Part 84

1.7K 132 14
                                    

M E L O D Y

♡♡♡

Keesokan paginya Dimas menyiapkan sarapan untuk kedua putrinya, mengingat kejadian kemarin membuatnya merasa canggung bertegur sapa kepada kedua putrinya. Syanaz keluar kamar lebih dulu, ia langsung menghampiri Papahnya di meja makan, meski hanya ada Roti tawar tanpa selai dan air putih Syanaz sudah mulai terbiasa.

“Pagi Pah,” sapa Syanaz.

“Pagi sayang, Adek sudah bangun?” tanya Dimas.

“Udah ko Pah, lagi siap siap,”

Syanaz mengambil sehelai roti lalu di makanya polos roti itu tanpa selai coklat kesukaannya. Seraya bermain ponsel sangat membantu untuk mengganjal perutnya. Tak lama Shareen keluar dari kamar bukan dengan seragam sekolah melainkan pakaian biasa, dan duduk di samping Syanaz.

“Lo ga kesekolah Reen?” tanya Syanaz heran.

Shareen tak menjawab ia hanya meminum segelas air putih di depannya dan menatap lurus kedepan. Syanaz bingung harus menghadapi Shareen bagaimana lagi, ia menatap Papahnya, terlihat raut wajah yang sedih saat ia menatap Papahnya. Papahnya menatap Shareen.

“Adek,” panggil Dimas.

“Aku gamau bahas soal kepindahan Papah sama Syanaz, dan jangan paksa aku untuk sekolah, aku mau waktu ini aku habisin sama Papah sebelum Papah pergi ke Singapore,” jelas Shareen

“Tapi nanti malem lo tampil dan-“ ucapan Syanaz terhenti karena Papahnya menyuruhnya untuk diam terlebih dahulu. Syanaz mengikuti perintahnya.

Kini Dimas mendekatkan dirinya ke putri bungsunya itu. ia menggemgam tangan mungil milik gadis itu, tidak ada penolakan dari gadis itu.

“Adek, Papah tau ini berat, tapi udah gaada jalan lain yang bisa Papah ambil Dek, Papah harap Adek ngerti berulang kali Papah sudah bilang seperti ini, Papah bakal sering kabarin Adek ko nanti selama disana, Adek bisa kapan saja susulin Papah disana, maafin Papah ya kalo Papah buat Adek sedih terus,” tutur Dimas dengan lembut.

Shareen memeluk Papahnya dengan sangat erat, seperti tak ingin melepasnya. “Kepetusan Papah bener-bener final ya Pah? Pah, aku gimana kalo gaada Papah? hiks, ” ucap Shareen yang terus menangis dalam dekapan Dimas.

Dimas mengusap lembut punggung gadia itu, “Adek inget sekarang Adek udah punya keluarga baru yang sebenarnya, Adek harus hargain mereka, Papah ga pernah ngajarin Adek untuk tidak menghargai orang yang sudah baik sama kita, terlebih lagi itu keluarga Adek sendiri, Papah yakin mereka akan selalu ada untuk Adek,” ucap Dimas.

“Tapi aku mau sama Papah,”

Syanaz menatap keduanya sangat haru, ingin rasanya ia teriak melampiaskan semuanya. Ia juga harus terlihat kuat dan tidak ingin menangis di depan Papahnya dan juga Shareen. karena baginya itu akan memberatkan Papahnya, cukup kemarin-kemarin saja ia merasa tidak terima akan keputusan Papahnya, tapi sekarang ia akan ikhlas, ini semua tentang hidupnya dan Papahnya.

“Katanya Adek ingin lihat Papah bangga?” tanya Dimas.

Shareen hanya mengangguk pelan.

“Tetap datang kesekolah ya? Papah mau lihat penampilan kalian nanti malam, boleh?”

Kini pelan-pelan Shareen mulai mengerti dengan keadaan sekarang. Benar yang Papahnya katakan, ini semua untuk kebaikannya semuanya, dan ia juga bisa kapanpun untuk menyusul Papahnya. Dan sekarang sebenarnya ia masih marah kepada keduanya tapi apa boleh buat, keputusan Dimas sudah final dan Shareen harus mengerti.

♡♡♡

Kini keduanya sudah tiba di sekolah. Sejak tadi tidak ada interaksi antara Syanaz dengan kekasihnya, Reyhan. Lebih tepatnya Reyhan seperti menjauhi Syanaz. Syanaz kini melihat Reyhan yang tengah kesulitan memasang sesuatu untuk dekorasi malam nanti.

Melody is Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang