadi kenangan yang gaakan pernah aku lupain,” ucap Syanaz.

“Dan… terimakasih sudah ingin membuat cerita singkat bersamaku,” lanjut Syanaz.

Reyhan meraih tangan lembut Syanaz, ia menggemgam tangan gadis itu.  “Aku juga makasih, karena kamu hidup aku jauh lebih berwarna, semua hari-hari ku terasa lebih berkesan karena ada kamu di sisi aku,”

“Kamu tau Sya? Apa yang sekarang bikin aku takut?” ucap Reyhan tiba-tiba.

“Apa Rey?”

“Kehilangan, dan sekarang itu terjadi sama aku,”

“Rey,” lirih Syanaz.

“Terus aku sekarang harus gimana? Aku bingung,” kata Syanaz.

Syanaz menatap lelaki yang kini tengah tertunduk menatap lengan yang di genggamnya sedari tadi.

“Ya aku baru tau Sya, yang namanya Nyawa, harta, semuanya apapun itu pasti suatu saat nanti akan hilang, dan termasuk cinta,” ucap Reyhan

Syanaz melepaskan genggamnya, ia mengerti maksud Rey. Apa Rey perlahan akan menghilangkan rasa cinta padanya? Ah bukannya ini yang Syanaz harapkan dari Reyhan. Lelaki itu harus melupakan tentang dirinya dan semua tentangnya, ia sendiri juga yang meminta menyudahi hubungannya dengan lelaki yang sampai sekarang masih ia cintai ini.

“Sya, hidup itu bakal jadi berharga, karena suatu saat akan berhenti, cinta jadi berharga, karena suatu saat bisa hilang,” ucap Reyhan.

“Syanaz Almira Salshabil, berharga banget buat aku,” sambungnya.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang